Strange Her

Maulida Zarotul Azizah
Chapter #7

Tujuh : Sakit

Pagi ini Mama sudah sibuk saja. Sibuk marah-marah pada Erin. Bukan tanpa sebab, Erin demam tinggi dan tidak mau mengaku. Saat ketahuan justru menjawab, ‘‘Tangan Mama dingin kali. Makanya badan Erin rasanya hangat.’‘

Jadilah Erin tak masuk sekolah hari ini. Tadinya sempat ada perdebatan karena Erin memaksa untuk tetap masuk sekolah karena ingin mengikuti senam bersama yang hanya dilaksanakan sebulan sekali. Dan yang ini terakhir sebelum ulangan berlangsung.

‘‘Mama udah kabarin wali kelas kamu. Lagipula, mendung, Rin.’‘ Wanita cantik itu duduk di pinggir kasur Erin. ‘‘Mandi dulu, Mama udah siapin air hangat buat kamu. Terus makan bubur ayam di bawah. Sebelum berangkat kerja Papa beliin di tempat kesukaan kamu, itu lho … Pak siapa namanya?’‘

‘‘Pak Ucup?’‘ tebak Erin malas. Ia masih badmood karena Mama tidak mengizinkannya berangkat sekolah. Mama pun mengangguk. Pak Ucup bukanlah nama asli dari pedagang bubur tersebut. Nama aslinya adalah Pak Kurnia. Namun entah mengapa, saat pertama kali kesana sewaktu balita, Erin mendengarnya sebagai ‘ucup’ dan terbawa hingga kini.

‘‘Iya. Pak Ucup.’‘

‘‘Emm, Ma. Mama udah kasih tahu temen-temen Erin juga?’‘

‘‘Baru aja Mama mau kabarin habis suruh Erin mandi ini,’‘ jawab Mama seraya membelai pipi Erin yang hangat.

Erin mendadak terlonjak dari posisi setengah tidurannya. ‘‘Jangan, Ma!’‘

Mama langsung mengeryit. Namun tangannya tidak berhenti membelai putrinya. ‘‘Kenapa?’‘

‘‘Nanti Erin dijenguk. Nggak mau.’‘

‘‘Kok nggak mau?’‘

‘‘Malu. Yang lain kalau izin nggak pernah cuma gara-gara demam, Ma.’‘

Mama tersenyum geli. Tingkah dan perkataan anaknya memang tidak pernah dapat ditebak. ‘‘Rin, dengan dijenguk begitu kamu bisa tahu mana yang bener-bener simpati sama kamu. Kelihatan.’‘

‘‘Yaudah suruh kesini, Ma.’‘ Setelahnya Erin terbatuk-batuk. Tiba-tiba saja tenggorokannya ikut tidak enak.

‘‘Mama ambilin minum dulu,’‘ kata Mama lalu bangkit dari posisinya. Sejenak ia mengelus-elus punggung anaknya supaya merasa baikan.

Erin tersenyum jahil. ‘‘Susu boleh ya, Ma?’‘

Lihat selengkapnya