Helena tampak rapi dan siap untuk pergi ke luar rumah. Hari ini Sabtu, artinya ia mempunyai acara girls talk dengan sahabatnya─Audrey. Helena mengenakan blus berwarna peach dan dipadukan dengan celana jeans berwarna biru laut. Ia juga tidak lupa membawa serta oleh-oleh untuk Audrey, yang ia beli ketika pergi ke Filipina.
Ketika di perjalanan menuju apartmen Audrey, Helena mampir ke sebuah supermarket. Ia ingin mencoba sebuah masakan dan perlu membeli bahan yang ia butuhkan. Namun ia belum memberitahukan niatnya kepada sahabatnya.
Setibanya di apartmen Audrey, Helena langsung masuk dan berkata, “Hi Nat, gue udah dateng nih.” Helena terlihat membawa beberapa barang dalam genggaman tangannya.
Audrey segera menghampiri Helena dan berkata, “Banyak banget yang lo bawa Len.”
“Eh, iya.”
Tampak sebuah senyum kecil di wajah Helena ketika mengucapkan hal itu. Ia yakin, sahabatnya akan bingung dengan niatnya kali ini.
“By the way Len, gue belum masak. Tumben lo datang ke sini sorean?”
“Iya. Gue niatnya mau belajar masak, makanya gue bawa bahan-bahannya,” ucap Helena sambil mengangkat kedua tangannya yang masih terisi dengan belanjaannya tadi.
“Oke deh. Lo mau masak sendiri kan? Pakai aja dapur gue.” Audrey pun segera duduk di sofa sambil mengecek handphonenya.
Melihat tingkah sahabatnya itu, Helena segera meletakkan bawaannya ke meja.
“Drey, lo tau kan gue tidak bisa masak.”
“Lo bisa kok masak air,” jawab Audrey sarkas.
Kenapa gue punya temen kayak gini, ya Tuhan. Udah potong omongan gue. Terus ngomongnya itu loh, kasar banget kata-katanya─tidak disaring. Untung gue sahabatnya, ucapan Audrey yang seperti itu sudah biasa, batin Helena.
“Makanya gue ingin belajar masak, Nat.”
“Ya udah. Yuk ke dapur.”
Audrey pun segera beranjak dan berjalan ke dapur. Di dapur, Audrey tampak mengecek isi kulkasnya, “Lo mau masak apa?”
“Ayam asam manis dan capcai.”
“Oke. Bahan yang lo bawa udah lengkap? Lo punya resepnya?” ucap Audrey sambil mengambil sebuah buku dari rak yang ada di dekatnya. Helena menunjukkan layar handphonenya sebagai jawaban atas pertanyaan Audrey.
“Kalau mau, lo bisa pakai resep punya gue. Bumbu dapur gue juga lengkap.”
Setelah menghabiskan waktu sekitar satu setengah jam lebih, kedua orang yang saling bersahabat itu akhirnya selesai membuat hidangan makan malam mereka. Audrey dan Helena berhasil memasak tiga hidangan─puyunghai, ayam asam manis, dan capcai.
Selesai memasak, Audrey membersihkan peralatan yang mereka gunakan. Sementara Helena sibuk menata hidangan ke meja makan.
-------
“Gila, masakan gue enak banget.”
Helena tidak menyangka bahwa masakannya tadi terasa lezat. Mereka berdua sedang menyantap hidangan makan malam dengan di temani pemandangan langit malam di kota metropolitan itu. Apartemen Audrey memiliki view yang menampakkan indahnya cahaya yang berasal dari lampu gedung-gedung tinggi yang ada disekitarnya. Pendar cahaya terang yang berbaur dengan langit malam, seolah mengalihkan pikiran siapapun yang memandang. Sejenak, lalu lalang kendaraan yang melintas di jalanan bawah terabaikan ketika melihat pemandangan itu.
“Hahahaha” Audrey tertawa melihat tingkah laku sahabatnya itu.
“Setidaknya, gue bangga bisa buat ini.”
“Iya, setidaknya lo bisa.”
“Pada akhirnya, tidak masalahkan ketika lo mencoba untuk masak. See, kalau lo ikutin langkah-langkahnya satu persatu, jadi juga. Ya─kita tau pasti─kalau mau mendapatkan masakan yang enak banget mesti butuh proses. Proses belajar untuk membuat masakan yang enak.”
“Makanya jangan meremehkan sebuah proses dan harus sabar ketika menjalaninya. Jangan lupa juga niat itu penting banget. Kalau tidak, ya tidak akan mulai untuk melakukan sesuatu. I think, sahabat gue satu ini bisa melakukan semuanya kan?” ucap Audrey untuk menyemangati sahabatnya─Helena.
“Iya,” ucap Helena.