Story Between Us

nurriyah zahed
Chapter #38

Good Bye!

Good Bye ...

Juanda airport, 9.45 a.m

Ku rasa, aku berhak mendapatkan sebuah penghargaan. Untuk pencapaian ini. Yang sungguh tidak pernah terpikir olehku sebelumnya. Untuk kali pertama aku melakukan perjalanan panjang sendirian. Selain itu aku hanya meninggalkan secarik kertas berisi pesan yang ku tempel di dinding dekat kulkas.

Aku sudah memikirkan banyak hal sebelum memutuskan. Meskipun sebenarnya aku tidak benar-benar siap menghadapi konsekuensinya. Namun semua itu tidak bisa menyingkirkan keinginan ku untuk menemui seseorang. Terakhir kalinya.

Entah sudah berapa banyak aku meminta supir taksi untuk menambah kecepatan. Padahal lalu lintas tidak begitu padat. Tapi aku merasa mobil yang ku tumpangi bergerak seperti siput.

Aku tidak berhenti melirik arloji di setiap kesempatan. Mungkin mataku juga sudah lelah. Hingga akhirnya aku tiba. Sebelum turun, aku memberikan beberapa lembar uang pada si supir. Yang jumlahnya melebihi nominal yang seharusnya. Sebagai bentuk apresiasi terhadap kesabarannya menghadapi penumpang stress ini.

Awalnya pria paruh baya itu menolak, tapi aku juga tidak kehabisan cara.

Aku langsung berlarian mencari keberadaannya. Ini cukup sulit, karena kehadiran ku tanpa pemberitahuan. Ya, bisa dikatakan ini misi kejutan. Dan terbilang nekat juga.

Sebenarnya dia sudah melarang ku, tapi aku tidak pernah menyetujui itu.

Rasanya sangat melelahkan, aku berhenti sejenak. Menumpukan kedua tangan di lutut sambil membungkuk. Juga mengatur napas yang tidak beraturan.

Tiba-tiba aku dikejutkan dengan sebuah sentuhan di pundak. Refleks aku menegakkan badan dan melayangkan sebuah pukulan(gini-gini aku tahu sedikit tentang bela diri). Hingga terdengar suara mengaduh. Suara yang tidak asing di telinga ku.

"Kakak???"

Segera ku dekati dirinya, lalu menyingkirkan tangan yang menutupi sebagian wajahnya. "Ya Tuhan...!" Pipinya terlihat merah. "Maaf Kak, aku nggak tau. Tapi itu salahmu sendiri."

"Ck! Aku ini korban loh."

"Ya kenapa harus ngagetin."

Tanpa bersuara, pemuda itu membawaku duduk.

***

Terdengar menggelikan memang, karena ternyata aku bukan satu-satunya yang menjalankan misi nekat. Ditambah lagi, keberangkatannya mengalami delay.

Apa ini yang dinamakan keberuntungan?

"Gimana kalau ternyata aku nggak datang?"

"Tapi sebaliknya kan. Aku sangat yakin kamu akan menemui ku. Aku mengenalmu Zoy."

Hmmm ... terkesan sangat percaya diri ya. Tapi ya, aku tahu bagaimana penilaiannya terhadap ku.

Lihat selengkapnya