Beberapa hari setelah perpisahan sekolah. Fani pergi ke sekolah untuk mengambil ijazah yang sudah bisa diambil untuk persyaratan daftar memasuki sekolah baru. Dalam ijazah Fani tertulis bahwa pelajaran Bahasa Indonesia mendapatat nilai 9.0, Matematika dan IPA mendapat nilai 10.0. Karena pencapaiannya ia mendapat hadiah dari wali kelas juga kepala sekolah untuk itu.
Dari Bu Bu Sherin Fani mendapat hadiah mukenah dan sajadah. Dari kepsek Hana Fani mendapat hadiah uang senilai 100.000. Berhubung nilai pelajaran agama Fani juga mendapat 100, maka ia berhak mendapat hadiah 100.000 yang sudah dijanjikan oleh guru agama yang di sayangi Fani. Namanya adalah Bu Nur. Fani belajar banyak dari semua guru yang pernah mengajarnya di SDN itu. Fani sangat berterimakasih untuk itu. Fani bersyukur atas rezeki yang telah ia terima. Semoga rezeki dan kebahagiaan lain akan datang pada Fani.
Hari yang menyenangkan sekaligus menyedihkan bagi Fani. Kenapa disebut hari yang menyenangkan? Karena hari ini Fani akan daftar ke sekolah yang jenjangnya lebih tinggi dari sebelumnya. Dan kenapa disebut sebagai hari yang menyedihkan? Karena sekarang Fani tidak satu sekolah lagi dengan teman teman SDnya. Walau begitu, ia masih berhubungan dengan teman-temannya melalui media sosial yang ia miliki. Seperti WA atau Facebook. Terkadang juga SMS atau sekedar telfon.
Sekolah yang ingin Fani masuki, yaitu MTsN 3 Jombang. Fani menyiapkan diri untuk daftar ke sekolah besok, Bu Wati membantu segala keperluan anak semata wayangnya itu dengan selalu berdzikir dan berdoa agar Allah member yang terbaik pada Fani. Dan semoga Fani bisa lancer untuk memasuki sekolah barunya. Doa selalu dipanjatkan sang Ibu dalam hati dengan ketulusan mendalam.
Keesokan harinya, Fani diantar Ibu Wati bersama Rima yang diantar Bu Siti yaitu Ibunya Rima, ke MTsN 3 Jombang untuk daftar sekolah di sana. Mereka mendaftarkan diri, mengisi formulir pendaftaran yang dibubuhi materai dan tanda tangan. Setelah didaftar, Fani dan Rima mendapat kartu nomor untuk mengikuti tes besok.
# # # # # # #
Hari ini sedikit mendung, tampaknya matahari tertutup awan. Hati Fani tidak merasa begitu mendung, tapi hanya saja rasa hati Fani tidak karu- karuan. Ia merasa sedikit grogi, entah kenapa. Bisa jadi karena hari ini adalah hari di mana Fani menghadapi tes psikologi. Ia pergi tes ditemani Bu Wati. Ia tak mengenal satupun orang di MTsN itu kecuali Rima. Karena Fani satu-satunya anak dari SDN Jombang yang mendaftar ke Madrasah. Teman Fani yang lain mendaftar di Sekolah Umum.
Ia mengisi soal yang diberi guru dari sekolah itu, dengan sebisanya. Banyak soal yang memerlukan penalaran. Ada juga perintah untuk menggambar. Fani suka menggambar tapi tak bisa menggambar dengan bagus. Ia berusaha dengan sngguh-sungguh.
Malam hari Fani belajar untuk tes tulis besok. Terbesit dipikirannya tentang teman-teman SDnya. Mereka jarang bertemu dan akan merindukan temannya. Fani berharap jika ia diterima nanti ia dapat mempunyai teman atau bahkan sahabat yang bisa mengerti dan menyayangi dirinya..
Bu Wati mendampingi dan mengajari Fani. Dari siapa lagi Fani selalau menjadi juara kelas kalau bukan dari Ibunya.
“Ibu doakan Fani ya.. Agar besok dapat menjawab soal dengan lancar dan tidak kesulitan.” pinta Fani.
“Kau tidak meminta, pasti Ibu akan mendoakanmu nak.” ujar Ibu. Fani belajar hingga pukul 20.00, lalu pergi tidur.
Pada sepertiga malam, Bu Wati membangunkan Fani untuk menghadap dan berkomuniasi dengan sang pencipta. Tidak seperti dulu, yang jika dibangunkan susahnya minta disiram. Sekarang Fani langsung bangun ketika dibangunkan, walau belum bisa bangun sendiri. Fani pergi ke kamar mandi untuk berwudhu dengan mata yang menyipit karena mengantuk. Setelah mengambil air wudhu, Fani dan Bu Wati melaksanakan sholat tahajud. Fani bersungguh-sungguh berdoa pada Allah agar dilancarkan segala urusannya. Tak lupa ia mendoakan Ibu, Ayah, temn-teman dan orang yang ia sayangi. Ia ingin orang yang berada di sekitarnya bahagia.
