Mengingat waktu berlibur yang semakin menipis, Farah dengan semangatnya menghabiskan waktunya sesering mungkin bepergian. Setelah kemarin mengikuti festival dengan Ayu, kali ini ia memutuskan pergi ke toko buku di sekitar kampus.
Di sana ia menghabiskan waktu membaca novel yang tak pernah bisa ia baca ketika perkuliahan sedang padat-padatnya. Sekali-kali cengiran mengisi wajahnya, karena kejenakaan dari bacaannya sendiri.
Sebenarnya banyak hal sederhana yang terlihat kecil namun bisa mengembalikan mood kita dengan mudah. Bagi seorang Farah menghabiskan waktu di tempat seperti ini menjadi jalan yang menyenangkan untuk dilakukan.
Setelah mengeluarkan sedikit unek-uneknya kemarin pada Ayu lagi, kali ini Farah memilih menyendiri dengan berjalan-jalan sendiri seperti ini.
"Lo kenapa Fa? Ya ampun, temen gue." Ayu buru-buru mengeluarkan tisunya, lalu berusaha mengusap-usap pundak sahabatnya.
Jujur, ia pun tak tau apa penyebab sebenarnya dirinya harus menangis bombai seperti ini, di depan umum pula. Namun dalam urusan perasaan, logika tak akan pernah bisa memahaminya. Akhirnya lah malam itu Ayu menemani Farah sampai ia puas dengan tangisannya. Sampai akhir pun Ayu tak banyak bertanya lagi dan mengantar Farah pulang.
Lepas dari satu toko buku, Farah memilih lanjut ke gramedia di sebuah mal. Mengelilingi mal dalam diam, ia kemudian memilih pergi ke perpustakaan kota. Museum pun dijelajahinya meski Farah bahkan tak mengerti seni.
Matahari beranjak dengan cepat, mengakhiri perjalanan Farah hari itu. Matahari sudah beranjak turun ketika Farah memilih berhenti sebentar ke sebuah mini market. Ia memilih menambah stok cikinya tanpa memperhatikan seseorang mengikutinya sedari tadi.
Ketika akan berbalik, Farah terkejut ketika menyadari ada seorang pria yang terlihat mengawasinya. Setelah membayar dengan terburu-buru, Farah membawa kantong belanjanya sembari jalan sekali-kali menoleh ke belakang.
Karena tak memperhatikan, gadis itu malah menabrak seseorang di depannya.
"Aduuh," Farah mengaduh karena dirinya yang jatuh duluan dibanding orang yang ditabraknya.
Ketika mendongak, Farah makin terkejut kala orang yang ditabraknya adalah Ali.
"Ali? Ngapain kamu di sini?" Masih duduk di lantai, Ali menyodorkan tangannya terlebih dahulu membantu Farah.
"Eh nggak apa kok, gue bisa sendiri." Kembali dengan Farah yang sok cuek ini. Ia malah bangkit sendiri dan tak mempedulikan Ali.
"Aku memang tinggal di sekitar sini Fa. Justru aku yang mau nanya, kamu ngapain di sini?"
"Ohh tadi habis pergi ke rumah temen kok." Setelah itu mereka berdua terdiam, Farah kembali menoleh ke belakangnya dan pria itu masih saja duduk di sana.
Kekhawatiran Farah kembali membumbung tinggi. Berkali-kali ekor matanya memperhatikan pria tersebut meliriknya, tanpa mengatakan apa pun Ali menyadari gelagat Farah.
"Kamu nggak apa Fa?" tanya Ali memutuskan kecanggungan.