Aku benar-benar rindu sama Ayah. Ayah apa kabar sekarang? Kenapa tidak menghubungi Zarah lagi? Kenapa nomor Ayah juga tidak bisa dihubungi? Apa Ayah juga rindu sama Zarah? Atau jangan-jangan Ayah sudah lupa sama Zarah?
Pertanyaan-pertanyaan seperti itu selalu saja ada di pikiranku. Bagaimana tidak, sudah beberapa tahun kami kehilangan kontak.
Aku jadi ingat pertama kali bertemu dengan Ayah, saat itu Aku masih TK. Masih umur emam tahun tapi Aku ingat betul kenangan-kenanganku bersama Ayah.
Saat itu Aku diantar mama ke sekolah, mama mengantarku kepagian sehingga belum ada seorang pun yang datang bahkan guru-guru pun belum datang. Mama menyuruhku masuk dan menunggu di depan kelas saja lalu mama pergi bersama adikku Zira.
Aku melihat di tempat parkiran motor ada orang yang lagi tidur.Tanpa ragu dan tanpa takut aku menghampiri orang itu dan mengurungkan langkahku menuju depan kelas.
Aku menghampiri orang itu dan membangunkannya. Aku menggoyang-goyangkan badannya hingga dia terbangun. Dia menatapku dengan tatapan masih mengantuk.
"Ada apa?" tanyanya sambil memegang kepala.
"Ini sekolahan aku Om, kenapa Om tidur di sini? Memang Om tidak punya rumah?" tanyaku polos.
Dia hanya menatapku dan terus memegang kepalanya lalu meringis. "Aww! sakit."
Aku mengambil gelas dan air minum dari tasku dan menuang air itu ke gelas lalu membacakan doa yang aku pelajari di sekolah dan di rumah lalu aku memberikan pada om itu untuk di minum. “Minum air ini Om, air itu sudah aku bacakan doa semoga kepalanya cepat sembuh."
Dia mengambil air itu lalu meminumnya dengan cepat, lalu menyerahkan gelasnya padaku untuk di isi lagi, karena aku lambat dia mengambil botol dari tanganku dan langsung meneguk airnya sampai habis "Memang doa apa yang kamu bacakan di air tadi? Kok kepalaku masih sakit!" tanya om itu.
Doa yang Aku membacakan yaitu doa Al-Fatihah dan doa makan yang sudah aku hafal. Itu yang selalu mama katakan kalau sakit sedikit jangan langsung minum obat minum air putih saja yang sudah di bacakan doa dengan niat supaya sakitnya cepat sembuh. Om itu tertawa keras mendengar ceritaku.
"Sakit Om ini karena setan masa dibacakan doa makan, Om kan tidak mau makan." Dia masih saja tertawa.
"Tapi kan ada Alfatihah, Alfatihah itu adalah mamanya doa. Itu yang mamaku bilang," kataku lagi dan membuat om itu berhenti tertawa.
Aku menyuruh om itu menunggu. Om itu bilang dia sakit kepala karena setan. Aku pikir om itu belum sepenuhnya bangun jadi aku menuju ke toilet mengambil air di gayung lalu aku kembali dan menyiram om itu.
"Lo apa-apaan sih! kenapa lo siram gue?" bentaknya padaku hingga membuatku takut dan gemetaran mana belum ada satu orang pun yang datang.
"Ma–ma-af," kataku gugup, "kirain Om belum bangun sekali. Tadi bilang sakitnya karena setan jadi aku siram aja," kataku yang menunduk ketakutan.
"Anak siapa sih ini?" katanya sambil mengacak rambutnya yang basah. "Makanya lain kali jangan siram orang sembarangan." Suara om itu memelan mungkin karena melihat aku yang ketakutan.
Aku menatap om itu takut-takut.
"Aww!" Om itu memegang kepalanya lagi ternyata kepala om itu masih sakit. "Kepalaku sakit karena tadi malam minum air setan jadi sakitnya karena setan," katanya lagi yang membuat aku bingung maksudnya apa.
Dengan pelan aku mendekat. "Aku akan coba menyembuhkan sakit kepala Om, kalau sakitnya karena setan Insya Allah akan sembuh," kataku lagi.
Aku menyuruh om itu duduk kembali di tempat dia tidur tadi dan aku berdiri di dekatnya agar tinggiku sama dengannya. Aku pun mulai membaca doa, aku membaca Ayat Kursi dengan keras bacaan ala anak TK yang belum fasih. Setelah selesai membaca, aku meniupkan ke wajah dan badan om itu. Aku melalukannya sampai tiga kali dan terakhir aku meniup ubun-ubun om itu.