Samuel yang ada diseberang sana pun menjawab, “Iya. Gue bakal ketemu dan bicara sama tante Laras.”
Audrey menatap ke arah Samuel yang tertangkap kamera. Saat ini, video call mereka masih berlangsung. “Makasih Sam.”
“Apa ada yang harus gue lakukan lagi?”
Samuel merasa ada beberapa hal yang masih belum disampaikan oleh perempuan─dengan rambut yang panjangnya sudah melewati bahu perempuan itu.
Setelah menjalin hubungan percintaan dengan beberapa wanita, Samuel sadar perempuan sulit untuk dipahami. Terkadang mereka juga tidak mengungkapkan semua yang ingin mereka sampaikan. Dan membuatnya harus menebak-nebak dan berujung tak menemukan jawaban.
“No. Tidak ada lagi. Itu sudah cukup.”
“Oke. Noted.”
“That’s it. Pembicaraan malam kita sampai disini aja,” ucap Samuel yang ingin segera mengakhiri. Ia mulai merasakan dinginnya angin malam dan ingin segera beranjak dari balkon itu.
Malam itu, Samuel hanya mengenakan kaos abu-abu berbahan katun yang tidak dapat menjaga tubuhnya dari dinginnya angin malam. Mungkin aku perlu membuat segelas kopi hitam nanti, pikir Samuel.
“Hmm, okay. Night.”
Audrey tidak lupa untuk tersenyum sebelum ia mematikan panggilan video call itu. Tangan Audrey segera meletakkan handphone itu pada sebuah meja kecil yang ada disebelah tempat tidurnya. Audrey juga menutup buku yang sempat ia baca tadi. Ia segera berbaring di tempat tidurnya─siap untuk beristirahat malam itu.
Setelahmematikan lampu kamar, Audrey tidak langsung terlelap ke dalam dunia mimpi. Ia masih berusaha untuk tidak terlelap dan menyelami berbagai hal yang ada di pikirannya.
Huft, hari ini juga belum bisa membaca buku itu hingga selesai.
Kenapa dia─Samuel─seperti itu. Ini semua terlalu tiba-tiba. Tuhan, apakah ini sudah waktunya? Aku tidak ingin lagi berusaha melupakan dia yang terus hadir. Dan juga, semoga mama menerima Samuel sebagai pacarku.
Pfft, pacar? Am i living in a dream now? Or my dream comethru? Wildest dream, i think.
Setelah itu, Audrey terlelap dan memasuki dunia mimpi.
-------
Setelah selesai melakukan video call dengan pacar barunya─Audrey, Samuel segera masuk ke dalam penthouse dan menutup pintu yang mengarah ke balkon.
Ia menggiling halus biji kopi itu sebelum menyeduhnya dan membuat secangkir kopi hitam. Samuel berharap, secangkir kopi hitam ini dapat menghangatkan tubuhnya dari dinginnya angin malam.
“Hmm, good taste,” ucap Samuel ketika menghirup aroma kopi yang terbawa oleh udara.
Menjadikan Audrey sebagai pacar barunya merupakan usahanya untuk mewujudkan permintaan ibunya. Setidaknya sekarang ia dan Audrey sudah menjalin “hubungan”. Samuel yakin, untuk sementara waktu ibunya tidak akan mempermasalahkan mengenai kehidupan pribadinya.
Dania selalu memburu Samuel dengan pertanyaan mengenai kekasihnya. Ibunya terlihat sangat tidak sabar apabila membahas kehidupan percintaan Samuel. Samuel akui, ia sudah cukup lama tidak terikat dalam sebuah hubungan. Terakhir kali, ia menjalin sebuah hubungan dengan wanita itu yang sekaligus merupakan wanita pertamanya. Namun, bukan wanita pertama dan terakhir dalam perjalanan cintanya.
Setelah kopi itu habis, Samuel menyempatkan membaca beberapa dokumen perusahaannya sebelum ia memutuskan untuk beristirahat.
-------
Awal minggu ini masih sama seperti minggu yang lalu, pekerjaan di kantor tetap menumpuk. Setelah satu terselesaikan, muncul yang lainnya. Hari-hari yang sangat panjang, batin Audrey.
Sudah dua hari ini Audrey tidak merasakan perubahan yang berarti, hari ini hampir sama seperti kemarin. Tidak ada hal penting yang terjadi selain chat dari Helena─itu juga apabila Audrey menganggapnya penting.