STORY OF FRIENDSHIP

Rahmanur Mumpuni
Chapter #10

MASALAH TAK DIUNDANG

KRRIIIIINGG…

Bel istirahat berbunyi Bu Muna mengunjungi kelas 7M. “Assalamu’alaikum.” ucap Bu Muna. 

“Wa’alaikumsalam.” 

“Alma, ini daftar nama anak kelas 7M, kamu tulis di absen ya beserta tanggal lahir dan pondoknya. Dan ini nama guru yang akan mengajar kalian, tulis di jurnal saat setiap kali ada waktu pelajarannya ya! Jangan lupa beserta kode guruya.” ujar Bu Muna.

 “Ya Bu, terimakasih.” kata Alma.

“Fani, ini tolong kau tulis di absen ya,aku yang akan mengisi jurnalnya.” ucap Alma pada Fani yang baru saja ingin melahap makanan yang sudah hampir kan berlabugdi mulut Fani.

 “Iya, nanti aku akan menulisnya.” jawab Fani. 

“Nanti?” tanya Alma seperti tidak terima dengan jawaban yang dilontarkn Fani.

 “Memang kapan?” tanya Della yang duduk di samping Fani.

 “Kenapa tidak sekarang?” jawab Alma dengan pertanyaan. “Yang pertama kali diamanati tugas itu siapa?” sahut Rima dari belakang Fani.

 “Aku, tapi Fani juga sekretaris bukan?” elak Alma. 

“Alma, Fani kan sudah bilang, kalau dia akan menulisnya nanti. Terus apa masalahnya? Lagi pula ini waktu istirahat, yang lapar tidak hanya kau saja, Fani juga merasakannya. Apa kau tidak lihat makanan di hadapan Fani menangis karena belum juga dimakan?” ujar Elly dengan nada menasihati Alma, karena Elly menganggap perilaku Alma kurang sopan. Alma segera menjauh meninggalkan bangku Fani dan menuju bangkunya yang berada di belakang Amanda.

“Sudah, makan saja makanannya.” kata Della. 

“Iya, makasih ya..” ucap Fani pada ketiga temanya itu.

 “Nee..” jawab Elly. Lagi-lagi perkataan Elly membuat teman-temannya tidak mengerti artinya. 

“Iya Friends..” lanjut Elly. Mereka tertawa karena tingkah Elly yang seperti anak kecil.

Setelah istirahat tibalah saatnya untuk pelajaran IPA. Fani tidak begitu suka dan juga tidak membenci mata pelajaran yang satu ini. Ia suka jika dihadirkan Fisika dan Biologi, tapi jika Kimia, ia sedikit bosan dan enggan menghafal jikalau itu tidak akan keluar ketika ujian. Teman sebangku Fani, Della. Ia sama sekali tidak tertarik dengan pelajaran IPA. Tapi apa boleh buat, di sekolah pasti terdapat pelajaran itu.

Bu Tina memasuki kelas 7M yang pada saat itu sedikit terdengar suara lebah yang sedang mendengung alias suara yang dikeluarkan anak kelas 7M dari mulut mereka. Ketika Bu Tina duduk di kursi guru. Semua lebah itu diam bagai diterjang badai yang membawanya pergi jau dari kelas 7M.

“Selamat siang anak-anak.” kata guru IPA itu pada semua murid sebagai pemukaan.

 “Siang Bu.” jawab mereka. “Ibu akan mengajar pelajaran IPA, kalian sudah tahu nama Ibu siapa?” tanya Bu guru IPA yang belum diketahui namanya. 

“Belum.” jawab anak-anak serempak.

 “Yakin belum? Sekretaris kalian pasti sudah tahu. Siapa coba sekretarisnya?” kata Bu guru IPA. Belum sempat Alma menjawab bu guru IPA, Intan menyahuti.

 “Tapi yang lain belum tahu Bu.” celetuk Intan. 

