Aku memarkirkan motorku di tempat parkiran motor yang ada di depan sekolah.
“Kak, biasa ya punya Laras. Tolong dijaga ya kak,” candaku setengah berteriak kepada penjaga parkiran sekolah yang gaul. Ia hanya tertawa mendengar ucapanku barusan sambil memberikan jempol kanannya padaku. Aku berjalan dengan santai masuk ke dalam area sekolah. Seseorang memanggil namaku. Aku segera menoleh ke arahnya. Awalnya aku berpikir itu Karin tapi bukan. Dia adalah Dimas. Iya iya, Dimas yang tak lain tak bukan adalah gebetan Karin. Dari mana dia tau namaku, aku saja tahu dia semenjak dia jadi gebetannya Karin.
“Hei.. Lo anak XII IPS 3 kan? Ini ada surat izin dari temen elo, Eva, dia gak bisa masuk karena sakit,” katanya sambil menyerahkan amplop putih itu. Aku tersenyum dan segera menerimanya.
“Makasih ya. Ntar gue kasih sama sekretaris kelas gue. Eva bisa juga sakit ternyata haha,” candaku yang langsung membuatku sadar kalau orang yang aku ajak bercanda ini adalah orang asing. Tapi di luar dugaanku ternyata dia ikut tertawa juga.
“Gue pun sempat heran juga. Dia kan wanita paling kuat di sekolah,” tambahnya. Aku pun tertawa mendengarnya.
“Iya, bener. Kalau gitu gue ke kelas duluan ya” pamitku ingin segera mengakhiri percakapan kami yang sederhana ini. Ia pun segera mengangguk. Aku pun membawa diriku menjauh darinya.