Story In Dream 2

Rain
Chapter #15

14. Healing

Percakapan antara Ali dan Farah sudah lewat beberapa hari lalu. Farah kembali pada rutinitas normalnya, bangun tidur, makan, mandi, menonton. Seperti itu setiap hari, tapi hari ini akan berbeda.

Gadis itu harus melaksanakan saran psikolognya yaitu merenung untuk mengisi buku jurnal itu. Karena Farah tetap tak mampu menulis satu kalimat pun di kamarnya, alhasil ia gondok sendiri.

Memilih membuka ponselnya lagi, karena dari tadi fokusnya terpecah akibat ponselnya. Sebuah instastory mengusik Farah. Setelahnya ia langsung bersiap-siap untuk pergi.

-------------------

Aroma laut yang khas dan suara deburan ombak mengalir membasuh seluruh indra Farah. Gadis yang mengenakan sweater putih panjang dengan rok senada itu, merentangkan tangannya lebar-lebar. Bukan hari libur membuat tempat ini menjadi sepi pengunjung. Farah memperbaiki hijabnya yang diterbangi oleh angin. Ia memutuskan duduk di atas pasir putih yang lembut itu di tengah sinar matahari pagi.

Pergi ke tempat-tempat menenangkan seperti ini selalu menyenangkan bagi Farah. Menggunakan tempat yang sepi dari keramaian orang-orang hanya untuk merenung, menenangkan pikiran dan dirinya sendiri. Nyatanya renungan ini, malah membawa Farah pada memori saat Rayfan selalu ada untuknya dahulu.

Dulu, saat Farah sudah memasuki masa-masa SMA. Rayfan menjadi manusia yang benar-benar membuat hari hari Farah begitu berwarna. Menjadi salah satu sebab gadis itu bertahan setelah tak ada lagi alasan untuknya hidup kecuali bagi dirinya sendiri. Meski akhirnya mereka juga harus berakhir.

"Gimana yaa kabar Kak Rayfan? Pasti lagi bahagia banget deh sama Kak Syifa. Hahaaha, bisa-bisanya masih peduliin orang yang udah nolak lo Fa Fa." Farah berdialog sendirian, ditengah kesunyian ia menertawakan dirinya sendiri.

Angin laut terus berhembus kencang menabrak tubuh gadis itu, Farah dengan senyapnya tersenyum miris menyesapi bagaimana hidupnya berjalan sejauh ini.

Dulu ia memang memiliki keluarga yang selalu diimpikan semua orang, tapi entah apa pemicunya. Semakin beranjak dewasa, kesenangan itu menjadi mimpi buruk yang berbuntut panjang hingga mempengaruhi dirinya sekarang. Padahal kali ini, Farah benar-benar menemukan keluarga kandungnya, tapi kenangan buruk di masa lalu membuatnya tak berani untuk bergerak lebih maju.

Percaya tak percaya, untuk beberapa orang perihal masa lalu memang menjadi hal yang paling sensitif bagi mereka. Terlebih hal itu menimbulkan kenangan buruk, yang mampu membuat mereka memendam semuanya bahkan hingga dewasa. Dan sayangnya Farah termasuk golongan manusia itu, sensitif, bahkan terlalu menolak kenyataan hingga jadilah begini.

Sedikit tersadar dengan suasana hati, Farah buru-buru bangkit mengambil totebagnya dan mengeluarkan buku jurnalnya. Di dalam benak Farah kali ini, ia akhirnya memiliki banyak kata yang ingin ia curahkan. Tangannya mulai menggurat tinta pena pada kertas.

Dulu sekali, aku pengen banget punya seseorang yang menghargai aku, yang memahami aku layaknya aku yang berusaha memahami dan menghargai orang-orang di sekitar aku dengan sepenuh hati.

Lihat selengkapnya