Selesai sholat tahajud, dilanjutkan sholat shubuh. Fani juga mulai belajar tadarus selesai sholat shubuh agar menjadi kebiasaan. Setelah itu mandi, bersiap-siap untuk pergi tes.
Hari yang masih terlihat mendung, sama persis seperti hari kemarin. Dan hati Fani hari ini sepertinya lebih mendung dari matahari yang tertutup awan di atas langit. Karena hari ini penentu dia masuk menjadi salah satu daftar anak baru atau tidak. Grogi yang dirasakan Fani semakin memuncak. Dia sesekali meniup kedua telapak tangannya yang dingin akibat grogi yang berlebih. Bu Wati yang mengetahui sifat anaknya itu, langsung mendekat dan merangkul Fani.
“Sayang, jangan panik, jangan grogi, kau pasti bisa. Kau sudah belajar dan berdoa. Kau hanya butuh berusaha dengan kamampuan kau. Keputusan akhir sereahkan pada Allah, Dia yang lebih tahu mana yang baik untuk hambanya.” tutur Ibu. “Iya Ibu.. Terimakasih..” kata Fani.
Setelah Fani sudah selesai mempersiapkan semuanya, Ibu mengantarkan Fani ke MTsN 3 Jombang. Sesampainya di sana Fani segera mencari di mana ruang tesnya. Ternyata ia satu ruangan dengan Rima, walau tidak satu bangku. Fani mencari bangku sesuai dengan nomor yang ia dapat kemarin. Tak berselang lama seorang perempuan masuk ruangan yang ditempati Fani, ia berpakaian seragam guru, yang sepertinya ia adalah salah satu guru MTsN 3 Jombang.
“Assalamu’alaikum.” ucap guru itu.
“Wa’alaikumsalam.” jawab semua anak yang mengikuti tes di ruangan itu.
“Perkenalkan saya Bu Ida, saya yang akan menjaga kalian. Ujian akan ada dua sesi. Sesi pertama kalian akan diberi soal untuk di kerjakan. Sesi yang kedua adalah praktik ibadah. Sekarang siapkan alat tulis kalian. Waktu mengerjakan 120 menit.” jelas Bu Ida.
Bu Ida berkeliling membagikan soal. Ada 5 lembar kertas yang diberikan. Pelajaran yang diteskan meliputi Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, IPA, dan Agama. Setiap pelajaran berisi 10 soal isian. Setelah Fani mendapatkannya, segera ia mengisi identitas lalu mengerjakan soal-soal itu dengan percaya diri.
Setelah mengerjakan dan mantap dengan jawaban yang telah ia goreskan di atas lembar jawaban Fani berdoa dalam hati agar jawabannya benar dan dapat menjadi salah satu murid baru di MTsN 3 Jombang.
Setelah itu ia melihat anak yang sebangku dengannya. Kelihatannya ia juga sudah selesai mengerjakan soalnya. Fani berniat untuk mengajaknya bicara.
“Namanya siapa?” tanya Fani pada anak di sebelah kirinya.
“Intan, nama kau?” Intan bertanya balik pada Fani.
“Fani.” menjawab dengan senang hati.
“Kau dari MI mana?” tanya Intan.
“Aku bukan MI, tapi SD, SDN Candimuly 1.”
“Berarti, kau kenal Rizky?” tanya Intan. “Iya aku kenal, menurutku dia sedikit nakal.” jawab Fani berbisik.
“Dia tetanggaku. Rumahnya bersebelahan dengan rumahku.” ujar Intan. “Oh. Aku tidak tahu, jangan beritahu Rizky ya kalau aku menyebutnya nakal.” Fani meringis.
“Iya, tidak perlu khawatir. Memang kenyataan kok kalau dia itu sedikit nakal.” kata Intan.
Sekitar 2 jam bel berbunyi tanda waktu mengerjakan habis. Semua peserta dipersilahkan menunggu diluar terlebih dahulu dan meninggalkan jawaban di atas meja.
“Bagaimana? Apakah sulit?” tanya Ibu Wati pada Fani yang baru keluar kelas.
“Insayallah tidak, banyak soal yang bisa Fani jawab. Semoga benar Bu.” jawab Fani.
Sekitar 10 menit, peserta dipersilahkan masuk kembali. “Semoga sukses.” kata Rima berpapasan denga Fani di depan pintu.
“Iya. Kau juga.” Semua peserta duduk di bangku masing-masing seperti sedia kala.
