Last Night
Malioboro, 7.00 p.m
Detik-detik terakhir terasa sangat melelahkan bagiku. Sepertinya enggan untuk pergi keluar hotel. Kami diberikan kesempatan untuk menikmati suasana malam hari di kota pelajar.
Di saat yang lain terlihat antusias, aku malah merasa malas. Sebenarnya sempat terjadi insiden setelah dari Prambanan. Asam lambung ku kambuh saat malam tiba. Ditambah lagi, aku melupakan kotak obat yang sudah ku siapkan.
Singkat cerita, Neha dan Saras cukup kesulitan mencari obat untuk ku. Karena yang biasa ku minum tidak ada. Lalu saat mereka kembali, Saras melihat ada benda yang menggantung di kenop pintu kamarku. Ternyata isinya adalah sesuatu yang ku butuhkan.
Sampai sekarang aku tidak tahu siapa yang melakukannya. Siapa pun yang mengirimkannya, aku sangat berterima kasih.
Dan sudah ku bilang, aku punya alarm hidup yang tidak akan menyerah untuk membuat ku tetap terjaga. Daripada semakin berisik. Aku harus menghilangkan bunyinya. Dengan mengikuti apa yang diminta.
Ya, bubar sudah niat untuk beristirahat. Tapi aku juga merasa tidak sia-sia. Gila ... malam hari di sini justru terasa hidup. Ya, meskipun sepanjang perjalanan menuju ke sini lumayan bikin sport jantung. Tapi rasa lelahku juga jadi hilang dengan sendirinya.
Kami berjalan kaki, karena jaraknya memang tidak terlalu jauh. Sekitar sepuluh menitan waktu tempuhnya.
***
Entah sudah berapa banyak toko oleh-oleh yang kami singgahi. Yang jelas kami sudah mirip dengan tengkulak. Ya Tuhan ... ini banyak banget barangnya.
Dan sekarang kami sama-sama lapar.
Saras menemukan angkringan yang menarik di seberang jalan. Namun tidak sengaja aku melihat bangunan dua lantai tak jauh dari sana.
Aku juga melihat deretan huruf bertuliskan "from Yogya for you".
Mengingatkan pada momen di hari itu. Masih ku ingat jelas ucapan darinya. Apa mungkin di sana? Aku harus ke sana. Pikir ku.
"Heh! Malah bengong, jadi makan nggak?" Suara Neha mengagetkanku.
"Eh, jadi jadi. Tapi kalian duluan aja."
Tanpa menanyakan apapun, mereka mengiyakan. Mungkin rasa lapar memenangkan rasa penasaran. Tapi tidak dengan ku. Aku benar-benar ingin berkunjung ke bangunan itu.
Mereka juga menawari akan memesan makanan untuk ku. Aku sih iya iya saja.
Segera setelahnya, aku langsung berjalan ke arah selatan. Hingga berada tepat di depannya. Yang sedang cukup ramai pengunjung.
Begitu masuk, aku dibuat terkesima. Benda-benda yang ada di display benar-benar menyilaukan mata. Tapi aku akan menahan diri. Bisa jebol isi tabungan ini. Masalahnya, cinderamata di sini berbahan perak pemirsa. Bisa dibayangkan berapa harganya.