STORY OF FRIENDSHIP

Rahmanur Mumpuni
Chapter #13

MISI

Di sisi kanan tempat parkir sepeda. Della sedang menunggu seseorang di sana. Sekitar lima menit lamanya orang yang ditunggu Della pun muncul dihadapannya. Segera ia menghampirinya yang sedang berjalan cepat menuju pintu gerbang sekolah.

“Elly.” Pekik Della.

“Della, kau belum masuk kelas.” Ucap Elly.

“Aku menunggumu.” Kata Della.

“Untuk apa kau menungguku di sini?” tanya Elly tak mengerti.

“Ayo ikut aku.” Tanpa persetujuan Elly, Della menarik tangan Elly yang mengenakan jam tangan berwarna pink dengan paksa.

“Kita mau ke mana? Kau mau membawaku ke mana?” tanya Elly tak mengerti maksud Della yang terus saja menarik tangannya yang mungil.

“Della. Lepaskan tanganku! Kenapa kau mengajakku ke mari?” tanya Elly melihat pintu kamar mandi berjejer terbuka.

“Cerewet sekali kau ini. Apa tidak bisa diam?” kata Della.

“Salahmu sendiri menarik tanganku tanpa sebab yang jelas.” Jawab Elly membela diri.

“Elly kau tahu kan hubungan Fani dan Intan sekarng bagaimana?” kata Della memulai pembicaraan yang serius dengan suara lirih.

 “Kau pasti sudah bisa membaca sifat Intan dan juga Fani dari tingkah dan perkataannya. Aku harap kau mau membantu untuk misi yang telah ku rencanakan.” Ujar Della serius.

“Misi? Misi apa?”

Della dengan cakap memberitahu misi apa yang telah ia rencanakan untuk membangun kembali persahabatan diantara FRIEND khususnya antara Fani dan Intan. Elly yang mendengarkan dengan seksama rencana misi yang Della paparkan padanya. Langsung menyetujui dan bersedia membantu apapun yang Della butuhkan. Karena menurut Elly persahabatan itu indah. Jadi persahabatan yang retak terlalu manis untuk dibiarkan hancur.

“Kau sudah mengerti maksudku bukan?” tanya Della memastikan.

“Oke.” Fani mengerlingkan sebelah matanya.

Della dan Elly menyusun strategi jitu untuk membuat Fani dan Intan bersatu kembali. Mereka berencana untuk memulainya hari ini juga.

Tapi sebelum itu, mereka berencana memberitahu Rima dan Najwa terlebih dahulu atas semua rencana misi yang telah mereka susun begitu apiknya.

Della juga Elly masuk ke dalam kelas dengan biasa seperti tidak ada sesuatu yang baru saja dibicarakan di antara mereka.

Terlihat di dalam kelas, sudah duduk beberapa anak. Termasuk Rima, Najwa, Fani, dan Intan. Namun keadaannya sepi sekali. Tidak ada perincangan di antara mereka. Bahkan antar anak lainnya.

Della yang biasa datang dan duduk di sebelah Fani, kali ini ia berbeda. Della malah mendekat ke bangku Rima. Begitupun dengan Elly yang satu bangkun dengan Rima, ia malah mendekat ke bangku Najwa. Sampai Fani dan Intan heran melihatnya.

Tanpa basa basi Della menarik sebelah tangan Rima dan Elly menarik sebelah tangan Najwa. Najwa dan Rima tidak mengerti maksud mereka menarik paksa tangan mereka. Belum sempat Fani yang sangat ingin menanyakan apa yang sedang Della dan Elly lakukan. Namun pergerakkan mereka sangat cepat. Mereka berhasil menyeret Najwa dan Rima ke luar kelas dan enyah dari hadapan Intan juga Fani.

Fani yang tak mengerti apa-apa mengenai kejadian yang baru saja terjadi, ia menoleh ke arah tempat Intan duduk. Seolah tatapan Fani bertanya ‘ada apa?’. Namun Intan tidak peka dengan tatapan yang Fani berikan. Intan malah membuang mukanya dri tatapan Fani.

Wajah Fani pun berubah kembali seperti kemarin, mendung dan akan turun hujan dari sudut matanya. Namun prasangka baik Fani menggagalkan air hujan itu turun dan membedungnya.

