Bel pintu rumah berbunyi ketika Tante Kiara sibuk bereksperimen di dapur. Dengan sedikit tergesa-gesa, Tante Kiara mencuci tangannya lalu berjalan menuju pintu rumah.
"Halo, permisi. Apa betul ini rumah Kiara Alviara?"
Ketika pintu sempurna terbuka, terlihat seorang pria paruh baya berwajah kebapakan dan seorang gadis berkaca mata hitam berdiri di belakangnya.
"Iya betul, dengan saya sendiri. Anda siapa ya?" Tante Kiara lantas mengangguk kemudian mempersilakan mereka berdua masuk.
Seseorang yang ditemui oleh Tante Kiara siang itu, ternyata datang membawa kabar yang sangat tak menyenangkan. Siapa sangka masa lalu benar-benar bisa datang kembali.
"Saya tak bisa menerima semua ini! Lebih baik kalian berdua pergi sekarang, jangan pernah menampakkan diri kalian lagi di sini!" Kata-kata penuh emosi itu akhirnya terlontarkan juga.
Tante Kiara langsung berdiri, telunjuknya sudah mengarahkan di mana pintu berada. Menegaskan ucapannya tak main-main. Pria di depannya hanya menggeleng tak terima, mereka berdua sama frustasinya sekarang.
"Setelah kami akhirnya menemukan semua ini, anda ingin kami melupakannya begitu saja? Tak mungkin!" Pria itu menggeleng gusar, perempuan di sebelahnya berupaya menenangkannya.
Sedari tadi perempuan itu sudah mati-matian menahan mulutnya untuk tak berbicara. Ia tak ingin mengacaukan semuanya. Namun sepertinya keadaan memaksanya berbicara.
"Tante, please aku mohon dengan sangat. Biarkan beliau menemui Farah. Baru setelah itu, biarkan Farah yang memutuskan," ucapnya, berusaha memberikan pilihan yang rasional pada keadaan ini, nyatanya Tante Kiara tetap saja menggeleng cemas.
"Saya nggak bisa membiarkan Farah menderita lagi. Jadi saya mohon, kalian pergi dari sini. Pergi sekarang!"