Ternyata ...
Banyuwangi , 23.00 p.m
Aku masih berkutat dengan layar laptop meskipun mata terasa ingin meledak. Panas dan pedih bercampur menjadi satu. Tapi aku tidak bisa berhenti. Nanggung banget. Sayangnya, jika dipaksakan juga tidak baik hasilnya.
Aku memeriksa ponsel, dan dikejutkan dengan banyaknya notifikasi. Saras? Dan panggilan terakhirnya sekitar sepuluh menit lalu. Bisa-bisanya aku tidak menyadari. Padahal benda itu berada tidak jauh dari ku. Memang aku sengaja memasang mode senyap. Tapi minimal aku bisa melihat layarnya berkedip kan.
Sekarang sudah tengah malam waktu Bali. Aku penasaran mengapa Saras sampai menghubungi ku berkali-kali. Semoga aku tidak mengganggunya. Ku telepon balik sahabat ku. Dan aku langsung mendapatkan respon pada nada kedua.
"Hahaha! Aku baik, maaf nggak tahu kalau kamu telepon tadi. Ada apa Ras?"
"Gue nggak tau ini tepat atau enggak. Tapi gue juga nggak bisa menyimpan semuanya dari Lo."
Mengapa kesannya seperti bukan sesuatu yang baik untuk dibahas? Tapi aku penasaran. "Ngomong aja Ras."
"Lo masih ingat nggak? Waktu gue tanya soal guru privat?"
Belum juga masuk ke inti, aku sudah dibuat gemetar begini. Tentu saja masih. "Iya, aku ingat."
"Sebelumnya gue minta maaf Zoy. Jujur saja, gue juga baru tahu kemarin lusa."
Baiklah. Ini semakin mendebarkan. Dan mengapa Saras sampai meminta maaf? Kemungkinan ini berhubungan dengan sesuatu yang seharusnya tidak dibahas lagi. "Enggak apa-apa, Ras. Katakan saja!"
"Keinginan Kak Gusti ngenalin temennya ke Lo. Tapi keduluan dengan kehendak Tuhan. "
"Benarkah?" Ini terdengar membingungkan. Keinginan apa? Dan mengapa hatiku harus berisik begini?
"Iya Zoy. Gue juga nggak nyangka kalau ternyata temennya itu mantan Lo."