“Hei mengapa kau menarikku?” di luar kelas Rima meronta ronta, memprotes kelakuan Della padanya.

“Kau juga, mengapa kau menarikku? Kenapa kalian berbuat seperti ini? Apa aku salah pada kalian?” tanya Najwa meminta penjelasan dari mereka berdua.

Della dan Najwa membawa Elly dan Intan ke koridor sekolah yang cukup mencekam. Koridor itu tidak banyak orang yang melewatinya, menjadikan koridor sedikit kotor dan bnyak lumut yang menutupi batu batu kecil di sekitar koridor.

“Kenapa kita ke koridor? Aku tidak mau kesurup..” kata Rima.

“Stttt..” kata Della menutup mulut Rima.

“Di sini tidak akan ada apa-apa. Kita membawa kalian ke sini untuk memberitahu kalian sesuatu.” Ujar Elly dengan beraninya.

“Apa yang ingin kalian beritahu pada kami?” tanya Najwa.

“Oh... Jadi itu misi kalian. Aku setuju dengan ide kalian.” Rima menanggapi cerita rencana misi mereka.

“Jika misinya gagal bagaimana?” tanya Najwa khawatir.

“Misi ini jangan sampai gagal dong. Kita harus all out dalam menjalankannya.” Jawab Elly.

“Jika memang gagal, kita jalankan misi yang ke dua.” Sahut Della.

“Kita coba dulu. Jangan bilang misinya gagal walau itu sekedar rasa takut. Karena jika kata-kata itu jadi do’a bagaimana? Kita harus tetap optimis apapun yang terjadi.” Ujar Rima meyakinkan.

“Iya maafkan aku. Kita harus buat mereka sadar, bahwa mereka sama-sama saling menyayangidan tidak tega untuk membenci di antara mereka.” Timpal Najwa dengan yakin.

“Let’s the mission begin.” Ucap Elly.

*******

Sholat dhuha sudah akan dimulai, namun Fani masih belum juga menuju halaman putra. Ia masih menunggu keempat temannya yang pergi entah ke mana. Intan yangterlihat santai dibangkunya sedang membaca sebuah buku yang Fani tidak mengetahui apa judulnya. Ingin rasanya Fani untuk mengajak Intan ke halaman putra bersama. Fanipun mengawali nitnya dengan basmalah dan mulai menyapa Intan yang dari tadi diam seribu bahasa kepadanya.

“Intan, apa kau sholat dhuha?” tanya Fani basa basi yang sebenarnya mengetahui jika Intan tidak berhalangan untuk sholat dengan melihat mukenah di atas meja Intan.

“Iya, aku sholat.” Pertama kalinya untuk hari ini Intan menggugurkan diamnya pada Fani.

“Apa kau mau....” belum selesai Fani berkata. Intan sudah meyelanya.

“Najwa aku ikut bersamamu ya.” Ucapnya yang mengetahui Najwa dan yang lain datang.

Fani menoleh ke arrah pintu dan mendapati keempat temannya yang sepertinya ada sesuatu yang menurutnya ganjil. Fani merasa tidak seperti biasanya.

“Fani, tunggu aku ya.” Kata Najwa mengambil mukenah dari lokernya.

Intan yang mendengar kata-kata Najwa, sedikit terkejut. Sebab Najwa selalu bersama Intan ka manapun mereka selalu bersama. Tapi sekarang Najwa malah mengajak Fani ukanlah dirinya. Ia merasa aneh pada Najwa.

“Rima, Elly, Fani, Najwa dan kau Intan. Ayo nanti Ibu gurunya ke sini untuk menyuruh kita cepat-cepat ke halaman putra.” Ajak Della dengan sikapnya yang akrab berlawanan dengan sikapnya pada Fani pertama kalinya mereka bertemu.

Mereka berjalan dengan irama yang berbeda. Mereka berbaris di shof yang sama dan yang paling mengeutkan Intan dan Fani dekat satu sama lain. Itu sudah menjadi bagian rencana mereka untuk menyatukan mereka.

“Masih baru permulaan.” Kat Elly tersenyum.

