Ujian Nasional adalah ujian penentu, apakah kita akan lulus atau menjadi pelajar abadi selamanya di sekolah. Sebenarnya aku kurang setuju peraturan pemerintah mengenai ujian ini. Kenapa sih harus ada, kan aku yang mengikutinya menjadi stress banget dan mungkin sampai depresi memikirkannya saja. Tapi aku gak boleh menyerah, apapun yang terjadi ini pasti akan terlewatkan bagaimanapun jalan ceritanya. Aku pasti bisa.
Namun semangatku langsung pudar dan digantikan dengan rasa cemas begitu mengingat besok dan beberapa hari selanjutnya adalah hari dimana ujian tersebut dilaksanakan. Aduh pikiranku bisa tidak kamu berhenti memikirkan hal ini. Aku lelah. Kamu gak boleh stress Ras, kamu pasti bisa. Pasti!
Dan akhirnya hari-hari penting itu lewat juga. Lega rasanya, dengan tersenyum indah aku menatap indahnya langit dan dunia ini. Masa depanku sudah di depan mata. Selamat datang masa depanku.
“Dek, dek.. Laras!! “ teriak bang Rain memanggilku dari dalam kamarku. Saat ini aku sedang duduk di atap rumah di samping kamarku. Aku segera menoleh kearahnya dengan kesal karena mengganggu lamunanku yang indah.
“Apaan sih bang?” tanyaku kesal.
“Lo ngapain sih disitu, kan ujiannya udah selesai. Telat kalau elo mau bunuh diri seakarang dek haha... Tuh didepan ada temen lo lagi nungguin elo daritadi. Dicariin juga daritadi, taunya disini. Datangin sono,” ucapnya sambil duduk di ambang jendela kamarku.
“Iya bawel,” jawabku sambil berjalan masuk kedalam kamar dan segera turun kebawah melihat siapa yang datang. Tapi tanpa ditanya aku sudah tahu ini pasti Karin, siapa lagi coba yang datang ? Mana mungkin… Dimas kan ? Dimas!! Tubuhku langsung membeku begitu mengetahui laki-laki ini sedang duduk di kursi yang ada diteras rumah. Ya ampun, ini beneran Dimas?
“Dimas?” tanyaku memastikan.
“Laras. Hallo..” sapanya langsung berdiri begitu melihatku.
“Lo ngapain datang kerumah? Gue pernah ngutang sama elo ya?” candaku mencairkan suasana. Aku pun duduk dikursi yang ada didepan Dimas.