Kapal tersebut sangat besar, mungkin besarnya sama dengan pasar. Diisi oleh berbagai benda yang nampaknya bernilai tinggi. Juga manusia yang di borgol layaknya kriminal. Pekerja di kapal itu menggunakan pakaian yang sama, dan jumlahnya juga mungkin ratusan. Mengetahui fakta itu aku pun mencuri pakaian salah satu pekerja. Aku membuatnya pingsan dan melucutinya. Aku juga sudah menaruh pesan yang dapat dia baca ketika bangun. Aku menulis jika nyawanya atau nyawa orang yang berharga di sekitarnya tidak akan selamat jika ia mengatakan yang sebenarnya kepada orang yang akan menolongnya nanti. Hal itu mengantisipasi terjadinya pengecekkan pekerja di kapal ketika berlayar.
Aku pun perlahan memasuki kapal dengan tenang sambil membawa barang-barang seperti yang dilakukan pekerja lain. Setelah berada di kapal aku melihat ada pekerja lain di bagian kebersihan yang sedang mengepel. Aku pun bertanya padanya.
“Hoammm, rasanya ngantuk sekali, aku sampai lupa rasanya arah kapal ini mau kemana.” Ucapku dengan akting seperti baru bangun tidur.
“Bisa-bisanya kau tidur disaat begini, Bos bisa menghabisimu jika sampai tahu. Perjalanan ini adalah perjalanan yang sangat penting bahkan bisa dibilang terpenting yang selama ini pernah kita lakukan, Biasanya kita hanya akan berusurusan dengan pebisnis-pebisnis yang menginginkan barang antik yang langka atau mungkin mencari budak baru. Namun kali ini kita akan melakukan transaksi dengan keluarga kerajaan.” Ia menjelaskan
“Keluarga kerajaan? Bukannya sistem keluarga kerajaan sudah lama hilang beratus-ratus tahun yang lalu.”
“Memang seperti itu faktanya. Sebenarnya juga ini adalah sebuah negara namun sistemnya masih memegang teguh filosofi kerajaan, seperti pemimpin yang ditentukan oleh garis keturunan.”
“Oooh, dan berapa lama kita akan sampai?” Tanyaku balik.
“Kita akan berlayar besok pagi, dan jika cuacanya cerah perkiraan waktu kita untuk sampai adalah sebulan. Kita juga akan melakukan pemberhentian untuk mengisi bahan bakar dan makanan dua kali selama perjalanan. Kau ini bagaimana informasi penting seperti ini tidak kau perhatikan.” Jelasnya sambil sedikit curiga kepadaku.
“Wooh begitu, iya maaf hahaha, aku memang sering lupa kalau habis tidur. Ngomong-ngomong pekerjaanmu sepertinya berat, apakah kau mau bertukar denganku?. Aku bertugas mengangkat barang-barang itu, dan kelihatannya sudah hampir selesai jadi mungkin akan cepat selesai jadi kau bisa bersantai.” Ucapku sembari menunjuk ke barang-barang di luar kapal. Dan membuatnya tidak curiga.
“Akhirnya ada yang mau bertukar tempat denganku, aku sudah hampir mati bosan di kapal seharian. Baiklah ayo bertukar tempat. Bagian yang belum dibersihkan adalah tempat para budak berada. Makasih ya.” Ucapnya sembari menyerahkan pel ke arahku.
“Iya sama-sama.”
Aku kemudian berkeliling kapal sambil mencari ruangan para budak berada, Ternyata ruangannya adalah ruangan paling ujung dan jauh. Aku juga telah menghafal beberapa ruangan yang menurutku penting,sehingga aku bisa memikirkan langkah selanjutnya jika terjadi sesuatu disini. Ketika aku sampai di ruangan para budak, ternyata kebejatan terjadi di setiap sudut ruangan. Para wanita dijadikan penghibur diri ada juga budak pria yang dijadikan samsak tinju, bahkan bau kotoran, muntah dan lainnya menjadi satu tidak karuan. Aku pun sontak merasa sedih atas perlakuan seperti ini. Marah dan sedih campur aduk menjadi satu.
“Hey tumben hari ini ada yang bertugas membersihkan tempat ini.” Ucap salah seorang pria yang menjaga ruangan ini.
“Ahaha Iya.” Jawabku sembari cemas
“Hampir sebulan tidak ada lagi yang mau membersihkan tempat ini. Sudah tidak usah terlalu bersih membersihkannya, cukup kotoran dan muntah saja yang kau buang. Besoknya juga akan seperti ini lagi.” Ucapnya dengan nada bicara tinggi.
“Ah, baik.” Jawabku.
Aku pun melakukan seperti yang dia katakan. Rasanya pusing lama-lama mencium aroma seperti itu. Ternyata ada bau yang lebih parah dibanding bau orang-orang dan barang-barang yang ada di pasar. Aku juga merasa kasihan terhadap budak-budak itu. Dari perkataan penjaga tadi aku dapat menarik kesimpulan jika perbuatan mereka tidak akan berhenti satu hari pun. Rasanya sedih tapi aku tidak dapat melakukan apa-apa.
Ternyata sudah larut malam para pekerja pun banyak yang kembali ke kabin berisi tempat tidur untuk beristirahat, banyak juga yang tidur di deck kapal. Aku pun tanpa pikir panjang juga langsung tidur di deck. Pukul lima pagi kami semua terbangun dengan suara terompet, yang menandakan untuk segera melakukan persiapan karena kapal akan berangkat. Pukul enam pagi kapal berangkat dan perjalananku pun dimulai. Walaupun agak sedih meninggalkan Ayah begitu saja tanpa berpamitan. Tapi aku berjanji akan mengiriminya surat ketika aku sampai.