Stray to another Realm

Ilona Arunika
Chapter #1

Isekai?


"Muntah kan saja daripada kamu menahannya dan membuat sakitmu makin parah" Ucap ibu sambil memijit tengkuk ku.

Aku sedang berada di kamar mandi, bersama ibu yang membantu mengeluarkan isi perutku akibat demam dan mual karena tidak pernah sarapan pagi.

Setelah lega mengeluarkan semua ' unek- unek' di perut, aku kembali masuk ke kamar tidur merebahkan diri, menyesali kenapa tidak pernah sarapan pagi lalu berpikir harus mulai sarapan pagi jika sudah sembuh, tapi saat sudah sembuh aku mengulanginya lagi.

Seperti saat ini, aku langsung berangkat bekerja sehabis mandi dan berpakaian karena jadwal ku adalah shif pagi, dan aku tidak sarapan.

Aku selalu berjalan kaki saat berangkat bekerja, bukan karena tidak ada sepeda motor atau alat transportasi lain dirumah melainkan karena aku tidak bisa menyebrang.

Bayangkan saja aku membawa diriku sendiri untuk menyebrang saja susah sekali apalagi ditambah harus membawa sepeda motor? Lebih baik ditinggal saja.

Saat ini aku melewati kompleks perumahan yang sepi alias tidak berpenghuni, setiap kali melewatinya aku menyempatkan diri untuk menengok kesana.

Suasana yang agak mencengkam, sunyi, daun berguguran serta banyak lumut yang tumbuh di beberapa rumah membuat ada kesan tersendiri, bukan horor melainkan sesuatu seperti hutan- hutan di film Hari Totter atau lainnya, semacam suasana hutan yang berbau lumut dan air.

Itu kesan pertama, jujur saja aku menyukai bau seperti itu tapi tidak candu. Mungkin karena banyak menonton film dan novel fantasi membuatku berimajinasi tentang elf atau peri.

Di tengah kehidupan metropolitan dan canggihnya teknologi saat ini tidak menutup kemungkinan tak ada kehidupan lain didunia ini, pikirku.

Tapi sesaat kemudian pikiranku kembali normal dan menepis adanya kehidupan lain selain manusia dan hewan, walau ada setitik rasa penasaran ingin menjelajah bangunan- bangunan itu.

Aku bergegas melangkah kembali saat merasakan ada seseorang yang tengah menatapku entah darimana, berjalan secepat mungkin meninggalkan tempat itu.

Menghela napas lega setelah jauh dan kembali melangkah pelan menyusuri jalan menuju tempat kerja yang sudah didepan mata.

Aku hampir lupa, namaku Rain yang sekarang berusia 23 tahun, masih single dan belum pernah berkencan seumur hidup. Bekerja di kedai jus dipinggir jalan yang tidak terlalu ramai tapi banyak pelanggan yang membeli jus disana.

Aku anak kedua dari tiga bersaudara yang dilahirkan dari sepasang suami istri yang aku panggil ayah dan ibu tercinta, membentuk sebuah keluarga yang tidak terlalu miskin dan tidak terlalu kaya atau bisa disebut keluarga sederhana.

Walaupun keluarga sederhana tapi latar belakangnya tidak sesederhana itu. Ayah dari ibuku adalah seseorang yang cukup dekat dengan pemimpin di kota ini dahulunya, dan beliau punya ' penjaga' disekitarnya.

Kakekku sudah tiada dan penjaga itu sedang memilih akan mengikuti siapa dari 13 anak kakekku dan lebih dari 100 cucu dan cicitnya.

Lihat selengkapnya