Suara gesekkan sapu ijuk dengan lantai terdengar hingga telinga Nara. Ia tahu Ibu Marta yang sedang menyapu tetapi sofa tempatnya duduk telah membuatnya nyaman.
“Loh Nara, sudah pulang?” tanya Ibu Marta yang sedang menyapu.
“Sudah, Bu.”
“Mandi dan makan sana,” perintah Ibu Marta.
“Iya Bu,” jawab Nara lemas.
“Sudah tenang saja, nanti akan ada lagi rezeki dari pintu lainnya.”
“Ya, Bu. Nara mau mandi dahulu.”
Selesai menyapu bagian samping rumah, Ibu Marta berjalan mengambil sapu lidi untuk menyapu halaman depan. Dedaunan di bawah pohon mangga berserakan. Beliau mengumpulkannya jadi satu dan membakarnya. Beberapa kali terhenti karena sapaan dari warga sekitar. Beliau buru-buru menyelesaikannya karena matahari tidak menunjukkan sinarnya.
Nara masih berdiam diri setelah selesai mandi. Ia menunggu kabar mungkin salah satu dari teman atau kakak kelasnya memberikan kabar baik. Sekarang yang bisa ia lakukan adalah mengerjakan tugas kuliah yang belum ia lirik sama sekali.
Nara menekan tombol on pada keyboard laptop, layar utama terlihat dengan background berwarna biru. Ia mencari dengan mouse pada folder yang dicari, ketemu folder dengan tulisan kuliah. Ia mencari binder dengan rincian tugas yang akan dikerjakan. Ada tiga tugas yang belum ia kerjakan dan membuatnya banyak berpikir. Suara adzan isya, tepat Nara menyelesaikan salah satu tugasnya.
“Hah, selesai juga,” gumam Nara. Helaan napas mengiring tugas kuliah selanjutnya.
Suara ketukan pintu kamar Nara membuatnya sedikit tersentak. Ibu Marta yang ada di hadapannya menatapnya penuh melas. Beliau ingin mengatakan sesuatu tetapi takut membuat Nara tersinggung.
“Nara, ini tadi Ibu membuat bolu. Ibu ambilkan dahulu lagi pula kamu belum makan sore.” Ibu Marta memberikan sepiring bolu.
“Makasih, Bu. Iya aku belum makan. Nanti sebentar lagi selesai,” katanya dengan membatin padahal masih ada dua tugas lagi.
“Nanti Ibu ambilkan nasi dan sayurnya.”
“Tidak usah, Bu. Nanti aku ambil sendiri.”
Ibu Marta menganggukkan menandakan menyetujui perkataan Nara dan menutup kembali pintu kamar. Nara mengambil sepotong bolu pada piring dan memakannya. Ia tidak perlu mengunyah terlalu lama karena tekstur bolu yang lembut mudah dimakan. Ditambah adonan bolunya masih memiliki konsistensi sehingga mudah dimakan.
Nara melanjutkan tugasnya tetapi tugas kali ini lumayan sulit karena ia tidak bisa meraba-raba untuk apa yang akan dilakukannya. Tugas kali ini membuat satu program atau katakanlah program ini digunakan untuk promosi. Mata kuliah pengantar bisnis walaupun hanya 2 sks tetap harus dikerjakan untuk menambah nilai. Nara menghubungi anggota kelompok yang sudah dibagi sebelumnya. Di antara mereka tidak ada yang bisa mengerjakannya. Berbekal buku yang dipinjamkan temannya, Nara mencoba. Ia memiliki keyakinan tidak ada tugas yang tidak bisa dikerjakan. Di petunjuk buku dan penjelasan bahwa program sudah ada tinggal Nara menambah item setiap isinya. Nara membuat promosi catering. Ia membutuhkan majalah atau tabloid yang berisikan resep makanan.
“Bu,” panggil Nara.
“Iya,” sahut Ibu di samping rumah.
“Bu, ada majalah-majalah yang tidak terpakai? O majalah Nava itu di mana menaruhnya?”
“Ada di gudang. Mau dipakai sekarang?”
“Iya, aku mau buat tugas kuliah.”
“Sebentar Ibu ambilkan.”
“Aku saja yang ambil.”