STORY OF FRIENDSHIP

Rahmanur Mumpuni
Chapter #9

SESUATU YANG BARU DALAM PERSAHABATAN

Hari ini hari Jumat, di mana Fani libur sekolah. Dulu ketika masih SD ia libur hari Minggu, sekarang hari Jumat. Fani merasa aneh dengan hal itu, karena baru pertama kali ia merasakannya. Pukul 09.00 setelah ia selesai membantu Ibu, Fani izin untik pergi bermain bersama Rima.

“Ibu, Fani izin main ya..” kata Fani.

 “Iya sayang, hati-hati ya.. Pulang sebelum dhuhur ya.. Ingat hari ini hari Jumat.”  “ Iya Bu..”

Fani pergi ke rumah Rima dengan bersepeda.

“Assalamu’alaikum.” ucap Fani. 

“Wa’alaikumsalam.” jawab Bu Siti.

 “Oh,, Fani.. Cari Rima ya? Masuk nak.” ajak Bu Siti.

“Iya, terimakasih..” Tak lama Fani menunggu di ruang tamu ditemani Bu Siti, Rima keluar melempar senyuman pada Fani.

“Kalian mau pergi ke mana?” tanya Bu Siti.

 “Kita mau ke taman dan juga ke perpustakaan Bu..” jawab Rima. Fani mengangguk. Mereka berpamitan pada Bu Siti dan pergi.. 

“Kita pergi ke taman atau ke perpustakaan dulu?” tanya Fani.

 “Ke perpustakaan saja dulu.” jawab Rima. Mereka pergi ke perpustakaan Mastrip. 

“Kau sudah menjadi anggota?” tanya Fani. 

“Sudah.. Kau?” jawab Rima. 

“Aku juga sudah.”

Mereka berkeliling di antara rak-rak buku. Mencari buku yang cocok untuk dibaca. Setelah menemukan buku yang dicari mereka memutuskan untuk meminjamnya dan akan pergi ke taman. Ketika hendak turun tangga, mereka menabrak seseorang. Ternyata seseorang itu adalah Elly.

Bruk.. buku Fani dan Rima jatuh. 

“Mian.” kata Elly. 

“Elly, iya tidak apa-apa. Aku juga maaf.” ucap Fani. 

“Kalian sedang apa di sini?” tanya Elly.

 “Kita sedang pesta.” jawab Rima.

 “Pesta? Ini kan perpustakaan, dan sepi seperti ini kok dibilang ada pesta.” kata Elly.

 “Maka dari itu Elly, kita di sini untuk meminjam buku, bukan pesta.” jelas Fani.

 “Hehe..” Elly meringis.

 “Kalian mau ke mana?” tanya Elly. 

“Kita mau ke taman.” jawab Rima. “Mau ikut?” timpal Fani.

 “Boleh di mana tamannya? Aku ikut.” Elly antusias.

 “Tidak di sini Elly, dekat, rumah Isna.” jawab Rima. Wajah Fani berubah seketika.

 “Kenapa Fani?” tanya Elly.

 “Tidak apa-apa. Yah sudah kau pinjam buku, kita tunggu di meja dekat jendela ya.” ujar Fani menunjuk meja dekat jendela. 

“Siap bos qiu.” Rima dan Fani menunggu.

Sekitar 20 menit… 

“Lama banget sih Elly. Pilih buku atau ketiduran?” kata Rima.

“Ketiduran mungkin.” celetuk Fani. 

“Sudah.” Elly mengagetkan mereka dari belakang dengan suara pelan. Fani dan Rima tidak kaget. 

“Kalian tidak kaget.” tanya Elly kesal rencananya gagal. 

“Tidak. Kita sudah melihat bayangan kau dari kaca itu.” kata Rima melihat kaca jendela.

 “Yah..” keluh Elly.

 “Dar!” Fani dan Rima mengageti Elly.

 “Aaa..” pekik Elly.

 “Ssstt…” orang yang berada di perpustakaan itu menyuruh ketiga anak itu diam.

 “Ups.” Mereka menutup mulutnya.

Mereka segera ke penjaga perpustakaan untuk meminjam buku yang dibawa Elly dan segera meninggalkan perpustakaan karena malu. Mereka segera menuju ke taman mengendarai sepeda dengan santai.

 “Kau sudah lama jadi anggota?” tanya Fani pada Elly. 

“Belum, aku jadi anggota tahun lalu.” jawabnya. 

“Sama dong.” sahut Rima.

 “Aku juga, kok tidak bertemu ya?” kata Fani. 

“Mungkin beda waktu.” jawab Elly.. 

“Ya.” “Memangnya di mana tamannya?” tanya Elly tidak mengerti.

#    #    #    #    #    #    #

“Sudah sampai.” jawab Fani. 

“Apa? Itu tamannya? Aku juga ke sini, biasanya ketika libur hari Jumat seperti ini. Biasanya bersama teman, kadang keluarga, terutama adik.” Elly bercerita. 

“Jadi kita bertiga suka pergi ke sini. Tanpa ada yang tahu satu sama lain.” kata Rima.

 “Dan sekarang kita pergi ke sini bersama-sama.” sahut Fani.

Mereka membaca buku yang telah mereka pinjam.

 “Oh ya, Isna tidak kelihatan.” tanya Rima. 

“Isna, siapa?” tanya Elly.

 “Isna itu teman SD nya Fani. Rumahnya dekat sini.” jawab Rima.

