Why with him?
Banyuwangi, 2.00 p.m
Aku sedang dalam perjalanan menuju ke tempat bimbel. Sengaja berangkat lebih awal, karena aku berencana untuk singgah ke rumah seseorang. Untungnya Neha tidak keberatan mengantar ku. Meskipun dia sudah mengatakan di awal akan menunggu di luar saja.
Berbekal informasi yang pernah ku dapat darinya, kami sempat salah jalan beberapa kali. Tapi sebenarnya itu rute terjauh dari tempat tujuan. Tetap sampai, tapi lama.
Dan sebenarnya ini kali pertama aku mengunjungi tempat seperti ini, sendirian.
Awalnya ragu ketika Neha tidak bisa menemaniku. Tapi aku sudah bertekad untuk menemuinya. Jadi di sinilah aku berada sekarang. Di antara kesunyian, kedamaian dan sedikit merinding. Hanya sedikit. Karena keinginan ku jauh lebih besar.
Ku letakkan seikat bunga lili putih yang ku bawa sebagai buah tangan. Bukan favoritnya sebenarnya, tapi orang yang sangat ia cintai semasa hidupnya. Dan katanya, itu membuatnya merasa bahagia.
Selain itu, aku juga membawa sesuatu yang lain untuknya. Doa terbaik dari lubuk hati terdalam.
"Assalamualaikum Om! Salam kenal ya Om, aku Zoya," bisikku. Ini kedatangan ku yang pertama. Tentu saja aku harus memperkenalkan diri kan. Meskipun mungkin pemuda itu sudah melakukannya untuk ku. Seharusnya dia ikut dengan ku hari ini. Tapi ada urusan yang tidak bisa ditunda.
Mulut ku melontarkan begitu banyak hal, beragam cerita ku sampaikan padanya. Meskipun aku tidak mendapatkan respon sama sekali darinya. Meskipun aku juga tidak melihat setiap perubahan air mukanya. Namun aku merasa begitu dekat dengannya. Mengingat bagaimana seseorang pernah mengatakan bahwa beliau ini mirip dengan Ayah.
"Zoya pamit ya Om. Terima kasih sudah menjadikannya pemuda yang luar biasa!" Aku beranjak perlahan. Setelah membaca doa, lalu keluar dari sana.
***
"Masuk dulu Ne!" pintaku. Sesaat setelah aku turun dari motornya. Tapi gadis itu malah cengar-cengir tidak jelas.
"Heh, ngapain kamu?"
"Lain kali aja deh. Bye... Zoya sayang...!" Motornya kembali melaju. Tapi agak pelan.
"Enjoy your date dear..." serunya lagi. Agak lantang dan riang.
Date? Aku tidak mengerti. Dan seingat ku aku tidak memiliki acara apapun. Tapi kemudian aku melihat motor biru di garasi. Ketika melewati pintu pagar. Oh, pantas saja.
Tapi orangnya tidak terlihat. Mungkin sedang bersama Abang.
Aku langsung masuk dan menuju ke kamar, untuk membersihkan diri. Lalu turun ke dapur. Sepertinya Bunda masih lama pulangnya. Mari kita lihat, apa yang bisa disulap sore ini.
Ku nyalakan pemutar musik, lalu mulai beraksi. Melakukan sesuatu paling menyenangkan sambil konser pribadi. Hahaha
Hopla! Hasil karyaku telah siap disajikan. Not bad lah ya. Aku mendapatkan resep ini dari Kak Prita. Punya calon kakak ipar chef memang juara ya. Hahaha!
"Ekhem! Yang abis masak happy banget kayaknya."
Aku memutar badan, dan ku dapati pemuda dengan senyuman paling menawan. Sedang bersandar di dinding, dengan melipat kedua tangannya.