Empat rokaat sholat teah terlakssana dengan khuu’. Sudah menjadi kebiasaan Fani selesai sholat ia akan menyalami orag yang ada di dekatnya, minimal yang ada di sebelah kanan dan kirinya. Ia menoleh ke kanan dan berslaman dengan Najwa lalu menoleh ke kiri dan mengajak Intan untuk bersalaman. Intan pun menyambut tangan kanann Fani dengan hangat. Fani yang merasa kehangatan dari tangan Intan menjadi terkejut karenanya. Ia tdak menyangka jika Intan mau menyambut uluran tangannya.

“Aku bersalaman dengan Fani?” tanya Itan dalam hati pad dirinya sendiri. Intan tidak percaya dengan apa yang baru ia lakukan. Tapi rasa itu tidaklah asing bagi Intan hanya saja rasa selama dua minggu lalu tidak seperti hari ini.

Pagi selesai sholat tak lepas dari celoteh anak-anak yang sedang mencari keberadaan sepatunya masing-masing.

“Hei di mana sepatuku?” tanya Fani yang sedang encari sepatunya.

Rima melirik pada Della engan senyum mencurigakan menyungging di bibirnya. Sedang Najwa yang berada di dekat Fani membantunya untuk mencari sepatu yang hilang.

Intan menunggu kelima temannya di dekat taman kecil sebelah tara tempat sholat dan tak sengaja melihat sebelah sepatu tergeletak di balik tanaman di taman kecil dekat tempat sholat. Ia segera mengambilnya berniat untuk membantu seseorang yang mungkin mencari sepatu yang hilang. Krtika Intan mengangkatnya setinggi kepalanya bertujuan mencari tahu siapa pemilik sebelah sepatu yang ia pegang tersebut.

Belum sempat Intan berteria mengungkapkan sepatah kata. Fani berlari kecil menuju Intan dan berkata “Kau menemukannya di mana?” tanay Fani merasa senang sebelah sepatunya telah diketemukan.

“Ini punyamu?” Intan balik bertanya.

“Iya itu sepatuku. Intan terimakasih, kau sudah membantuku menemukannya.” Kata Fani mengambil sepatu dari genggamman Intan dan tersenyum pada anak yang baru saja menemukan sepatunya.

Intan melongo mendengar perkataan Fani bahwa ia telah membantunya. Ia tidak berpikir untuk membantu Fani. Ia hanya ingin membantu anak yang kehilangan sepatunya. Tidak terpikirkan klau yang kehilanagn itu Fani. Intan measa sangat aneh dengan kejadian yang baru saja ia alami.

Ketika FRIEND selesai memasang sepatu di kaki mereka masing-masing. Spontan fani menarik tangan Intan yang dekat dengan dirinya untuk menuju kelas. Intan yang merasa tanagnnya ditarik hanya bisa diam dan tak berkutik. Ia mengikuti lanagkah kaki Fani dengan harmonis.

“Kenapa dia menggandeng tanganku?” batin Intan.

Ingin rasanya pertanyaan itu dilemparkan kepada Fani secara mentah mentah. Namun seperti terdapat lem yang mengunci mulut Intan menjadikannya tidak bisa berkata kata saat ditarik tangannya oleh Fani.

Sampai di dalam kelas Fani baru menyadari bahwa ia sedang menggenggam tanagn Intan. Segera ia melapasan genggamannya. Ia takut Intan marah padanya dan hari ini menjadi hari yang akan Fani benci karena itu. Fani mengganti posisi mukenh yang tadi berada di tangan kiri menjadi berad di tangan kanan Fani.

Intan terkejut kembali dengan tingah Fani yang berubah tiba-tiba. Searang, mengapa ia melepasan tanganku? Kenapa dia berubah secepat ini? Apa memang dia tidak nat untuk mengganegku?” gerutu Intan dalam hati.

“Apa ada hasilnya?” tanya Elly pada Rima.

“Kita tunggu saja.” Jawab Rima.

“Tapi menurutku ada. Walau hanya sedikit sekali.” Della menoleh dan menyahuti jawaban Rima.

“Apanya yang ada?” tanya Fani tak mengerti.

Rima, Elly dan Della saling melirik.

“Anak kecil tidak baik ikut campur.” Kata mereka bersamaan.