Di depan sudah duduk 2 orang laki-laki di meja guru. Sepertinya ustadz yang akan menguji. Praktik ibadah dilakukan berdasarkan nama yang dipanggil. Tak menunggu beberapa lama nama Fani Permata Putri dipanggil. Fani maju ke depan dengan sedikit grogi. Pertama Fani dites praktik ibadah sholat dhuhur, kemudian membaca Al-Qur’an. Surat apa yang akan dibaca dientukan oleh para ustadz yang menguji. Awalnya Fani grogi, tapi ia ingat kata-kata Ibunya. Akhirnya grogipun hilang. Alhamdulillah Fani melewati tes demi tes.
Tes telah selesai. Semua murid pulang dan tinggal menunggu hasilnya. Jika diterima akan diberi tahu melalaui SMS ke nomor HP yang telah dicantumkan dalam formulir pendaftaran. Dan keesokan harinya akan melakukan daftar ulang.
“Apakah kita nanti satu kelas kalau diterima?” tanya Fani. “Tidak tahu. Aku harap bisa satu kelas.” jawab Rima.
Mereka izin pada Ibu mereka untuk berkeliling lingkungan sekolah sebelum pulang. Sekolah ini di bagi menjadi 2, yaitu putra dan putri. Wilayah puta berada di gerbang depan, di mana Fani masuk kala dia pertama kali daftar. Sedang yang mereka tempati sekarang di gerbang belakang(wilayah putri). Mungkin akan menjadi pengalaman yang berbeda untuk Fani dari yang SD dulu kelasnya jadi satu putra dan putri, sekarang satu kelas putri semua.
Mereka melihat taman-taman kecil yang banyak ditumbuhi tanaman bunga juga beberapa pohon. Udaranya sejuk seperti berada di taman yang asri, taman samping rumah Fani saja kalah sejuk.
Fani melihat foto para kakak kelas yang jago dan hebat. Ada yang menjadi juara karate, juara pramuka, juara robotik, juara olimpiade, juga menjadi the best student. Ingin rasanya ia menjadi salah satu yang berprestrasi. Tapi semua itu pasti butuh waktu dan proses untuk mendapatkannya.
Puas dengan penjelajahan, mereka menghampiri Bu Wati dan Bu Siti yang terlihat berbincang.
“Bagaimana? Sudah penelitiannya?” goda Bu Siti.
“Mereka tersenyum. “Ya sudah, semoga kalian diterima dan sukses nantinya.” ucap Bu Wati mendoakan.
“Aamiin..” “Sekarang kita pulang.” ajak Bu Wati.
Di rumah, Fani hrap-harap cemas. Akankah dia diterima atau tidak? Ia menunggu pesan yang akan masuk ke nomor HP milik Ibu. Ketika Fani berayun sambil memegang HP milik Ibunya, tiba-tiba…
Tilulit… Tilulit… Suara SMS masuk terdengar dari HP yang dipegang Fani. Segera Fani membuka pesannya. ‘Selamat ananda yang bernama Fani Permata Putri diterima menjadi murid baru di MTsN 3 Jombang’ bunyi pesan itu. Seketika ia berlari memberi tahu Ibu.
“Ibu, Ibu aku diterima.” teriak Fani kegirangan. Saking girangnya, tak sengaja Fani menabarak Bu Wati.
“Sayang jangan lari, sampai kau menabrak Ibu.” Ibu memandang Fani dan segera merebut HP yang digenggam Fani.
“Selamat ya.. Ibu ikut senang mendengarnya. Ibu yakin kau bisa selama kau berusaha.” kata Ibu memeluk Fani.
“Besok kita bersiap untuk daftar ulang.” lanjut Ibu.
“Oke.” Fani mengedipkan matanya.
Ternyata cuaca mendung dua hari terakhir ini berbanding terbalik dengan suasa hati Fani sekarang, SMS masuk membuat Fani merasa hari ini cerah walau tidak sesuai kenyataan.
# # # # # # #
Hari yang ceria seperti hati Fani. Ia bersama Ibunya pergi daftar ulang. Ternyata di sana sudah berkumpul para murid dan wali murid. Kursi-kursi tetata rapi untuk para hadirin yang datang. Di depan terdapat panggung cukup besar. Fani dan Bu Wati duduk di kursi yang kosong, berada di barisan tengah. Tak disangka sebelah Fani adalah Rima dan Ibunya.
“Rima.” sapa Fani.
“Fani.” membalas sapaan Fani.
“Kita diterima.” ucap mereka bersamaan. Bu Wati dan Bu Siti hanya tersenyum melihat tingkah mereka berdua. Tanpa disadari Fani dan Rima yang sedari tadi asyik mengobrol, seseorang naik ke atas panggung, membacakan urutan-urutan acara. Mulai dari sambutan dari kepala madrasah, banjari dari anak putra. Dan yang membuat Fani kagum adalah salah satu anak putra yang membaca kitab kuning dan memaknainya.