Story Between Us

nurriyah zahed
Chapter #20

Titik Terang

Titik Terang

Banyuwangi, Sritanjung Permai E-5

Udaranya sangat sejuk, karena hujan baru saja reda. Setelah seharian mengguyur tanpa henti. Dan aku sedang malas untuk keluar rumah. Hasilnya aku harus sendirian sekarang.

Abang sih jangan ditanya, bisa dihitung dengan jari dia menampakkan diri.

Bunda dan Ayah masih di kantor, rencananya akan makan malam di luar. Aku langsung meminta izin untuk tidak ikut. Tadinya mereka juga akan membatalkannya, tapi aku tidak membiarkan. Mereka juga butuh waktu untuk bersantai kan. Dan ... berduaan tentunya.

Hhhh, di saat begini. Aku merindukan balkon ku. Eh, tapi gitarku ada di bawah kan. Kayaknya di ruang keluarga. Bang Raka memakainya pekan lalu.

Aku membawa gitar tua berwarna coklat itu ke teras. Ku petik dawainya. Menyusun sebuah intro lagu lawas milik Backstreet Boy. Maaf, seleraku memang klasik kawan. Saras juga. Dan Neha menjuluki kami museum berjalan. Dia juga beranggapan bahwa kami ini sosok dari masa lalu yang nyasar ke masa kini. Yang benar saja.

Aku menikmati permainanku seorang diri. Hanyut dalam setiap bait yang ku lantunkan. Nuansanya juga sangat mendukung bukan. Malam yang sunyi diiringi rintik hujan.

Astaga ... Aku jadi mirip Neha kalau begini.

Tell me why ...

Ain't nothin' but a heartache

Tell me why ...

Ain't nothin' but a mistake

Tell me why ...

I never wanna hear you say

I want it that a way

***

Aku masih tidak percaya dengan keberadaan pemuda ini. Yang sedikit basah saat menghampiri ku.

Sementara dia mengeringkan rambutnya, aku membuatkan secangkir teh hangat.

Pergerakan ku terhenti saat tangan lain mengangkat panci dari kompor.

"Aku bisa sendiri. Kakak duduk aja."

Tanpa mengindahkan peringatan ku, dia terus sibuk hingga tehnya tersaji. Lalu pemuda itu membawanya pergi. Tamunya agak lain memang. Kelainan yang justru sangat disukai orang rumah. Terutama Bunda. Yang tidak pernah keberatan jika singgasananya dipakai oleh tamu. Asal kembali bersih dan rapi. Itu cukup.

Aku mengikutinya, ternyata dia menuju teras. Tapi aku memilih untuk berbalik dan kembali ke dapur. Mengambil beberapa potong roti gulung dan menyusunnya di piring. Kemudian aku menemuinya.

"Tehnya tidak suka sendirian," ku letakkan piring di meja.

"Tapi sepertinya tidak dengan mu," serunya datar. Bahkan dia tidak menatap ku.

"Tergantung situasi."

Aku tidak menyukai ini. Kami terlihat seperti sedang bermusuhan.

"Seperti saat ini?"

Lihat selengkapnya