Setelah selesai mendatangi berbagai supplier yang akan menjadi pemasok bahan baku yang baru, Samuel berencana untuk segera mendiskusikan suatu hal dengan Brian. Tapi, ia harus mengantarkan Audrey terlebih dahulu.
“Lo”
“Drey”
Audrey dan Samuel bersama-sama ingin memulai percakapan. Ketika mereka sadar─salah satu dari mereka ingin berbicara─mereka saling mengarahkan pandangan mereka pada sosok yang ada di sebelahnya.
Kenapa bisa barengan gini ngomongnya? Dan kenapa lo gitu amat sih Drey ngomongnya. Please, pilih kata-kata yang lebih sopan, batin Audrey.
“Lo ngomong duluan, Drey,” ucap Samuel yang mengalihkan pandangannya dari Audrey. Lagipula, Audrey tidak pernah berharap akan di perhatikan oleh Samuel─meskipun hanya sekedar dilirik.
Audrey pun segera mengalihkan pandangannya sebelum berkata, “Lo udah ambil keputusan mau kerjasama dengan supplier yang mana?”
Sambil tetap memperhatikan jalanan di depannya, Samuel menjawab pertanyaan Audrey “Ada dua yang sesuai dengan kebutuhan restoran gue. Kemungkinan besar akan kerjasama dengan dua supplier itu.”
“Kenapa bukan satu aja?”
“Gue butuh satu lagi untuk usaha gue selanjutnya.”
“Oke, nice. One step ahead.”
“Gue harap, lo tidak salah pilih lagi dan bisnisnya makin sukses,” ucap Audrey pelan.
Audrey harap Samuel tidak mendengar kalimat terakhir yang ia ucapkan. Mungkin ini satu hal yang membuat Audrey sulit move on. Dari jauh ia selalu menggantungkan harapan dan mengirimkan doa agar sosok di sebelahnya sukses dalam berbagai usaha yang ia jalani.
Namun, harapan Audrey hanyalah harapan. Samuel telah mendengar ucapan Audrey yang terakhir. Ia pun tidak sadar sudah tersenyum ketika mendengar ucapan Audrey tadi.
“Drey, gue hampir lupa mau ngomong sama lo. Abis ini gue mau ke estiatório, ada hal yang harus gue bahas sama Brian. Lo tidak masalah kan gue antar ke sana dulu? Lagipula ini udah hampir lewat dari jam makan siang dan lo juga belum makan. Ntar abis itu, gue antar lo pulang.”
“Oke, tidak masalah. Gue pikir, gue bisa pulang sendiri nanti─jadi lo tidak perlu anterin gue pulang.”
“Hmm.”
Setibanya di estiatório, Samuel segera masuk ke dalam restoran. Ia sudah berjanji akan bertemu dengan Brian. Sementara itu, Audrey berusaha menciptakan jarak ketika ia masuk ke estiatório.
Tanpa Audrey sadari, Samuel telah menghentikan langkahnya. “Drey, lo pesan aja makanan yang lo mau. Ntar ga perlu bayar, anggap aja gue yang traktir. Gue duluan ya, mau ketemu Brian.”
Sebelum Audrey sempat menolak traktiran dari Samuel, pria itu telah menghampiri Brian dan terlibat dalam sebuah pembicaraan serius.
Audrey mulai menyantap makan siang yang lumayan terlambat setelah sebelumnya ia membunuh waktu dengan melihat berbagai aplikasi sosial mediia yang ia punya. Ia menyantap hidangan nasi gorengnya dengan diiringi lagu yang diputar di estiatório. Selesai makan, Audrey segera menuju ke kasir dan membayar makanannya. Ia kemudian pulang.
-------
Audrey menghabiskan sisa hari Minggunya dengan membaca buku yang belum selesai ia baca. Audrey mulai tenggelam dalam topik yang dibahas pada setiap lembaran yang ia baca, sebelum perhatiaannya teralihkan pada notifikasi handphonenya.