Story In Dream 2

Rain
Chapter #27

26. Berkunjung

Akhir pekan ini, Papa Sakta, Farah beserta Fani memutuskan mengunjungi Mama Farah dan Adik perempuan Fani. Di atas gundukan tanah yang sudah dipenuhi dedaunan kering itu, Farah menyingkirkan sedikit demi sedikit daun-daun itu. Papa Sakta dan Fani memilih berdiri di belakang Farah, memberikan Farah waktu untuk berbicara berdua.

"Hai, Ma. Maaf Farah telat banget ketemu Mama. Mama apa kabar di sana? Baik-baik ya, aku punya banyak cerita yang harus aku ceritain ke Mama karena kita nggak pernah ngobrol. Tapi di sini, aku boleh ngobrol bareng Mama kan?" Farah yang berharap tak akan menangisi apa pun sesampainya di sana, malah terkhianati oleh dirinya sendiri. Ia menangis sesegukan setelah mampu mengatakan seluruh kalimat panjang yang menyayat hatinya sendiri.

"Mama tau nggak...aku...aku...." Tak mampu lagi berbicara, Farah larut dalam kesedihannya. Ia memeluk erat batu nisan itu, dan menangis sejadi-jadinya melepaskan penat di hatinya.

Papa Sakta menatap iba putrinya. Hatinya hancur melihat anaknya seperti ini. Memikirkan bagaimana Farah hidup selama ini hingga menjadi seperti ini mampu membuat hatinya sendiri teriris. Di lain sisi, tubuh Fani bergetar karena perasaan bersalahnya. Tak pernah ia sangka akibat perbuatannya akan sampai sejauh ini. Menyaksikan sendiri betapa ternyata Farah menderita akan keluarganya juga, membuat Fani berjanji untuk kebahagiaan keluarga yang ada di depannya ini.

Di sebelah makam Mama Farah, terdapat juga sebuah makam kecil yang hanya diberi batu tanpa nama. Fani melangkah ke arah makam itu setelah Farah masih saja tak bisa meredam tangisnya di pelukan Papanya.

"Hai Dek, kamu apa kabar? Maaf ya Kakak jarang ke sini, Kakak kangen banget sama kamu. Maaf ya karena Kakak semuanya jadi kayak gini, itu yang di belakang bisa dibilang teman kamu, mungkin? Apa pun itu, sebentar lagi Kakak bakal ngomong sama Ibu tentang kamu. Doain ya semoga semuanya berakhir baik," ujar Fani. Suaranya mulai serak menahan tangis, sebisa mungkin menahannya di atas segala rasa bersalahnya.

Setelah memastikan Farah tenang, giliran Papa Sakta yang menyapa. Beliau menyampaikan sebuah kalimat panjang yang kembali membuat Farah berkaca-kaca.

"Hai sayang. Maaf baru ke sini lagi setelah sekian lama, selama ini aku berusaha mencari Farah, anak kita. Kamu juga udah dengar tadi kan, dia sayang banget sama kamu meski dia nggak pernah mampu mengingat kamu. Kamu baik-baik ya di sana, kalau udah waktunya kita semua akan berkumpul kan?"

Pertanyaan retoris itu menyayat hati setiap insan yang mendengarnya. Pagi itu, suasana hari di awali dengan kelabu biru di masing-masing hati manusia itu. Meskipun suasana diawali dengan awan mendung, setidaknya perasaan setiap insan itu akhirnya tersampaikan meski sudah begitu jauh jarak di antara mereka.

-------------------

Siang harinya, mereka bertiga makan bersama di rumah. Dengan koki yang memasak adalah Fani, mereka bertiga larut dalam suasana kekeluargaan. Fani menghidangkan makanan ketika Farah membantunya membawa seluruh peralatan makan. Papa Sakta membantu membersihkan meja ketika kedua anaknya itu memindahkan seluruh makanan. Jadilah siang itu mereka menikmati hari dengan menyenangkan setelah bersedih paginya.

Sebuah percakapan panjang antara tiga insan itu terjadi setelah mereka memutuskan berkumpul di ruang keluarga. Farah duduk di sebelah Fani ketika Papa Sakta duduk di sofa seberang mereka.

"Aku udah cukup berumur untuk sendirian Om. Untuk kali ini aku akan berusaha sendiri seterusnya, Om Sakta kan udah ada Farah yang mesti dijaga," ucap Fani menyampaikan permintaannya.

Papa Sakta menggeleng tak setuju, sedangkan Farah menoleh bingung tentang jenis perbincangan apakah ini.

Lihat selengkapnya