“Iya Bu.” sebagian teman lain mendukung pernyataan Intan.

“Ya sudah panggil saja nama Ibu, Bu Tina.” ucap bu guru IPA. “Bu namanya seperti nama saya.” ada anak yang menyeletuk. 

“Siapa? Yang mana ankanya?”

 Sebagian anak menunuuk ke arah anak yang duduk di bangku nomor dua dari belakang, barisan bangku Intan.

 “Oh kau. Tapi jangan sampai lupa ya, karena namanya sama, nanti Ibu dianggap teman, Tina teman kalian dianggap guru.” ujar Bu Tina.

 “Hahaha.” anak-anak tertawa mendengar perkataan Bu Tina.

Setelah semua tugas yang diberikan Bu Tina selesai dan juga bel istirahat berbunyi, semua murid pergi ke kantin, tapi tidak dengan FRIENDS. Nama yang baru terbentuk sepertinya sudah mulai berpengaruh bagi mereka. Yang awalny cuek dan tidak peduli, yang awalnya malu-malu, kini mereka sudah bisa bersendau gurau sati sama lain. Mereka seperti sudah menjadi teman atau bahkan sahabat lama.

“Teman-teman, aku punya tebak-tebakan.” ucap Elly.

 “Apa?” semua penasaran engan teka-teki yang akan diberikan Elly.

 “Jin, Jin apa yang tampan?” tanya Elly. 

“Memangnya jin itu ada yang taampa?” tanya Della tidak mengerti. 

“Apa kalian pernah melihat jin? Bagaimana bentuknya?” ujar Rima.

 “Mungkin Elly pernah mimpi didatangi jin tampan.” kata Fani dengan tersenyum. 

“Belum mimpi sih, tapi aku punya fotonya.” jawab Elly. 

“Punya Fotonya?” Intan bertanya menampakkan ekspresi kaget.

 “Berarti kau penah ketemu langsung dong?” ucap Najwa penasaran.

 “Kalian ini bagaimana? Aku yang memberi tebakan, malah aku yng dicerca pertanyaan.” kata Elly cemberut.

 “Tapi memang aku tidak tahu jawabannya, makannya aku bertanya.” jawab Della.

 “Setidaknya jawab dulu pertanyaanku.” ujar Elly.

Sekitar lima menit semua diam berpikir apa jawaban ynag tepat untuk teka-teki Elly. 

“Jin tomang.” celetuk Della asal-asalan. “Kok jin tomang sih, jin yang tampan.”

 “Pak Jin Young.” pekik Fani dan Rima bersamaan.

 “Iya betul, tapi bukan Pak, Park.” Elly membetulkan.

 “Siapa itu, dia asli jin?” tanya Najwa dengan wajah polosnya.

 “Bukan, dia itu kakaknya Elly. Kalau kalian mau tahu, tanya saja Elly.”

 Belum ditanya, Elly sudah bersemangat menjelaskan. “Park Jin Young adalah…”

 KRIIING..

Belum sempat melanjutkan kata-katanya, bel masuk berbunyi. 

“Pak Jin Young adalah..” kata Rima mengulangi perkataan Elly sambil menggandeng teman-temannya menuju kelas. 

“Kriiing..” Della melanjutkan.

 “Kalian!!” Elly memperlihatkan rau wajah yang tampak marah. Wajah Elly ketika marah sangat aneh, maka dari itu Fani suka sekali untuk menggoda Elly.

“Sudah jangan berteman.” ucap Intan.

 “Apa kau bilang?” ujar Rima, Della, dan Elly bersamaan. 

“Wow..” Intan kaget karena disergap.

 “Kita itu FRIENDS, kok disuruh jangan berteman, bagaimana sih?” kata Elly.

 “Iya, kau ini bagaimana sih.” ucap Rima dan Della.

