“Drey, udah jam makan siang? Lo mau ke bawah?” tanya Kevin teman satu divisi Audrey.
“Gue sama Meta mau turun ke bawah,” lanjut Kevin sambil beranjak berdiri dari kursinya yang berada dihadapan meja Audrey.
“Eh iya. Gue ikut ke bawah.”
Kantin di gedung kantor mereka berada di lantai bawah dan juga terdapat di lantai atas gedung. Mereka bertiga biasanya lebih sering ke kantin yang berada di lantai bawah.
Ketika sedang berjalan menuju lift, muncul sebuah panggilan di handphone Audrey. “Meta, gue nanti menyusul ke bawah ya. Ada yang menelpon gue. Ini mau gue angkat dulu.” Audrey segera berjalan menjauhi lift dan menggangkat panggilan itu-dari Dania.
“Halo, tante.”
“Hai, Audrey. Ini tante tidak ganggu kamu di jam kerja kan? Sekarang sepertinya jam makan siang bukan?”
“Iya, tante. Sekarang sedang jam makan siang.” Audrey bingung kenapa Dania meneleponnya. Sepengetahuan Audrey ia tidak punya janji dengan Ibunya Samuel.
“Kamu sudah makan siang?”
“Belum, tante. Setelah ini aku makan siang.”
“Kalau begitu, tante tidak akan lama-lama bicara dengan kamu di telepon.”
“Tante ingin ngajak kamu makan ke rumah malam ini,” ucap Dania.
“Aku kebetulan tidak ada rencana apa-apa malam ini.”
Dania segera memotong ucapan Audrey, “Nanti tante minta Sam jemput kamu ya. Kamu sekarang di kantor kan, Drey?”
“Iya, tante. Tapi..”
“Ya udah. Sampai nanti, Drey.”
Belum sempat Audrey menolak ajakan Dania agar nanti malam di jemput oleh Samuel, panggilan telepon sudah terputus. Audrey menghela napasnya, sambil berbicara di dalam hatinya-Hmm, nanti bakal ketemu Samuel. Aku harus gimana. Kenapa kenyataan selalu punya berbagai hal tidak terduga. Tidak sekalipun aku bermimpi bisa datang ke rumah Samuel ataupun sekedar untuk bisa ketemu dia juga aku tidak berani berharap.
-------
Sore ini─menjelang jam pulang kantor, Audrey beserta rekan satu divisnya masih sibuk mengerjakan pekerjaan mereka. Siang tadi─setelah makan siang tepatnya , Pak Herman memberikan mereka tugas tambahan yang harus segera diselesaikan.
“Harusnya kita sekarang udah siap-siap pulang. Tapi tugas dari Pak Herman jadi penghalang niat kita─yang katanya budak korporat─untuk pulang.” Raut wajah Kevin berubah menjadi kesal ketika melihat tugas-tugas yang ada dihadapannya. Meta hanya melirik sebentar ke arah Kevin. Ia tau rekan satu divisinya itu tidak sabar untuk segera menghabiskan weekend-nya dengan berjalan-jalan di mal.
“Bapaknya lupa ya? Hari ini kan Hari Jumat,” lanjut Kevin yang masih setia meng-gibah si bos.
“Batal deh mimpi indah gue hari ini. Engga ada TGIF-nya(10) hari ini karena harus lembur.”
Audrey tertawa kecil melihat tingkah laku rekan satu divisinya itu─Kevin. “Mendingan lo berhenti nge-julid-in Pak Bos.” Aturan tidak baku bagi mereka bertiga─terlebih ketika Kevin mulai gibah, mereka akan memanggil Pak Herman dengan sebutan Pak Bos atau si bos.
“Kerjaan kita masih banyak,” lanjut Audrey. Meta pun ikut menambahi perkataan Audrey, “Makanya cepetan selesain tugas. Jadi tidak perlu lama-lama lembur.”
“Iya,” jawab Kevin singkat. Ia tidak bisa menikmati waktunya dengan pulang lebih cepat hari ini.
Audrey pun teringat bahwa ia hari ini mempunyai janji dengan Dania. Audrey tidak bisa menepati janjinya karena lembur, ia pun mengirimkan pesan melalui WhatsApp kepada beliau. Sore, tante. Audrey mau minta maaf, karena tidak bisa ke rumah tante hari ini. Ada kerjaan kantor yang harus diselesaikan.
Aku harap, tante Dania menerima alasanku yang batal datang ke rumahnya malam ini. Meskipun rasanya tidak enak menolak permintaan beliau, tapi kerjaan dikantor memang belum selesai. Pekerjaan di kantor semakin banyak karena kita semua mencoba mengerjakan berbagai hal yang bisa diselesaikan sebelum acara gathering. Acara gathering tinggal satu bulan lagi, batin Audrey.
Ketika Audrey tidak tenggelam dalam pikirannya, muncul sebuah notifikasi chat dari Helena─Nat, besok gue datang ke apartmen lo ya? Besok kan malam minggu.