Ali tak henti-hentinya mengetuk meja yang hanya terbuat dari bahan plastik itu. Getaran pelan yang berulang cukup sudah membuat gadis di depannya menatapnya kesal untuk kesekian kali.
"Ngapain sih sebenarnya lo ngajak gue ketemuan di sini?" Ayu akhirnya berucap juga setelah kegelisahan Ali tak menunjukkan perubahan.
"Bertahun-tahun udah lewat, tapi nyatanya perasaan gue tetap sama saat gue ngeliat Farah lagi. Gue bodoh ya?"
Ayu menampilkan ekspresi yang kepalang terkejut. Ia tak menyangka Ali akan sejujur ini padanya. Dia hanya bisa bernapas berat mendengar penuturan Ali yang terlampau jujur ini.
"Bukan salah lo Ali, jangan nyalahin diri sendiri dong. Gue juga tau lo selalu berusaha menjaga Farah dulunya. Kalian cuma nggak punya waktu yang tepat aja." Ayu memainkan sedotan minumannya, mengaduk-aduknya tanpa berniat untuk meminumnya. Pikirannya juga sudah sama seperti minuman yang diaduknya ini.
"Gue juga sih, yang menyia-nyiakan kesempatan dulunya. Padahal Farah udah siap dengerin gue, eh gue yang malah kabur saking pengecutnya."
Ayu menggeleng lemah. Bahkan sepertinya ia berterima kasih pada Ali karena keputusannya dulu, jika saja mereka benar-benar bersama dulunya pasti pada akhirnya mereka hanya saling menyakiti.
"Gue selalu mendukung apa yang dilakukan Farah Al. Tapi untuk hal ini, gue nggak mau lo gegabah. Please dengerin perkataan gue." Ayu yang merasa harus membengkokkan niat Ali, malah mendapatkan penolakan dari laki-laki itu.
"Nggak Ayu, kali ini gue mau berusaha lebih untuk Farah."
Giliran Ali yang menggeleng. Nampaknya kali ini laki-laki itu sudah menemukan alasan sesungguhnya tentang perasaannya. Sedangkan Ayu merasa khawatir tentang takdir keduanya setelah ini.
"Lo nggak tau apa aja yang udah di alami Farah Ali, dia udah terluka terlalu dalam. Gue takut lo yang tersakiti akhirnya. Dan sampai hal itu kejadian, gue nggak mau lo menyalahkan Farah akibat sikapnya. Dia udah jauh berbeda dari dulu menjadi seperti sekarang Ali!" Ayu menekankan setiap pernyataannya. Mukanya sudah frustasi melihat sikap laki-laki di depannya ini.
"Gue siap nanggung resikonya Ayu. Udah terlalu lama gue bersembunyi di balik keraguan gue, mungkin ini memang saatnya. Kalau suatu saat nanti gue nggak mendapatkan akhir yang baik. Gue nggak akan menahan Farah lebih lama Ayu, percaya gue. Gue akan berusaha bikin dia baik-baik aja meski pada akhirnya bukan gue yang dia mau."
Betapa Ali mengatakan semua hal itu dengan mimik yang bersungguh-sungguh. Membuat Ayu tak bisa lagi membantahnya.
"Serah deh, kalian berdua sama aja batunya. Gue cabut duluan, bye," ucap Ayu muak. Ia kemudian melangkah pergi, keluar dari cafe yang menimbulkan bunyi lonceng berdenting di pintunya.
"Makasih ya Ayu." Langkah Ayu berhenti sejenak, memandangi Ali yang tersenyum menatapnya melalui kaca.
"Dasar pala batu," sembari mengomel dan mengutuk manusia yang barusan ia temui, Ayu kembali melangkah pergi.
-------------------