 Sekarang Rima, Della, Elly menyerang Intan. Melupakan tentang Pak Jin Young, maksudnya Park Jin Young. Fani dan Najwa hanya menyaksikan pertunjukkan bioskop yang tidak mengeluarkan biaya untuk membeli tiketnya.

Pulang sekolah mereka menuju mading yang berada di depan perpustakaan.

 “Apa ada kabar baru?” tanya Najwa. 

“Sepertinya ada.” jawab Fani. Terdapat dua buah mading. Fani dan Najwa berada di mading yang berisi lembaran kertas pemberitahuan.

 “Ini apa?” tanya Fani pada Najwa.

 “Sepertinya itu pemilihan untuk pembimbingan olimpiade.” jawab Najwa. 

“Olimpiade?” tanya Fani lagi. 

“Iya, tetanggaku yang pernah berekolah di sini, juga pernah mengikuti olimpiade. Dan aku juga ingin ikut.” kata Najwa.

 “Tapi ini hanya pembimbingan?”

 “Iya, kita dibimbing dan akan bisa mengikuti KSM, OSN, taupun OSSBA.

 “Oh.. Begitu..” Fani mengangguk pelan.

“Kalian sedang membicarakan apa sih? Kok kelihatannya serius.” tanya Intan meletakkan kepalanya diantara Fani dan Najwa.

 “Ini ada pemilihan untuk pembimbingan olimpiade.” jawab Fani. 

“Oh.. Kalian mau ikut?”

 “Sepertinya iya.” jawab Najwa. Fani hanya diam.

“Ayo pulang, langit sudah gelap. Nanti kalau turun hujan bagaimana?” kata Rima.

 “Tapi mereka belum dijemput. Apa kita tidak menuggunya.” yang dimaksud Fani mereka adalah Elly, Intan juga Najwa.

 “Tidak apa-apa Fani, sebentar lagi kita dijemput. kalian kan bawa sepeda pasti nanti lama perjalanan pulangnya.” ujar Intan.

 “Hujan kan hanya air, kenapa harus takut?” kta Della.

 “Besok seragamnya masih dipakai Della.” sahut Rima.

 “Aku takut nanti dari awan hitam yang ada dilangit turun sebuah pesawat elien yang di dalamnya terdapat Pak Jin Young.” Fani menggoda Elly.

 Elly hanya diam tidak berkata-kata seperti sebelumya. Ia hanya menunjukkan ekspresi yang tidak biasa. Memoncongkan bibir dan melipat-lipat wajahnya.

#   #    #    #    #    #    #

“Fyuh! Hari ini melelahkan sekali. Ingin rasanya besok libur sekolah. Tapi itu tidak mungkin, MTsN 3 Jombang libur hari Jumat bukan hari Minggu.” kata Fani pada diri sendiri.

Setelah makan siang, Fani menemui Ibunya di halaman belakang rumah. Ibu Wati sedang menjemur pakaian di sana.

“Ibu.” panggil Fani.

 “Iya apa nak?” tanya Ibu.

 “Ibu tahu tidak teman yang kemarin bersamaku

“Elly?” Ibu memastikan. 

“Iya, Elly juga teman Fani yang lain, FRIENDS Bu.”

 “Iya sayang teman kau, ada apa?” tanya Ibu tidak memahami apa maksud yang ingin disampakan Fani. 

“Ibu FRIENDS. Di sekolah Fani punya banyak teman, tapi Fani punya 5 sahabat dekat. Mereka FRIENDS. Fani, Rima, Intan, Elly, Najwa, dan Della.” Fani menjelaskan. Bu Wati diam sejenak. 

“Oh.. Itu singkatan nama.” Bu Wati baru mencerna kata-kata Fani. 

“Semoga kalian baik-baik saja, tidak ada salah paham di antara kalian, dan bisa menjadi sahabat yang baik ya.” ujar Ibu. 

“Ya dong Bu. Selamanya.” kata Fani dengan senyum indah terukir di bibirnya.

