Menjelang pelantikan Dewa Putra sebagai Ketua OSIS baru. Menggantikan Tristan yang kini sudah kelas 12 dan akan melakukan persiapan ujian. Walau cowok itu bahkan tidak tahu persiapan macam apa yang harus dilakukan untuk ujian selain belajar.
‘‘Dewa Putra mau pulang bareng lagi, nggak?’‘ tawar Erin begitu menemukan cowok itu di depan kelas.
‘‘Hari ini aku bawa motor, Rin. Makasih,’‘ Padahal memang setiap hari Dewa Putra membawa motor ke sekolah. Ia hanya tak ingin membuat Erin tersinggung.
Erin mengangguk-angguk lalu duduk di kursi panjang teras kelasnya. ‘‘Eh—Dewa Putra ikut duduk? Nunggu Genta ya? Percuma, dia ilang dari jam ke-9 tadi. Izinnya mau beli spidol, tapi mungkin belinya di Singapura, makanya lama.’‘ Erin tertawa renyah sendiri.
‘‘Aku nggak nunggu Genta.’‘ jawaban itu jelas menghentikan tawa Erin. ‘‘Tapi kamu.’‘
‘‘Lho?’‘
‘‘Iya. Mau temenin kamu tunggu Papa,’‘ tambah Dewa Putra. ‘‘Kalau sebelumnya tunggu sendiri, sekarang sama aku.’‘
‘‘Makasih.’‘
‘‘Emm, Rin. Mau mie ayam nggak? Lagipula, udah mau hujan nih. Jadi nggak mungkin kita tunggu di depan gerbang. Gimana?’‘
Erin mengangguk setuju. Ia berdiri diikuti Dewa Putra dan mulai berjalan di belakang cowok itu. Namun tiba-tiba Erin tersentak dan menghentikan langkah sehingga Dewa Putra juga ikut berhenti. ‘‘Kenapa, Rin?’‘
‘‘Erin lupa. Kata Kak Tristan, yang waktu itu kirim mi ayam ke rumah itu Genta.’‘
‘‘Terus?’‘
‘‘Lupa bilang makasih sama ucapan selamat ulang tahun.’‘
Cowok di hadapannya menahan tawa. Andai saja Erin tahu apa yang sebenarnya. Bahwa Dewa Putra lah yang menyuruh Genta membelinya dan mengantar langsung sampai ke Mama Erin. Meski sebenarnya Dewa Putra sendiri sangat ingin melakukan hal itu—bertatap wajah dengan Mama Erin.
---
‘‘Pakcik, satu lagi bungkus,’‘ pinta Dewa Putra di sela-sela menikmati mie ayam. ‘‘Sambelnya pisah dan nggak pake sayuran.’‘
Genta yang berada di sebelah kanan Dewa Putra langsung melotot kearahnya. ‘‘Enak aja lo asal pesen-pesen.’‘
‘‘Gue bayar sendiri. Sensi amat sih,’‘ balas Dewa Putra terkekeh membuat Genta sedikit manyun. ‘‘Tapi, gue mau minta tolong, Ta.’‘
‘‘Ogah, permintaan lo pasti nyusahin hidup gue yang nggak susah ini, Han!’‘
‘‘Alah, kalah cabe-cabean alaynya sama lo.’‘
‘‘Yaudah apaan?’‘
‘‘Anterin mi ayam yang gue pesen ke rumah Erin.’‘
Genta langsung bergidik geli sendiri. ‘‘Yang gebetan nya kan lo. Masa gue yang anter?’‘
‘‘Bantu temen lah.’‘
‘‘Fine. Lo tanggung sendiri kalo misalnya Mama Erin ngira gue itu gebetannya dan malah nyuruh gue jadian langsung sama Erin.’‘
‘‘Setan!’‘ umpat Dewa Putra. Sementara Tristan ikut tertawa mendengarkan percakapan kedua sobatnya.