Setelah satu minggu Farah dan Rayfan bepergian ke kampus bareng. Papa Sakta mendapatkan ide untuk memberikan ketiga anaknya mobil masing-masing. Kabar itu membuat Farah kegirangan hingga melupakan sebuah fakta.
"Papa pengen ngasih kalian mobil masing-masing. Terutama buat kalian berdua yang jelas jadwal kelasnya berbeda kan?" tanya Papa sehabis makan malam.
Farah mengangguk antusias menerima kabar semacam ini. Kali ini setidaknya ia dapat menatap Papanya dengan bersahabat setelah beberapa hari ini memberengut karena ia terpaksa harus bersama Rayfan.
"Ya ampun Paa, aku mau banget. Aku juga udah males semobil sama dia," ujar Farah sembari melirik Rayfan penuh permusuhan. Papa Sakta hanya tersenyum jenaka melihat interaksi Kakak-Adik ini.
Tapi, satu interupsi Rayfan yang tak biasa itu menghancurkan sudah ekspektasi Farah.
"Hmm Pa. Kayaknya Farah belum belajar nyetir, lebih baik untuk sementara Farah masih bareng aku aja." Perkataan Rayfan yang jelas tanpa kompromi itu membuat Farah ternganga.
"Loh, nggak bisa gitu dong. Aku kan bisa belajar nyetir abis ini." Inilah hal yang sangat dilupakan oleh Farah. Fakta bahwa selama ini ia tak pernah belajar mengemudi. Motor saja belum bisa apalagi mobil. Farah mengeluh frustrasi karena kegoblokannya dalam hal ini.
Rayfan kali ini berani menggeleng dan menatap Farah yang malah menatapnya kesal setengah mati.
"Sama Kakak aja ya Fa?" ucapnya kali ini dengan nada yang meminta dipatuhi. Farah demi menyaksikan itu mencak-mencak mencari pembelaan pada Papa Sakta yang malah tertawa melihat interaksi mereka.
Rifa sontak tersenyum dan ikut nimbrung mendukung Papanya. Fakta sebenarnya tentu karena Papa Sakta senang menyaksikan bahwa Rayfan anak sulungnya mulai mau berbicara padanya meski hanya sedikit. Setidaknya itu kemajuan yang baik kan?
Rayfan memilih tetap diam saat Farah sibuk memprotes perkataannya barusan. Tak tau saja, ia harus rela menelan gengsinya bulat-bulat pada Papanya hanya untuk membuat Farah tetap bersamanya.
Dan Sayangnya, dalam hal ini. Papa Sakta yang melihat interaksi bersaudara itu begitu menyenangkan membuatnya mengambil keputusan atas segala hal yang terlihat di atas permukaan saja. Pertengkaran antar saudara yang biasa terjadi itu membuat Papa Sakta menuruti keinginan Rayfan ketimbang memperhatikan muka Farah yang sudah nelangsa.
----------------
"Kenapa lagi itu muka lo?"
"Serius Ayu, dia nyebelin bangetttt." Ayu baru saja menyelesaikan kelasnya ketika ia mendapati muka Farah berkerut seolah memikirkan sesuatu begitu keras.
"Masa dia langsung bilang gue nggak bisa bawa mobil! Iya sih tapi kan gue bisa belajar. Lagian kenapa sih dia ngotot banget sama gue. Kayak Kakak gue aja."