“Oh ya, kau hari ini mengaji tidak?” tanya Ibu Wati.

 “Iya Bu, libur mengajinya sudah selesai.” jawab Fani. 

“Nanti Ibu titip piring ya, kau kembalikan ke Tante Velisha. Kemarin Ibu diberi sup pakai piring Tante Velisha.” kata Ibu. 

“Oh sup yang kemarin, iya Bu, nanti ketika berangkat Fani kan lewat depan rumahnya Tante Velisha.” ucap Fani.

 “Terimakasih sayang.”

Fani pergi ke rumah Tante Velisha untuk mengembalikan piring. Ia ke sana sudah memakai busana muslim dn hendak mengaji. Ia mengucapkan salam dan memanggil Tante Velisha. Pintu terbuka dan yang berada di balik pintu bukanlah Tante Velisha, melainkan David, teman laki-laki Fani.

“Ada apa?” tanyanya dengan wajah datar.

 “Ibu kau mana?” tanya Fani.

 “Aku ada di sini, apa harus Ibuku? Ibuku sedang keluar, kalau ada pesan aku sampaikan.” kata David.

 Fani berpikir bahwa David baru saja bangun tidur, jadi belum benar-benar terjaga. Karena sikap David tidak seperti terakhir kali bertemu dengannya. 

“Oh begitu, ini Ibuku mengembalikan piring. Terimakasih.” ujar Fani.

 “Sama-sama.” jawab David singkat. David berjalan meninggalkan Fani. Sebelum David menutup pintu rumah Fani menghentikan gerakkan David. 

“David, kau tidak pergi mengaji?” tanya fani. 

“Mengaji? Bukankah ngajinya libur?” “Sudah selesai David. Apa kau lupa bahwa liburnya hanya dua minggu?” ucap Fani.

 “Oh ya? Sepertinya aku hari ini tidak masuk mengaji.” kata David.

 “Kenapa?” “tidak apa-apa.” jawab David. Kali ini David bergerak cepat, sehingga Fani tidak bisa menghalangi langkah David.

Fani melanjutkan perjalanan ke TPQ, di tengah perjalanan ia bertemu Rima.

 “Fani.” pekik Rima.

 “Hai.” Fani melambaikan tangan ke arah Rima. 

“Fani kau mau tidak aku ajak ke taman biasa?” tanya Rima. 

“Sepertinya pemandangannya bagus.” lanjutnya. 

“Bagaimana ya?” Fani berpikir sejenak.

 “Ok, tapi jangan sampai maghrib ya, aku belum izin Ibuku.” kata Fani.

 “Siap.”

Sepulang dari mengaji, Fani dan Rima pergi ke taman biasa. Di sana mereka duduk di salah satu ayunan. Entah ada apa? Hari ini taman begitu terlihat ramai, sepertinya ada pasar bulanan. Di mana banyak sekali orang berjualan, mulai dari makanan sampai pernak pernik, seperti gelang, cincin dan lain-lain.

“Ramai sekali ya?” kata Fani pada Rima.

 “Iya, aku mengajakmu ke sini karena ini.” ucap Rima.

 “Rima, coba kau lihat di sana, itu bukankah?” uajr Fani.

 “Coba kita ke sana.” Mereka mendekati dua orang anak perempuan seusia mereka yang sedang berada di salah satu toko pernak-pernik. 

“Assalamu’alaikum.” ucap Fani dan Rima hampir bersamaan. 

“Wa’alaikumsalam.” kedua anak itu menoleh. “Elly, Della. Kalian juga ada di sini.” kata Rima. 

“Kalian ingin beli apa?” tanya Fani. 

“Ini Elly dari tadi beli memilih gelang, tapi belum selesai juga.” jawab Della.

 “Memang tidak boleh? Memilih gelang itu harus denagn perasaan, Della.” sangkal Elly.

“Sesuka kata hatimu saja.” ujar Della.

