Pagi cerah mengawali hari Fani. Hari melelahkan yang telah terjadi kemarin, membuatnya selalu ingin merebahkan badan di kasur lembut miliknya. Tapi hal itu tidak mematahkan semangat Fani untuk menuntut ilmu. Karena ia akan bertemu teman-temannya nanti di sekolah.
“Ibu..” sapa Fani. Senyuman indah terpancar dari wajahnya.
“Iya sayang.” jawab Ibu.
“Kau pasti lelah, Ibu membuatkanmu susu cokelat spesial.” ujar Ibu memberikan segelas susu.
Fani tidak pernah diberi Ibu susu rasa cokelat, karena jika kebanyakan cokelat walau hanya rasa, Fani bisa alergi. Tapi hari ini ibu sedang berbaik hati pikir Fani.
“Terimakasih.” kata Fani.
Fani berangkat seperti biasa. Di jalan ia bertemu David, tapi ia tidak berani menyapanya, karena David bersama tiga teman lainnya. Fani melanjutkan perjalanan tanpa menghiraukan David.
Di depan pintu kelas 6, ketika Fani akan masuk ke dalam kelas. Ia berpapasan dengan Yunita. Mereka berhenti sejenak, saling memandang dan segera Yunita pergi dengan menyenggol bahu Fani. Fani masih bingung dengan sikap Yunita padanya. Apa yang membuat Yunita selalu memusuhinya. Apa salah Fani?
Di bangku Fani, Isna bertanya. “Apa kau baik-baik saja?” tanya Isna yang melihat Fani melamun.
“Tidak.” jawab Fani.
“Ada apa?”
“Aku tidak tahu apa kesalahanku? Apa aku punya salah?.” Fani serius bertanya pada Isna.
“Salah? Kau melakukan apa? Aku tidak mengerti maksudmu.” Isna bingung.
“Pada Yunita.” Isna mulai memahami masalah pembicaraan.
“Sudahlah, jangan pedulikan kelakuannya. Bagiku kau tidak salah apa-apa.” Isna mencoba menghibur Fani.
“Iya kau tidak bersalah.” sahut Rini dari depan pintu. Rina, Fira, dan si kembar berjalan mendekati Fani dan Isna. Sejak perkemahan kemarin mereka dekat dengan Fira.
“Aku dengan Fira baru saja mendengarkan pembicaraan Yunita dengan Niswa. Yunita bilang, dia iri sama kau.” jelas Nina.
“Iri sama aku?” tanya Fani tidak menegerti.
“Iya, kau selalu mendapat ranking satu dan disayang guru-guru.” lanjut Nina.
“Aku tidak berniat menyakiti perasaannya.” kata Fani.
“Menurutku kau tidak salah. Kau bisa ranking satu, karena belajar dengan sungguh-sungguh. Kalau dia ingin sepertimu seharusnya berusaha, tidak berbuat curang.” ujar Isna membela Fani. Fani tertunduk.
Pulang sekolah….