Farah tidak menyangka akan ada dalam situasinya saat ini. Setelah berkubang dengan masa lalu yang lebih banyak menyimpan luka ketimbang rasa bahagia. Kali ini Farah harus melalui lagi fase di dalam hidupnya, berusaha berdamai dengan masa lalu yang tidak bisa dibilang baik ataupun buruk. Farah benar benar tidak mengerti kenapa hidupnya kembali dihantui orang-orang dari masa lalu.
Kedatangan Ali yang memperparah keadaan membuat Farah tak bisa fokus sama sekali. Semalam ini, ia berkali-kali memandangi kartu nama yang tadi sore diberikan oleh Tante Kiara. Kartu yang berisi nama dan alamat dari seseorang yang mengaku bahwa mereka adalah keluarga kandung Farah.
Gadis itu tak habis pikir, kenapa masalahnya datang secara bersamaan di sini. Tiba-tiba saja semua orang dari masa lalunya datang menghampiri, seolah mengetahui Farah tak akan sanggup menghadapi hal-hal semacam ini. Ia kembali mengembuskan napas, memegang pelipisnya yang memberi sedikit sensasi denyutan.
Malam harinya, pintu kamar Farah diketuk pelan.
"Fa, boleh Tante masuk? Kamu udah tidur Fa?" Farah refleks menyembunyikan kartu itu dan menaruhnya di dalam laci meja.
Dengan gerakan santai ia beralih membuka pintu.
"Masuk aja Tan, ngapain pake izin segala."
Dan di sinilah mereka, duduk di pinggir ranjang dengan pikirannya masing-masing.
Tante Kiara memandangi Farah yang berusaha memperhatikan hal lain ketimbang menatap dirinya. Wanita paruh baya itu sangat mengenali gelagat Farah yang begitu gelisah ini, ia menarik tangan Farah lembut sehingga gadis itu menatapnya penuh tanya.
"Ada yang mau kamu tanyain nggak sama Tante?"
Farah yang bagai kambing congek, terdiam lalu menunduk memilih memperhatikan karpet.
"Tante ngasih kartu itu karena semata-mata sebuah amanah loh Fa. Karena mereka udah nyari kamu semenjak bertahun tahun lamanya. Tapi memang sayang takdir baru mempertemukan kalian sekarang." Tante Kiara memutuskan mengalah, membiarkan Farah larut dengan pikirannya sendiri.
"Menurut Tante gimana? Aku harus gimana menghadapi ini semua?" Akhirnya pertanyaan itu terlontar juga dari bibirnya.
Tante Kiara hanya tersenyum sembari sedikit menarik Farah agar mau menatapnya.