 “Dia pergi.” jawab Fani sedih.

 “Pergi?” tanya Rima dan Elly tidak mengerti maksud perkataan Fani.

 “Dia pindah rumah. Rumahnya tidak di sini lagi.” jawab Fani tertunduk.

 “Oh maaf. Aku tidak tahu mengenai itu.” kata Rima.

 “Ne mian. Tapi jangan sedih, kita kan ada di sini bersama kau.” Elly menghibur Fani.

 “Kita menjadi teman?” ucap Fani senang.

 “Kita sahabat.” celetuk Elly.

 “Iya kita sahabat. Jangan sedih ya..” ujar Rima.

Mereka saling cerita satu sama lain tentang diri mereka dan banyak hal. Setelah mereka dari taman, mereka berkeliling sebentar.

 “Aku ingin tahu rumah kalian.” kata Elly. 

“Rumah kami?” jawab Fani dan Rima bersamaan. 

“Aku juga penasaran dengan rumah kau.” sahut Fani. 

“Aku mau tahu rumah kalian dulu. Rumahku lumayan jauh dari sini. Kalau rumah kalian kan tidak begitu jauh..” kata Elly.

 “Ya sudah kita ke rumah Fani saja. Di rumahku tidak ada orang. Tadi Ibuku bilang ia mau ke rumah temannya.” ucap Rima.

 “Ok kita ke rumah Fani.” Elly bersemangat.

“Rumahku dengan rumah Fani dekat lo.. Cuma beda gang.” kata Rima dalam perjalanan ke rumah Fani.

 “Jadi hanya aku yang rumahnya jauh.” ucap Elly. 

“Sudah tidak apa-apa. Cuma masalah rumah, kita masih bisa main bukan?” kata Fani. “Iya.”

Sesampainya di rumah Fani, Elly langsung berayun di ayunan yang berada di taman rumah Fani. “Kau punya taman? Bagus juga. Kalian tahu aku suka sekali main ayunan, sejak kecil sampai sekarang.” kata Elly. Mereka tersenyum melihat tingkah Elly seperti anak kecil. Beberapa menit kemudian Fani heran dengan pintu rumah yang tertutup. ‘ibu di belakang atau pergi ya?’ pikir Fani. Fani menuju pintu dan membukanya.

“Pintunya dikunci. Jika Ibu di dalam tidak mungkin pintunya dikunci. Berarti Ibu keluar. Tapi ada apa?” kata Fani dalam hati.

Tidak sengaja Fani menemukan sepucuk surat di bawah pintu rumahnya. Ia membukanya dan Fani kaget setelah membaca isi surat itu.

 “Nenek sakit!” teriak Fani kaget. Elly dan Rima menghampiri Fani yang berdiri mematung.

 “Apa yang terjadi?” taya Elly. Rima segera mengambil kertas yang ada di tangan Fani. 

“Neneknya sakit.” kata Rima pelan. “Aku harus segera ke rumah nenek.” ucap Fani menuju sepedanya dan segera pergi. Elly dan Rima mengikuti Fani.

Setelah sampai di rumah neneknya. Fani segera membuka pintu. Baru satu langkah ia masuk ke rumah nenek, Fani berhenti. Fani teringat kedua temannya itu, Fani menoleh.

 “Elly, Rima, kalian mengikutiku.” ucap Fani. 

“Iya. Kmau sedang sedih sekrang. Kitakan sahabat. Jadi kita ada di sini bukan begitu Elly?” kata Rima. 

“Iya, betul betul betul.” timpal Elly. Fani trsenyum haru. Kemudian mereka masuk.

“Nenek..” pekik Fani. Ia berlari sampai tersandung.

 “Fani.” terdengar suara Ibu Wati.

 “Ibu nenek kenapa?” tanya Fani hawatir melihat nenek terbaring di tempat tidur. 

“Nenek sudah baikan Fani. Nenek hanya kelelahan. Nenek kan sudah tua.” jawab Nenek.

 “Ya sudah, nenek istirahat, jangan sampai kelelahan lagi. Fani di sini, kalau butuh apa-apa, minta saja bntuan Fani.” ujar Fani.

“Eh, mereka teman-teman kau.” kata Ibu melihat Rima dan Elly di dekat pintu kamar nenek. 

“Iya Bu, itu Rima dan itu Elly.” Fani memperkenalkan. 

“Sayang kau belum makan siang ya? Ibu sudah masakkan kau di rumah. Kau pulang saja dulu. Ajak teman-teman kau makan di rumah. Nenek biar Ibu yang jaga.” ujar Ibu. 

“Tapi..” 

 “Turuti Ibumu nak. Nenek tidak apa-apa.” Nenek memotong perkataan Fani.

 “Baiklah nek, cepat sembuh ya..Fani pulang dulu.” Fani berpamitan.

 “Iya, hati-hati.” ujar nenek. Mereka bertiga pulang, kembali ke rumah Fani lagi.

“Elly, Rima. Terimakasih.” ucap Fani.

 “Untuk apa?” tanya Elly. “Kalian sudah menemaniku ke rumah nenek.”

 “Kita sahabat Fani. Bukan begitu? Jadi itu sudah wajar.” kata Rima. 

“Yes Friends.” sahut Elly. 

“Ya sudah, ayo masuk.” ajak Fani.

 “Kuncinya?” tanya Rima. 

Lihat selengkapnya