Story Between Us

nurriyah zahed
Chapter #21

Make Over

Make Over

Banyuwangi, last October 2010

Sabtu adalah hari sehat jasmani bagi warga 12 IPA 4. Sayangnya aku belum bisa mengikuti kegiatan ini. Apalagi temanya atletik. Pssst ... Sebenarnya ini anugerah buatku.

Tapi tentu saja ada konsekuensinya. Aku harus mengerjakan soal latihan. Di kelas sendirian.

Lima menit sebelum bel tanda berakhirnya jam pertama dibunyikan, aku sudah menyelesaikan semuanya. Tinggal membawa LKS ke meja Pak Faiz.

Hish ... Pintunya pakai tertutup lagi. Aku mendorongnya dan tepat ketika hampir terbuka, aku mendengar suara orang mengaduh.

Astaga ... Ada orang di luar? Mengapa aku tidak mendengar?

Aku segera keluar dan mendapati Dilla sedang menundukkan kepalanya.

"Maaf Dil, aku nggak tahu ada yang mau masuk."

"Nggak apa-apa kok,gue..."

"Astaga... Hidung kamu berdarah." Aku panik tentu saja. Tapi sesaat kemudian, aku ingat untuk segera menolongnya.

"Kita harus ke klinik. "

"Astaga Zoy, nggak usah. Gue nggak apa-apa. Serius."

Semoga saja begitu. Tapi ada bagian yang luka dan aku tidak mungkin menanganinya sendiri.

"Enggak, harus ke klinik."

"Zoy, nggak usah ya ampun."

Oh, baiklah. Aku bisa membawa dokternya ke sini. Tapi sebaiknya aku membawa gadis ini ke UKS. Meskipun sepanjang perjalanan, Dilla yang membantu pergerakan ku. Yang butuh pertolongan siapa, yang ditolong siapa.

Setibanya di sana, aku langsung menghubungi dokter Kamal. Sekali lagi aku harus merepotkannya. Beliau libur di akhir pekan. Dan aku harus rela dipelototi Dilla.

"Lo ih, dibilang nggak usah juga."

Sikapnya ini mengingatkan ku pada seseorang. Ah, sebenarnya aku juga malu karena sudah berbohong. Untung saja dia tidak pernah membahas tentang itu.

"Lo kenapa senyum-senyum? Mikirin apa hayooo?"

Duh! Bisa-bisanya,di saat seperti ini. Sangat konyol.

"Oh... gue tau. Kak Zafran kan?"

Ya Tuhan ... tidak perlu diperjelas juga dong Mbak.

"Cieee... yang lagi kangen. Ya Tuhan... Gue masih nggak nyangka lo punya cowok. Mana kualitas impor lagi," Dilla sambil cengar-cengir. Padahal dia sendiri sedang kesakitan.

Kualitas impor nggak tuh.

***

Aku lega setelah mendengar pernyataan dari dokter. Dilla baik-baik saja. Dan ya, gadis itu menganggap ku berlebihan. Sebenarnya belum lega-lega banget, aku masih merasa bersalah.

"Sekali lagi aku minta maaf Dil."

"Lo mau ngomong berapa kali lagi dah. Gue nggak apa-apa Zoy, dan lo nggak perlu merasa bersalah. Lagian nggak sengaja juga kan."

Itu memang benar. Tapi tetap saja.

Kami sedang dalam perjalanan menuju kelas. Tapi saat menaiki tangga, kami melihat teman-teman yang lain masih berkeliaran.

"Kok pada nggak masuk. Jamnya Bu Katrien kan ya?"

"Iya nih, tumben."

Memang mengherankan, mengingat bagaimana wanita blasteran itu selalu tepat waktu. Dan tidak akan membiarkan siapapun tidak disiplin. Mau izin ke toilet saja, panjang banget interogasinya.

Lihat selengkapnya