STORY OF FRIENDSHIP

Rahmanur Mumpuni
Chapter #11

RUMAH POHON

FRIEND, mereka duduk di salah satu meja kantin sedag berbincang-bincang diiringi suara keramaian yang ditimbulkan anak-anak yang sedag mengantri untuk membeli makanan. Udara yang sejuk juga hawa yang tidak terlalu panas karena adanya banyak pohon di sekitar halaman sekolah membuat perbincangan mereka semakin seru dan hangat.

“Teman-teman, bagaimana kalau kita membuat tempat bermain.” Celetuk Intan.

“Apa?” Elly bertanya maksud dari perkataan itu.

“Aku kemarin sendiri di rumah. Semua keluargaku pergi ke luar kota, mereka tidak mengajakku karena menyuruhku untuk tetap sekolah, mereka prgi selama beberapa minggu. Entah sampai kapan.” Intan mencurahkan isi hatinya.

“Oh,, kasihan kau, apa kau mau aku temani.” Kata Najwa.

“Iya, tapi jelas itu tidak mungkin, karena di rumah kau ada orang tuamu yang akan melarangmu untuk itu. Tidak masalah jika malam hari aku sendiri, tapi jika di siang hari.” Intan melanjutkan.

“Kau ini bagaimana, malam hari tidak mengapa sendiri, tapi jika siang kenapa? Bukankah setan itu akan datang jika malam hari.” Sahut Najwa.

“Dia tidak penakut sepertimu.” Kata Della.

“Kau jangan menakutiku dong.” Ucap Elly.

“Kenapa kau merasa takut? Yang sendirian di rumah kan Intan bukan kau.” Ujar Rima.

“Tapi, tempat bermain apa?” Fani bingung.

“Tempat bermain ya. Bagaimana kalau rumah pohon.” Suara perempuan menyahuti.

“Kak Silvi.” Kata mereka serempak.

“Aku kemarin ke rumah Fani dan melihat taman di sampingnya. Bagaimana kalau kita membuat rumah pohon saja, pohon mangga Fani kan cukup besar untuk dijadikan rumah pohon.” Kata Kak Silvi.

“Boleh juga. Tapi apa kalian boleh bermain ke rumah Fani. Rumah kalian cukup jauh bukan?” ujar Rima.

“Tidak mengapa, kalian anak baik-baik. Pasti orang tuaku mengizinkannya.” Jawab Najwa.

“Kalian itu, Fani kan belum bilang setuju jika tamannya dipakai ruah pohon.” Kata Elly.

“Aku jelas setuju. Lagipula jika nanti main ke sana, kalian juga bisa menginap di rumahku.”

“Ya sudah, kapan kita membuatnya?” tanya Kak Silvi pada mereka yang terlihat berseri-seri.

“Besok, sepulang sekolah.”

“Najwa dan Intan bagaimana kalian bisa ke rumahku? Kalian kan belum tahu di mana rumahku.”

“Tenang saja, mereka akan ke rumahmu bersama kita. Bukan begitu Elly?” sahut Della.

“Yups.”

*******

Panas yang tidak begitu terik namun juga angin tidak terlalu terlihat. FRIEND sudah berkumpul di rumah Fani untuk menjalanan rencana yang telah mereka rencanakan kemarin bersama Kak Silvi untuk membuat rumah pohon. Sebelum itu mereka menjemput Kak Silvi ke rumahnya bertujuan mengajak Kak Silvi agar membantu dalam permbuatan rumah pohon.

“Assalamu’alaikum.” Mereka mengucapkan salam bersamaan.

“Wa’alaikumsalam.”

Pintu terbuka perlahan. Tetapi yang berada di balik pintu bukanlah Kak Silvi melainkan anak yang Fani katakan cuek itu.

“David, apa Kakakmu ada di rumah?” tanya Fani to the point.

“Kakak lagi ke rumah temannya sebentar, katanya untum mengambil sesuatu. Memangnya ada apa kalian mencari kakakku?” kata David.

“Kemarin kakakmu mengajak kami membuat rumah pohon.” Elly menjelaskan.

“Rumah pohon?”

“Iya, untuk tempat bermain.” Jawab Della.

“Memangnya mau buat di mana?”

“Di taman rumah Fani.” Jawab Rima.

“Assalamu’alaikum, klian sudah menungguku ya.” Ucap Kak Silvi seraya turun dari sepeda warna pinknya. Terlihat ia membawa bongkahan kayu.

“Kakakku sudah datang, aku tinggal dulu ya.”

“David.” Panggil Kak Silvi.

David menoleh dengan enggan dan menghela nafas panjang seperti akan ada sesuatu yang tidak mengenakan.

“Ada apa kak?” tanyanya.

“Boleh kau bantu kita untuk membawakan peralatan untuk membuat rumah pohon. Peralatannya ada di garasi tolong ya.”

David mengambilnya dengan terpaksa, karena menghormati Kak Silvi sebagai kakaknya.

“Ini kak.” Tak lama David keluar membawa peralatannya.

“Oke, kita ke rumah Fani sekarang.”

“Aku juga kak?” tanya David.

“Iya, memangnya siapa yang akan membantu kami untuk melakukan semuanya? Kau kan laki-laki.” Ujar Kak Silvi.

“Kak, tapi aku lai-laki, kenapa harus bermain dengan perempuan. Aku tidak mau.”

“Siapa yang menyuruhmu bermain, kau hanya akan membantu membuat rumah pohon.”

“Tapi kak...” sebelum sempat memprotes, Kak Silvi berkata.

“Apa yang ada di hadapanmu ini bukan perempuan? Apa kau tidak akan membantunya?”

“Baiklah.” David merasa kalah.

Lihat selengkapnya