Dan kesokan harinya Karin sudah menungguku di depan rumah. Dia bersama dengan Mamanya sedang mengobrol dengan Mama, Papa dan juga Bang Rain. Barang-barangku sudah ada di teras bersama barang-barang Karin. Kami sedang menunggu Dimas. Tenang, Karin sudah aku beritahu akan pergi dengan Dimas. Awalnya dia bingung kenapa aku bisa dekat dengan Dimas kemudian aku menjelaskan semuanya. Dan ternyata gosip-gosip kalau Dimas punya pacar salah besar. Dia jomblo dari lahir sama kayak aku. Pasti Karin bakalan seneng banget kalau tahu informasi ini.
Akhirnya yang ditunggu-tunggu tiba juga. Mobil Dimas terparkir indah di depan rumah lalu ia keluar lalu masuk ke dalam halaman rumah. Ia menggunakan kaos putih polos dengan celana jeans biru tuanya. Ia terlihat keren sekali. Aku melirik kearah Karin. Ia ketahuan banget menyukai Dimas, Karin sampai gak berkedip melihatnya..
“Pagi Om, Tante. Maaf saya sedikit terlambat datang kesini, “ sapa Dimas kepada kami.
“Gakpapa Dim. Malahan kami yang berterima kasih sama kamu mau repot-repot datang kesini menjemput kedua bidadari ini,” goda Mamaku yang membuatku malu. Aku pun mencolek lengan mamaku. Mama ada-ada aja sih. Kalau dibilang begitu pasti Dimas jadinya menatap kami berdua dan sebenarnya aku sih gak masalah toh aku gak ada rasa apapun sama dia. Nah, yang disampingku ini yang pasti seneng banget bercampur malu. Wajah Karin sudah merah sekarang.
Karin mah selalu begitu tiap ketemu sama cowok yang dia suka. Aku dan dia berkenalan 3 tahun yang lalu. Saat itu adalah mos, kami berdua sama-sama telat dan kebetulan satu kelompok. Dan lebih kebetulan lagi kami kembali bertemu diruang kelas yang sama, dan akhirnya kami memutuskan untuk sebangku sampai kelas 3 dan bersahabat sampai saat ini. Jodoh dalam berteman ini kali ya namanya.
Bang Rain memasukkan barang-barang kami kedalam mobilnya yang dibantu oleh Dimas. Setelah barang-barang kami selesai dimasukkan ke dalam mobil, kami pun segera berpamitan kepada kedua orangtuaku, bang Rain, dan juga mama Karin. Sedih rasanya, 17 tahun gak pernah pergi sendiri dari rumah, selalu ada mama yang nemenin, tiba-tiba harus sendiri berjuang di luar sana yang pasti aku tidak tahu bagaimana keadaan nantinya. Mobil Dimas pun mulai menjauhi rumahku hingga tidak terlihat lagi. Dan yang baru aku sadari, ternyata posisiku ada didepan bersama Dimas sedangkan Karin ada di belakang. Ya ampun, sahabat macam apa aku meninggalkan sahabatku dibelakang sendirian tanpa teman.
“Dim, bisa gak kita berhenti sebentar. Kasian Karin dibelakang sendirian,” bisik ku sambil melirik kearah Karin. Dimas mengangguk. Dia pun segera menghentikan laju mobilnya yang membuat Karin sedikit heran.
“Loh kok berhenti Dim? Kita mau singgah kemana ?” tanya Karin sambil melirik ke kanan dan kiri melihat tempat apa yang ingin disinggahi. Aku pun segera turun dan duduk ke belakang.
“Kok ? Di depan aja noh Ras. Gue baik-baik aja sendiri disini,” ucapnya kesal. Aku hanya tersenyum dan memeluknya.
“Gue kan gak mau sahabat terbaik gue duduk sendirian di sini. Atau lo aja yang duduk di depan gimana?” godaku padanya. Karin salah tingkah lalu mencubit lenganku pelan. Kulihat Dimas melirik kami dibelakang lalu melanjutkan laju mobilnya.
“Ya kan Dim?” tanyaku pada Dimas. Dimas hanya tertawa pelan sambil konsentrasi menyetir. Karin menyenggol lenganku. Aku pun hanya tersenyum lalu menatap keluar jendela.
***
2 minggu sudah berlalu. Meskipun kami di bimbingan belajar di tempat yang sama, namun lokasi kami berbeda. Tapi tetap dekat karena lokasinya hanya berbeda gangnya saja. Lokasiku dulu baru kemudian lokasinya Karin. Jadi kami bisa pergi dan pulang bareng. Tapi terkadang sering juga aku yang pulang duluan karena jadwalku dan Karin terkadang berbeda. Aku tidak pernah main-main ke lokasi bimbel Karin. Dia yang selalu datang ke tempat ku. Kesannya aku ego banget kan? Bukan seperti itu. Tempat makan yang baik dan juga higienis ada di dekat tempatku, jadi kalau mau makan siang dia pasti akan datang ketempatku karena lebih dekat.
Dan sekarang aku berada di kost. Dan juga sendiri. Karin sedang ada di tempat bimbel, sedang diskusi bersama temannya. Ya ampun, aku bingung mau melakukan apa. Bukannya ke tempat bimbel buat diskusi, malah duduk diam seperti orang bodoh saja. Kalau begini gimana kamu mau masuk PTN Laras? Semangat dong. Jangan manja deh. Ingat tujuan utama mu. Kamu pasti bisa. Dengan semangat aku membereskan diriku untuk datang ketempat bimbel buat diskusi. Kebetulan aku diinformasikan sama temen sekelasku buat diskusi bareng 1 jam lagi. Lumayan ini, pikirku. Begitu aku ingin keluar kamar, tiba-tiba Karin sudah ada didepanku. Aku terkejut, begitu juga dengan dia.