Prasta menjalin jari-jarinya sambil merenung. 5 tahun belakangan ini, hidupnya terasa begitu hampa. Setelah menyelesaikan program Master nya di UK, Prastha memutuskan untuk pulang. Sekembalinya Prastha, tidak ada lagi yang dia kerjakan selain 15 jam bekerja nonstop demi membangun perusahaannya. Rutinitasnya setiap hari hanya itu. Jika weekend, Prastha masih harus menghadiri meeting atau kunjungan bisnis keluar kota atau keluar negeri. Prasta merasakan hidupnya gelap, hampa, tak bercahaya lagi sejak kepergian Indira untuk selamanya 5 tahun yang lalu. Di satu tahun pernikahannya, mereka harus dipisahkan oleh takdir. Andai saja Indira tidak memaksa untuk mempertahankan kehamilannya yang beresiko, mungkin Indira masih bersamanya sampai detik ini.
"Aku sudah mendaftarkan Meika di The Royal Brilliant School. Sekolah yang bagus, bertaraf internasional, fullday school, kurikulum nya oke, ada bis antar jemput, dekat dengan rumah dan anak-anak dipastikan aman karena penjagaannya yang sangat ketat !!" Prastha di kejutkan oleh laporan dari Alyssa yang sangat panjang lebar. Kapan wanita ini masuk ke ruangannya???
Prastha meraih dokumen laporan keuangan perusahaannya dan enggan mengalihkan pandangannya apalagi melirik Alyssa dan Tameika yang duduk di hadapannya.
"Then?"
"Meika sudah lulus tes Psikologi dan interview dengan pihak sekolah."
"Hasilnya?"
"Tameika Zanetta Danishwara sudah resmi di terima. Meika akan mulai sekolah 1 minggu lagi." Alyssa melirik Meika sambil tersenyum. Meika membalas senyumannya excited.
"Meika, apa kamu ingin membeli sepatu, tas dan beberapa peralatan sekolah?" Meika mengangguk sambil tersenyum melihat tante nya yang cerewet ini.
"Okay, kita akan shopping di mall...yeay !! Kita akan beli sepatu, kaus kaki, tas dan peralatan sekolah lainnya. Emmmm tante rasa kamu juga perlu memotong sedikit rambut kamu agar lebih fresh. Oh ya mungkin kamu juga butuh sepatu keds untuk olah raga, baju renang untuk swimming day. Well, kita akan habis kan uang Daddy kamu." Alyssa mengedipkan sebelah matanya. Hal ini mengundang lirikan tajam Prastha.
"Okay, aku akan transfer semua biaya sekolahnya dan biaya membeli peralatan sekolah Meika. Well, apa kamu bisa berhenti mengoceh? Aku sibuk !" Prastha berkata dingin pada Alyssa. Demi Tuhan, Alyssa ingin memukul kepala Prastha dengan stilletto nya. Memang, sedingin apapun sikap Prastha pada Meika, namun materi selalu mengalir untuk Meika. Meika memang tidak pernah kekurangan sesuatu apapun. Segala macam mainan apapun Meika miliki, bahkan di rumahnya sudah seperti toys store. Prastha ingin Meika di sekolahkan di tempat terbaik meskipun Prastha harus mengeluarkan puluhan bahkan ratusan juta pertahun. Prastha meminta Meika memiliki kegiatan non formal dan akhirnya Alyssa memasukkan Meika ke tempat les piano dan balet sejak usianya 3 tahun. Prastha memang mengontrol penuh hidup Meika, namun Prastha sama sekali tidak pernah menawarinya kasih sayang bahkan sentuhan pada Meika seujung jari pun. Entah apa yang ada di otak Prastha. Kadang, Alyssa merasa sangat kesal.
"Meika, tunggu di luar bersama mba Sally, tante butuh bicara dengan Daddy." Meika mengangguk. Sikap dingin Prastha selalu membuat Meika bingung harus seperti apa menghadapi Daddy nya. Alyssa akhirnya menggandeng Meika menuju pintu, menitipkannya pada mba Sally, sekertaris Prastha.