Story Between Us

nurriyah zahed
Chapter #37

Sweet Moments

Sweet Moments

Banyuwangi, Last April 2011

Lagi-lagi rumah ku kedatangan banyak tamu. Kali ini bukan pasukan Bang Raka. Melainkan teman-teman sekelas ku yang berkunjung. Tanpa pemberitahuan sebelumnya.

Berkedok mengerjakan tugas akhir sebelum kami lulus.

Memang tetap dikerjakan, tapi lebih banyak ngelawak. Oh ... aku akan sangat merindukan semua ini. Mengapa waktu berlalu teramat cepat? Memang benar apa yang sering ku dengar. Masa SMA adalah masa paling indah, ronde pertama. Hehehe.

Sayangnya, kedatangan mereka tidak disambut oleh keramahtamahan nyonya rumah. Bunda sedang lembur. Tapi tamu-tamu ku sangat inisiatif. Bisa-bisanya mereka membawa makanan sendiri-sendiri. Katanya oleh-oleh untuk yang punya rumah. Aku sangat tersanjung.

Dan tentunya aku tidak akan bisa menghabiskan semua sendirian. Setelah menyelesaikan tugas, kami melakukan piknik ala-ala, di halaman belakang. Ini benar-benar memberikan kesan yang mendalam. Ada banyak kejutan hari ini. Sesuatu yang tidak direncanakan sama sekali.

Hingga pukul setengah delapan satu persatu dari mereka berpamitan. Sebenarnya beberapa orang sudah meninggalkan rumah sejak setengah jam lalu. Karena diculik pacar masing-masing, yang notabene dari kelas lain. Aku tidak kenal baik, hanya tahu nama.

Sampai ketika tamu terakhir ku, yaitu tiga Srikandi memutuskan untuk pulang. Aku kedatangan seseorang.

"Wah! Bisa pas gini ya," ujar Dilla, ketika melihat pemuda yang baru saja melewati pintu pagar.

"Atau jangan-jangan sebenarnya mereka ada janji kencan. Benar begitu Zoy?" imbuh Risty.

Malah pada ngawur nih. Siapa juga yang mau kencan. Andai saja mereka tahu bahwa ... ah, memang sebaiknya tidak perlu tahu.

Ketiganya meninggalkan rumah dengan cekikikan. Juga sempat melontarkan ledekan tentunya. Dasar.

***

Sebenarnya apa tujuannya datang ke mari? Meskipun aku juga senang melihatnya. Namun aku selalu diingatkan oleh sebuah kenyataan bahwa kami tidak lagi sama. Kalau diingat-ingat, aku atau dia memang tidak pernah mengakhiri hubungan kami. Dengan kata putus.

Tapi ucapannya hari itu sudah cukup jelas. Jadi aku memilih untuk tidak mempersulit. Bukan salahnya juga jika dia dan keluarganya harus kembali ke Jepang. Sebagai pewaris, dia punya tanggung jawab untuk meneruskan apa yang sudah dirintis oleh keluarganya.

Dan aku tidak menyangka, mencintai seseorang bisa sepedih ini. Ku pikir setelah membuat jera gadis gila itu, semua akan baik-baik saja. Ternyata aku harus menghadapi situasi yang lebih mengejutkan lagi.

Tidak apa, aku yakin bisa melewatinya. Meskipun akan butuh waktu lama. Ya ... ini tidak mudah tentu saja. Mengingat bagaimana dia dan keluarganya begitu baik padaku. Mereka tidak menganggap ku orang asing.

I'll miss you all, more than much.

Setiap mengingat semua itu, aku tidak bisa menahan air mata. Berat sekali.

Lalu aku merasakan sebuah pelukan, dan saat ku sadari bahwa itu perbuatannya. Aku berusaha mendorong sekuat tenaga, namun sia-sia.

Dan sebenarnya hati ku sangat menerima sikapnya itu. Ini nih, hati dan pikiran sedang sangat tidak sinkron.

"Om Andra pasti sangat kecewa. Beliau percaya aku tidak akan membuat mu terluka."

Lihat selengkapnya