Pagi-pagi sekali, sosok keren Dewa Putra sudah tampak di depan kelas Erin. Iya, keren banget. Baju yang dimasukkan rapih, namun tanpa dasi dan dua kancing teratas terbuka hingga menampakkan kaus hitam yang dikenakannya. Diperparah dengan rambut messy dan posisinya yang menyender.
Erin itu menebak, pasti Dewa Putra ingin menagih jawaban. Haduh, pikiran Erin jadi kembali terbawa ke kejadian kemarin pagi.
‘‘Erin, lo dicariin Rayhan di depan!’‘ seru Genta, teman sekelas Erin dari depan pintu.
Kening cewek yang tengah menyalin tugas Ekonomi itu mengeryit, mulutnya lantas terbuka, ‘‘Rayhan siapa? Nggak kenal.’‘
‘‘Rayhan calon ketos.’‘
‘‘Oh!’‘ Kepala Erin langsung terangkat dan mencari sosok yang disebutkan Genta barusan. Tapi nihil. Tak ada siapapun selain Genta. ‘‘Ih, bohong!’‘
‘‘Gue bilang di depan, cantik ...’‘
Erin hanya mengangguk-angguk lalu bangkit dari kursi dan berjalan keluar kelas. Oh, benar. Ada cowok itu.
‘‘Hai.’‘
Mata Erin langsung berbinar. Sudah sekitar sebulan yang lalu mereka sering bertemu dan mengobrol di sekolah. ‘‘Kata Genta, Dewa Putra cari Erin ya?’‘
‘‘Iya.’‘
Cowok di depan Erin sebenarnya memiliki nama lengkap Rayhan Sadewa Putra. Hanya Erin yang entah sejak kapan memanggilnya 'Dewa Putra'.
‘‘Ada apa?’‘
‘‘Erin cantik.’‘
‘‘Makasih. Mama juga sering bilang begitu,’‘ sahut Erin dengan polos tanpa ekspresi.
‘‘Aku mau tanya.’‘
‘‘Iya?’‘
‘‘Erin mau nggak jadi pacar aku?’‘
---
Erin menggeleng-gelengkan kepalanya. Ia kembali melangkah mendekati pintu kelasnya dengan tangan menggenggam ranselnya.
Saat ini, Erin berada di tempat dan bersama orang yang sama. Dewa Putra melengkungkan bibirnya menjadi sebuah senyuman ketika ia menyadari kedatangan Erin.