Makan malam keluarga kali ini terasa begitu berbeda. Papa Sakta dan Rifa yang biasa berceloteh sekarang memiliki personel tambahan. Kehadiran Farah membuat suasana semakin meriah. Selesai membersihkan meja, Farah berlalu menuju kamarnya untuk bersiap-siap.
Papa Sakta fokus menatap layar televisi ketika Farah duduk di sampingnya dengan pakaian yang sudah rapi. Pria paruh baya itu pun menoleh.
"Cantik banget anak Papa, mau ke mana?"
"Itu Pa, aku boleh nggak jalan-jalan malam sama Ali. Fa belum pernah loh Pa keluar malam, kali ini boleh yaa?" Farah menunjukkan jari kelingkingnya mencoba membujuk Papanya sebaik mungkin.
Papa Sakta yang jelas memiliki pandangan berbeda menoleh aneh pada Farah. Sejak kapan pula anaknya kegirangan meminta izin padanya seperti ini.
"Sama Ali? Yang bareng sama kamu dan Ayu itu?" tanya Papa Sakta memastikan. Farah mengangguk mengiyakan.
"Boleh yaa Pa, dia baik kok bisa jaga Fa juga. Ya yaa." Farah menarik tangan Papanya yang masih memegang remote.
"Iya, bo-"
"Nggak! Kenapa nggak dia yang minta izin langsung ke sini hah?"
Farah langsung menoleh mendapati Rayfan menatapnya tak senang. Farah yang sudah lelah dengan seluruh drama Rayfan berdiri menantangnya.
"Masalah lo apa sih Kak? Heran deh, suka-suka gue dong mau pergi. Kenapa lo yang sewot."
Argumen dua saudara itu pecah sudah. Papa Sakta memandangi dengan heran tatapan mereka satu sama lain tampak jelas bermusuhan. Sebelum semuanya semakin kacau, Papa Sakta mulai mengambil alih.
"Udahlah Rayfan, biarin aja Adek kamu pergi. Jarang juga kan bisa jalan-jalan malam sama teman cowoknya." Papa Sakta berkata usil, sengaja benar menekankan kata cowok itu.
Rayfan tetap saja menggeleng tegas. Mendengus mendengar seluruh perkataan Papanya.
"Justru karena dia jalan sama cowok, di malam hari pula. Masa Papa kasih izin gitu aja?" tekan Rayfan tak habis pikir.
"Kamu jangan terlalu protektif Fan. Ayo baikan kalian."
Farah yang jelas tak sudi berbaikan membuang mukanya. Sedangkan Rayfan ikut berdiri diam tak mengucapkan apa pun. Sampailah ketukan di pintu membuat mereka semua menoleh.
"Permisi Om, aku Ali temannya Farah. Boleh aku masuk?"
Terlalu fokus dengan keberadaan Ali yang tiba-tiba, membuat Papa Sakta lambat bereaksi dan akhirnya mempersilakan pemuda itu masuk. Farah dan Rayfan duduk di satu sofa yang sama lagi, saling menyimpan kejengkelan masing-masing.