Story of Van

Livan Pramono
Chapter #3

Kerajaan

Transaksi dimulai hari ini juga, kami dibawa ke tempat khusus dimana terjadi pengecekan. Disini gelap yang sepertinya berada didalam gua. Penerangan seadanya juga membuat agak susah untuk melihat keseluruhan. Tentara berdiri di setiap sisi ruangan berjaga jika ada hal yang tidak diinginkan terjadi. Disini para budak juga di periksa keadaannya. Ternyata hal itu disaksikan oleh penasihat tinggi kerajaan. Penasihat itu berambut panjang serta memiliki kumis dan janggut yang berwarna putih menandakan sudah tuanya orang itu. Pengecekan dilakukan oleh pengawal pribadi sang penasihat.

“Berapa jumlahnya?” Tanya sang penasihat kepada pengawalnya.

“Jumlahnya 89 sama seperti awal kita mengirim surat.” Jawab pengawalnya.

“Apa dia ada disana?” Tanya penasihat lagi.

“Aku sudah mengecek wajah dan tanda khusus yang dimilikinya, tapi tidak ada satupun yang memiliki ciri-ciri yang sama.” Jawab balik pengawalnya.

“Dimana kapten kapal ini sekarang, cepat bawa dia kesini sekarang!” Ucap penasihat.

“Saya disini yang mulia penasihat. Ada apa gerangan kau terlihat kesal? Bukannya jumlahnya sama?” Ucap kapten heran sembari mendatangi sang penasihat.

“Jangan membohongiku orang rendahan. Aku menuliskan di surat untuk membawakan budak yang sama dengan saat surat ini diterima. Apakah aku sebegitu bodohnya dimatamu?. Apa kau pikir aku tidak tau para budakmu di hari itu.” Ucap penasihat dengan suara yang menggebu-gebu.

“Para budak ini memang yang ada disaat surat itu dikirim hari itu, Lagipula bukannya ini hanya budak yang mulia, jika mau aku bisa mencarikan yang lebih bagus jika anda berminat.” Sang kapten mencoba mengalihkan pembicaraan.

“Berani-beraninya kau berkata seperti itu dihadapanku orang rendahan. Bahkan seribu orang dan berjuta-juta barang antikmu tidak akan berharga dengan seseorang yang kucari.” Jawab penasihat.

“Tapi itulah faktanya yang mulia....” Kapten mencoba menjelaskan

“Sudah cukup kau membela diri dasar orang tolol.” Ucapku menyela pembicaraan kapten.

“Aku merasa tidak perlu menaruh rasa hormat kepadamu kapten. Yang mulia penasihat, memang barang atau budak disini sama dengan saat kau mengirim surat itu. Dan memang barang atau budak disini sama seperti saat itu, tapi hanya 99% dan aku tau yang kau cari. Mengingat perilaku dan perkataanmu dari tadi, orang ini berarti sangat penting bagimu bahkan kerajaan ini, jika dilihat kelihatannya putramu, tidak bukan. Yang kau cari adalah pangeran sang putra mahkota. Dan mengingat yang terjadi padanya nampaknya semua yang ada disini akan dieksekusi sekarang. Apakah aku salah yang mulia, penasihat?” Aku menyela sang kapten kemudian berbicara kepada penasihat.

Lihat selengkapnya