Minggu pagi, Farah dengan terseok-seok melangkah menuju rumah Papa Sakta setelah menghabiskan satu minggu memilih menginap di rumah Tante Kiara. Papa Sakta dengan senang menyambut anaknya, berbeda lagi dengan tatapan Farah terkait dengan keberadaan Rayfan yang ikut menantinya pulang. Hari ini mereka sekeluarga akan hangout bersama. Jelas ini adalah situasi pertama kalinya bagi Farah ditambah dengan seluruh kegilaan yang ada antara ia dan Kakaknya ini.
Farah ogah-ogahan beranjak ke kamarnya ketika di kamar ia hanya berguling-guling di atas kasurnya. Sudah satu minggu kasur ini ia tinggalkan, dan bahkan tak ada yang berubah kecuali semuanya terlihat lebih rapi. Mungkin Rifa membersihkannya pikir Farah. Ia kemudian berusaha membuang rasa malasnya untuk bersiap-siap menghadapi Rayfan selama mereka bersama nantinya.
Di mobil, mereka berdua kembali duduk di bangku belakang yang sukses sudah membuat muka Farah nelangsa. Selama perjalanan, seperti biasa Rifa yang memiliki energi unlimited itu mencairkan suasana yang membuat Papa Sakta tertawa nyaring. Sekali-kali Farah juga ikut tertawa meski manusia di sebelahnya tak bergerak semili pun dan memilih tetap diam.
Sesampainya di mal, mereka langsung menuju bioskop. Yap, rencana mereka adalah menonton bersama di bioskop. Farah dengan cepat memilih berdiri di sebelah Rifa yang menempel di samping Papanya. Rayfan memilih berjalan di belakang mereka melihat keengganan Farah padanya. Ketika akan membeli tiket dan makanan, Papa Sakta dan Rayfan kompak bersedia secara suka rela melakukannya.
"Dua tuan putri harus duduk di sini dulu ya, biar Paduka Raja dan Pangeran yang mengambilkan seluruh kebutuhan kalian." Papa Sakta berakting ala ala zaman kerajaan yang membuat Rifa tertawa pelan. Rayfan sudah berjalan duluan meninggalkan Papanya, Farah dan Rifa akhirnya kompak duduk di salah satu kursi tunggu bioskop.
"Kakak tau nggak sih, aku senang banget kita bisa quality time gini. Dulu waktu Papa masih sama Mama, kami sering jalan-jalan kayak gini. Aku selalu dikasih tau kisah-kisah yang menyenangkan lainnya tentang Papa sewaktu Papa akhirnya pergi. Sampai aku mengetahui semuanya tepat sebelum Mama meninggal," ucap Rifa lirih, Farah entah kenapa sedikit merasa bersalah di sini. Padahal ia juga korban dan tak harusnya merasa seperti ini.
"Maafin Kakak ya Fa, semua itu nggak akan terjadi kalau bukan karena Kakak," balas Farah pelan. Rifa buru-buru menggeleng.
"Ini bukan salah Kakak kok. Aku tau, ini hanya tentang masa lalu yang belum terselesaikan. Tapi ketika kita berusaha menyelesaikannya, semuanya malah ikut berantakan." Rifa begitu mengerti dengan mudah, membuat Farah bertanya-tanya. Rifa yang ada di depannya ini, apakah orang yang sama yang ia jumpai dahulu.
"Yang paling penting, aku bahagia kita kayak gini terlepas dengan apa yang terjadi di masa lalu. Kak Rayfan juga setidaknya nggak sejauh dulu, Kakak tau nggak dulu Kak Rayfan pernah putus sama Kak Syifa. Kak Fafa juga kenal dia kan, soalnya setelah mereka putus Kak Rayfan kayak banyak melamun gitu. Nggak tau sih apa yang dipikirinnya. Tapi dia kayak se-hopeless itu loh Kak, tapi semenjak ada di sini meski dia tetap cuek bebek kayak gitu aku tau dia senang di sini. Mungkin karena kita akhirnya berkumpul bersama kali ya Kak," ujar Rifa lalu tertawa kecil.