Story In Dream 2

Rain
Chapter #14

13. Perasaan

Duduk berhadapan dengan view pemandangan gedung kampus mereka, membuat Farah memilih terus melirik gedung ketimbang Ali yang sejak Farah datang hanya mampu tersenyum kaku.

Jika menurut ego perempuan itu, ia akan beteriak marah setelah beberapa menit datang Ali malah tak menyampaikan alasannya diminta ke sini. Hanya sempurna diam dengan kegelisahannya, yang sempat-sempatnya tersenyum meski dengan kaku.

Menimbang emosinya yang tak stabil apalagi akhir-akhir ini, Farah memilih menatap tajam Ali, memintanya berbicara sebelum ia minggat duluan.

"Fa...aku mau mengakui banyak hal sama kamu."

"Apaan?" Tanpa basa basi Farah bertanya ketus.

"Aku menyukai kamu Fa. Sedari awal, saat kita bertemu di masa orientasi sekolah menengah. Aku selalu melihat kamu dari jauh, bahkan sampai kita akhirnya ada di kelas yang sama."

Farah membiarkan Ali berbicara tanpa berniat memotongnya, jujur hal ini terlalu mengejutkan bagi dirinya. Gadis itu hanya terdiam memperhatikan mata Ali yang seperti kaca memantulkan ketulusan menyampaikan perasaannya.

"Tapi sayang, aku menyadari kalau kamu juga mengagumi seseorang lebih dari aku. Kenyataan itu membuat aku mengubur cepat perasaan aku, tapi ternyata aku tetap nggak bisa lupa bahkan sampai sekarang Fa. Aku mencintai kamu Fa, dan aku menyadari itu sekarang."

Seharusnya hal ini adalah hal yang selalu Farah tunggu dulunya. Seseorang yang begitu tulus menyampaikan isi perasaannya hanya untuk dirinya. Tapi kenapa semua ini terasa begitu hambar bagi dirinya?

"Aku nggak bermaksud apa-apa dengan mengungkapkan semua ini Fa. Aku cuma ingin jujur dan berhenti jadi pengecut. Aku sadar, nggak seharusnya aku menjadi pengecut hanya karena aku memutuskan bahwa diri aku nggak cukup berani."

Kenapa perkataan Ali begitu menamparnya? Farah berusaha sekuat tenaga sadar akan situasi saat ini.

"Lalu? Kamu berharap apa dari aku Al? Semua akan baik-baik aja setelahnya?" Ali menggeleng kuat membantah perkataan Farah.

"Aku hanya ingin selalu di samping kamu Fa. Karena aku tau, aku nggak cukup mampu untuk menyingkirkan seseorang yang lebih dulu ada di hati kamu." Ali menelan salivanya, tak ia sangka pernyataan perasaannya akan jadi seperti ini.

"Belum nyoba aja udah nyerah. Katanya nggak mau jadi pengecut lagi, cih."

Farah dengan santainya menjawab seluruh perkataan Ali, meski dengan sarkas juga.

"Kamu memperbolehkan aku untuk ada di samping kamu Fa?" Pertanyaan bodoh macam apa itu. Ali ingin sekali menepuk jidatnya sendiri sanking tololnya pertanyaan itu.

Farah langsung melipat tangannya di atas meja, ia langsung menggeleng.

"Terserah kamu ingin melakukan apa Al. Aku nggak bisa mengatur perasaan orang lain. Tapi aku bisa bikin kamu berhenti," ucap gadis itu. Ia kemudian menyeruput minumannya hingga habis.

Ali dengan tegang menunggu perkataan selanjutnya dari Farah.

"Satu lagi, aku hanya akan mengatakannya satu kali dan aku harap kamu mengerti."

"Aku...nggak tertarik dengan perasaan cinta. Karena terakhir kali aku berusaha percaya akan hal itu, aku dihancurkan hingga tak bisa berbentuk lagi."

Lihat selengkapnya