Story Between Us

nurriyah zahed
Chapter #19

Silent

Silent

Banyuwangi, sepekan kemudian ...

Aku berusaha bersikap sewajarnya, meskipun beberapa kali ada yang menanyakan apakah aku baik-baik saja. Atau apa yang sedang ku pikirkan.

Tapi beruntungnya aku, mereka cukup menghormati ku. Sehingga tidak lagi banyak bertanya. Saat aku mengatakan aku baik-baik saja.

Namun mereka selalu ada untuk mencairkan suasana. Seperti hari ini, kami baru saja mengunjungi gift shop. Membelikan hadiah untuk Gia, adik bungsu Neha yang baru menjuarai lomba puisi tingkat nasional.

Jika biasanya Neha melarang kami untuk membelikan sesuatu yang terkesan mahal. Tidak untuk kali ini. Meskipun aku tahu itu setengah hati. Tak masalah, kesempatan harus dimanfaatkan dengan baik. Benar kan?

Aku masih tidak memungkinkan untuk berada di luar terlalu lama. Setelah mendapatkan hadiah untuk Gia, kami memutuskan untuk pulang. Neha akan mengantarku. Sedangkan Saras sudah pamit duluan, dia harus ke tempat sepupunya.

Tapi di saat yang ku rasa tidak tepat. Kami malah tidak sengaja bertatap muka dengannya, pemuda yang sedang tidak ingin ku temui.

"Eh, Kak Zafran. Apa kabar?" sapa Neha, dengan ramah.

"Kabar baik. Kalian mau pulang?" Pemuda itu melirik ku. Hanya sesaat memang. Dan efeknya tidak begitu baik. Bagiku.

Aku tidak ingin kamuflase ini gagal. "Iya," keramahtamahan yang dibuat-buat itu terasa sangat aneh.

"Oh oke, hati-hati bawa motornya Ne!"

Lalu dia beralih menatapku sambil mendekat. Sebelah tangannya terulur untuk mengusap pipi kiri ku. "Het spijt me zo, lieverd!" bisiknya.

Ck! Apa dia ingin mengacaukan semuanya? Tenang ... jangan terpengaruh Zoya. Gumamku. Meskipun hatiku berkata lain. Mengapa ini sangat merepotkan??

Begitu dia tidak terlihat lagi. Neha bertingkah seperti cacing kepanasan. Dia meracau sesuka hati.

Tuhan ... untuk apa aku harus melihatnya di sini???

***

Aku tiba di rumah saat hujan deras tiba-tiba mengguyur. Semoga Neha baik-baik saja. Masalahnya dia punya kebiasaan buruk. Malas menepi untuk memakai jas hujan.

Brrrrr!!! Rasanya sangat dingin, tapi tidak seperti biasanya. Tubuh ku juga terasa seperti ditusuk-tusuk. Aku segera masuk untuk membersihkan diri.

Namun ketika berada di kamar mandi, aku merasakan sensasi tidak nyaman. Jelas ada yang tidak benar ini. Ku coba menyentuh air, namun terasa seperti berendam di kutub Utara. Niat untuk mandi lebur sudah.

Akhirnya aku hanya membasuh muka lalu mengganti pakaian.

Aku keluar kamar dan menuju kotak P3K yang berada di dapur. Mengambil termometer digital. Setelah beberapa saat aku mendapati angka yang tertera di layar. 38.5°? Ini jelas bukan sesuatu yang baik. Aku butuh penurun panas. Tapi yang ku cari tidak ku temukan.

Aku kembali dan mengambil ponsel untuk menghubungi Abang.

Bagus, tersambung. Dan direspon dengan cepat.

"Halo Bang!"

" ... "

"Kayaknya aku demam. Tolong belikan Paracetamol ya!"

" ... "

"Nggak apa-apa Bang. Selesaikan aja dulu."

Lihat selengkapnya