Sore ini aku bertanya pada sang awan, kenapa mataku tak sengaja melihat bidadari cantik yang baru saja lewat tak jauh dari mataku.
Aku adalah laki laki bernama Cakra Linggar. Dan gadis itu bernama Larasati. Aku mengetahui namanya dari tiap tiap orang yang ku kenal yang ku tanyakan.
Dari sanalah perasaan ini meluncur pesat, menyukai tiap tiap yang ia lakukan. Ia tinggal tak jauh dari tempatku bersinggah, maka dari itu tiap ada indahnya jingga di ujung senja aku selalu melihat kehadiran dirinya, entah itu ia membeli sesuatu di toko kelontong yang ada tepat tak jauh dari tempatku, atau apapun itu segala hal yang ia lakukan, aku menyukainya, sebab dirinya adalah bunga bagi kalbuku.
Hari hari berlanjut... aku semakin tidak karuan tak enak menahan diri dalam diam, tak betah menahan diri dari bingung. Aku sering berkata kata dan ber monolog dalam sepi, sembari ditemani pohon pohon yang yang tumbuh di sekelilingku dan ditemani daun daun jatuh yang pada saat itu bukan musim nya untuk terjatuh.
Kurasa tidak berlebihan sama sekali, jika daun itu jatuh sebelum musimnya, sangat memungkinkan sekali bahwa daun pun ikut salah tingkah melihat kecantikan sang Laras.
Perilakunya yang kian kulihat semakin lama semakin terlihat bahwa ia adalah wanita yang sangat ramah. Sama sekali tak terukir kekejaman di wajahnya.
Jika hanya kata, mungkin tulisan ini tak cukup untuk menggambarkan betapa indahnya Rahara. dari pandangan Sang Cakra.
"Hai Laras... bolehkah laki² lemah sepertiku ini jatuh cinta akan kecantikan-mu yang memancar terus menerus dalam tiap harinya"
begitulah monolog yang sering kukatakan pada daun pohon kelapa.
Jujur dari hati paling dalam dan sedalam Palung mariana. Aku sangat mencintaimu. tak dapat lagi terukir sesuatu yang menyebabkan aku ingin sedikit saja membencimu. Bolehkah diri ini memilikimu dalam peluk dan pelik di hari hari kita. Semoga jawaban nya sesuai harapanku.