Story of Zarah

Ka Nis
Chapter #1

1. Keluarga

Zarah Almaira itu lah namaku, Aku baru lulus SMP. Baru saja aku selesai menyetrika pakaian putih abu-abu yang akan aku kenakan besok. Sebenarnya aku sudah tidak sabar memakainya. Kata orang-orang masa putih abu-abu itu menyenangkan, SMA itu masa yang tak terlupakan. Aku kadang berpikir apa iya masa SMA se-asyik itu?

Menurut aku sih masa SMA itu masa pertengahan, maksudnya fase di mana seorang ABG labil bahasa halusnya sih disebut remaja menuju dewasa, dan masa merdekanya seorang anak. Karena di masa SMA itu ada ..

Angka yang paling disukai oleh para remaja. Apalagi, remaja yang ngebet mau pacaran tapi dilarang-larang sama orang tuanya.

Angka batasan yang boleh menonton film dewasa.

Angka di mana undang-undang perlindungan anak tidak lagi berlaku.

Ya ... angka tujuh belas yang sering juga disebut dengan sweet seventeen. Entah mengapa angka itu begitu memukau. Ada teman-temanku yang mendesak dan memaksa orang tuanya buat merayakan ulang tahunnya yang ke tujuh belas pakai mengancam ini-itu segala kalau tidak dituruti. Bahkan aku pernah melihat anak yang membantah dan melawan orang tuanya karena angka itu.

"Mama gak usah larang-larang aku, aku bukan anak kecil lagi, aku sudah tujuh belas tahun." Seperti itulah kira-kira bunyinya.

Benar-benar spesial kamu tujuh belas. Tapi bagiku kamu tidak spesial,

ups, ... belum spesial soalnya belum mencapai umur itu ... hehehe, Insya Allah tahun depan baru tujuh belas tahun.

Angka tujuh belas itu bukan hanya spesial tapi juga istimewa menurutku. Bukan masalah umur, tapi tujuh belas itu adalah jumlah rakaat Shalat wajib sehari semalam, itu yang membuatnya istimewa.

"Kak, waktunya makan siang!" panggil adikku, "udah, nggak usah dilihatin terus nanti juga bosan sendiri," tegurnya karena aku sellu melihat serahmgam putih abu-abuku lalu keluar dari kamarku.

Dia Zira adikku. Aku dengan dia beda tiga tahun jadi aku lulus SMP dan dia lulus SD. Senang juga punya adik yang jarak umurnya tidak terlalu jauh, bisa jadi teman curhat. Tapi, kami tidak selalu akur loh. Kadang-kadang juga kami bertengkar, ya ... namanya juga saudara, bertengkar hari ini sepuluh menit kemudian akur lagi. Hehehe, tidak perlu menunggu sehari apa lagi tiga hari baru akur.

عَنْ أَبِي أَيُّوبَ الْأَنْصَارِيِّ، أَنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْ

وَسَلَّمَ، قَالَ: «لَا يَحِلُّ لِمُسْلِمٍ أَنْ يَهْجُرَ أَخَاهُ فَوْقَ ثَلَاثِ لَيَالٍ ، يَلْتَقِيَانِ فَيَصُدُّ هَذَا وَيَصُدُّ هَذَا، وَخَيْرُهُمَا الَّذِي يَبْدَأُ بِالسَّلَامِ ))

"Dari Abî Ayûb Al-Anshâriy,

sesungguhnya Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda;

'Tidak halal seorang muslim mendiamkan saudaranya lebih dari tiga malam dimana keduanya bertemu lalu yang ini berpaling dan yang itu berpaling. Yang terbaik diantara keduanya ialah orang yang memulai mengucapkan salam'. (HR. Bukhari dan Muslim).

Lihat selengkapnya