 “Kalian naik apa? Sepeda?” tanya Rima.

 “Iya, kita naik sepeda.” jawab Elly. 

“Tapi aku yang capek, karena harus menanggung beban yang melebihi beban hidup.” sahut Della.

 “Apa kau bilang? Kau mau bilang kalau aku itu berat?” Elly tersinggung akibat perkataan Della. 

“Just Kidding.”

“Elly rumah kau kan jauh dari sini, sedangkan sebentar lagi maghrib datang, apa kau sudah izin orang tua kau?” tanya Rima.

 “Sudah, tenang saja, aku sengaja ke sini bersama Della. Rencananya kita sholat di musholla dekat sini” jawab Elly.

 “Bagaimana kalau ke masjid dekat rumah kita, kalian bisa beristirahat di rumahku nanti.” Fani menawari Elly dan Della.

 “Ok baiklah, sekarang kita berangkat. Dari pada keburu masuk waktu maghrib.” ajak Della.

#    #    #    #    #    #    #

“Kalian mau diantar pulang?” tanya Fani. “Tidak perlu Fani, kita kan pemberani.” kata Della sambil berkacak pinggang.

 “Benar ya, nanti kalau ada belalang jangan lari lagi.” sahut Elly melirik sinis Della.

 “Dela, kau takut belalang?” tanya Rima seperti tidak percaya. Della hanya tersenyum malu.

Fani, Rima, Della, juga Elly merasa sangat bahagia. Mereka banyak melewatkan kejadian yang menyenangkan. Mereka berharap untuk selalu bisa bersama dlaqm canda tawa tanpa adanya penghalang batu besar yang menimbulkan pertengkaran.

#    #    #     #    #    #    #

“Kau tidak mengisi absennya?” Tanya Alma dengan nada seperti orang minta dipukul.

“Eh, tidak, kemarin aku tidak mengisinya. Kau tahu kan kalau kemarin aku izin tidak mengikuti pelajaran.” Jawab Fani dengan nada datar seperti biasa, tanpa gas.

“Sesibuk itukah kau? Sampai tidak sempat mengisi absennya?” ucapan Alma membuat Fani tertohok serta bingung dengan sikapnya.

“Bukankah kau juga sekretaris?” Della menjawab kata-kata Alma sebelum Fani menangkis perkataan Alma.

“Hebat, sahabatnya datang untuk membela.” Kata Alma lalu mengambil nafas dalam-dalam.

“Aku tidak ada urusan denganmu.” Lanjut Alma.

“Mungkin tidak, tapi kau berurusan dengan temanku.” Kata Della memihak Fani.

“Della, aku bisa mengatasinya sendiri. Lebih baik kau tidak ikut campur.” Ucapan Fani bermaksud mencegah tindakan Della yang mulai tidak terkontrol.

“Ajari temanmu ini, agar tidak memandangku seperti itu.” Alma menatap Fani lalu Della yang melotot menatap dirinya.

“Alma, maaf sebelumnya. Sekretaris di sini bukan hanya aku, tapi kau juga. Dan yang menjadi sekretaris pertama adalah kau. Seharusnya kau yang lebih bertanggung jawab.” Ucapan Fani membuat Alma tak bergidik sedikitpun.

“Aku harap kita bisa bersahabat dan bekerja sama.” Fani menambahkan

Alma masih berdiri, terdiam dan menatap dengan pandangan kosong, sampai tidak menyadari bel masuk telah berbunyi. Setelah keluar dari pikiran cekeremesnya. Alma segera menuju tempat duduknya kemudian mulai mengeluarkan buku pelajaran yang akan segera berlangsung dengan wajah boneka Donaldnya.

“Apa kau baik-baik saja?” Della bertanya pada Fani yang sedang minum air putih.

“Tenang saja, aku tidak selemah yang kau kira.” Ucap Fani.

#    #    #    #    #    #    #

Lihat selengkapnya