Fani mengerjapkan matanya beberapa kali merasa heran dengan ketiga temanya itu.

“Hahaha.” Tawa Rima, Elly, dan Della terdengar kompak dan harmonis.

Wajah Fani menatap ketiga temannya dengan tatapan menyelidik. Sampai-samapai Della yang berada di sampingnya merasa ada seseorang yang siap menerkamnya mentah mentah.

Selama empat jam pelajaran semua berjalan dengan lancar tanpa ada halangan yang tak mengenakkan sedikitpun. Istirahat kali ini mungkin akan menorehkan sejarah yang tidak akan FRIEND lupakan.

“Hei apa jadi menjalankan misinya?” Tanya Najwa pada Rima yang tak mkenghiraukan keberadaan Intan di sebalahnya.

“Yes.” Jawab Rima singkat.

“Misi apa?” Tanya Intan penasaran.

“Sudah jangan tanyakan itu lagi pada kami nika menyebut kata misi.” Sahut Elly yang mendengar pembicaraan di antara mereka.

“Kenapa tidak boleh? Aku juga tidak boleh tahu apa yang sedang menjadi misi kalaian? Kenapa sepertinya hanya aku dan Intan yang tidak boleh mengetahui misinya?” protes Fani pada teman-temannya.

“Karena kalian masih anak di bawah umur.” jawab keempat temannya serempak.

“Kalian ini.” Kata Fani dan Intan bersamaan.

“Waow…” Rima terkejut mendengarnya.

“Daebak.” Kagum Fani.

“Apa kalaian saudara kembar?” Tanya Najwa.

“Memang kalian itu sangat kompak.” Sahut Della tersenyum karena belum menjalankan misi yang sesungguhn ya namun sudah dimulai dengan sendirinya.

“Ya sudah janagn menatap kami dengan tatapan itu. Simpan tatapan kalian nanti di kantin.” Ucap Elly.

“Apa maksud kalaian?” lagi-lagi Fani dan Intan berkata bersama.

“Sudah, ayo anak kembar kita ke kantin bersama.” Najwa menggandeng tangan Intan dengan sebelah tangan kanannya dan menggandeng Fani dengan tangan kirinya.

“Kalian tidak puasa kan?” Tanya Elly melihat kantin seperti ingin segera melahap makanan yang ada di sana.

“Aku puasa.” Jawab Rima.

“Tapi kalau sudah bulan ramadhan.” Lanjut Rima.

“Kau ini ada ada saja.” Kata Najwa.

“Aku mau pasan bakso di sana ya.” Kata Della.

“Aku ikut.” Kata Rima dan Najwa.

“Aku akan beli ice di sana ok. Jika kalian tidak membeli makanan, kalaian bisa amenunggu di isni.” Ucap Elly meninggalkan mereka.

“Aku ikut.” Kata Intan sia sia. Elly tidak menghiraukan perkataannya.

“Intan apa kau mau sesuatu? “ Tanya Fani menghentikan keheningan di anatara mereka.

“Tidak, kalau kau mau beli beli saja tidak mengapa.” Jawab Intan.

Fani berjalan ke kantin yang sama dengan tujuan Elly. Di sana Fani membeli beberapa gorengan yang ia sukai juga jajanan yang lain untuk Intan yang menurut Fani Intan akan menyukainya.

“Kau di sini. Intan di mana?” Tanya Elly menyenggol bahu Fani.

“Eh, dia masih di sana melirik keberadaan Intan yang sedang berdiri sendiri menunggu kedatangan teman-temannya.

“Kau membeli banyak sekali makanan?”

“Iya ini untuk Intan.” Fani menunjukkan pada Elly bahwa dia membelikan makanan untuk Intan.

“Aku duluan ya.” Kata Elly pada Fani yang masih mengantri untuk dilayani.

Selesai mendapat apa yang diinginkan. Fani segera menghampiri keberadaan teman-temannya. Mereka sudah berkumpul semua keculai Najwa dan Rima.

“Kemana mereka?” Tanya Fani menanyakan keberadaan kedua temannya yang belum juga kelihatan.

“Tadi mereka bersamaku. Tapi entah ke mana perginya mereka.” Jawab Della sekenanya.

Lihat selengkapnya