Hari ini aku telat, bukan aku saja tapi kami ! Ya ampun jam segini kami masih di kost dan baru bangun dari tidur dengan posisi dikelilingi kertas-kertas soal yang berserakan. Sungguh berantakan. Begitu melihat kearah jam, kelas dimulai 15 menit lagi, sontak saja kami langsung mandi, bersiap pergi bimbel dan meninggalkan kost dengan keadaan yang sangat berantakan. Sebenarnya tak apa bila telat tapi kan rugi. Aku berada disini mahal-mahal dibayar orangtuaku bukan untuk main-main. Aku sangat menghargai apa yang orangtuaku perjuangkan untuk aku. Dan aku harus memberikan buah yang manis untuk mereka nantinya. Dan beruntungnya kami hanya telat 5 menit saja. Luar biasa !!
Begitu selesai kelas, aku menunggu Karin diruang tunggu bimbel. Kami janji akan makan siang di rumah makan biasa. Kulihat dia sudah datang, kami pun langsung melaju kerumah makan tersebut karena ku kuakui saja perutku ini sudah sangat lapar. Tadi pagi kan gak sempat makan. Dan akhirnya tiba juga kami, langsung saja memesan makanan dan yang ditunggu pun akhirnya datang. Aku langsung saja minum dan makan apa yang kupesan. Kulihat Karin sedang makan dengan santainya.
“Ras, tadi si Nathan nanyain elo,” ucapnya. Sontak aku jadi terbatuk dan menyemburkan sedikit nasi yang sedang kukunyah tadi. Aku terkejut. Ngapain tuh anak nanyain? Aku langsung menatap kearah Karin yang sedang membersihkan wajahnya akibat terkena semburan yang tak tersengaja tadi.
“Iss apaan sih Laras, jijik tau” protesnya dengan ekpresi menjijikan sambil membersihkan wajahnya dengan tissue.
“Lagian lo sih buat gue kaget. Seriusan lo? Ngapain dia nanya-nanya tentang gue?” tanyaku heran.
“Iya, gue seriusan. Gue aja sampai heran. Ya gue bilang aja elo lagi belajar di gang sebelah” ucap Karin kembali serius. Aku pun hanya kembali mengatakan oh saja dan kembali melanjutkan makan. Jujur saja, aku tidak ingin geer, tujuan utamaku kesini adalah belajar bukan mencari pacar. Jadi lebih baik mengiyakan saja daripada di kepoin. Nanti malah tidak fokus lagi aku sama yang sedang aku kejar. Jadi, lebih baik diam saja. Melihatku reaksiku yang diam, Karin pun memilih untuk makan.
***
Beberapa hari ini kami selalu diskusi di tempat kami masing-masing dan kami hanya bertemu saat di kost saja. Terkadang Karin masih suka cerita juga tentang Dimas. Seperti tadi pagi, dia mengatakan bahwa semakin hari Dimas semakin menawan saja. Dia masih sering mengajakku untuk pergi ataupun pulang ke rumah bersama-sama. Dia sangat baik. Sebenarnya aku merasa tidak enak dengan keadaan seperti ini, dia membuat kami nanti semakin ketergantungan sama dia. Jadi, terkadang aku juga dengan berat hati harus menolak ajakannya. Dan pada saat itu pula Karin pasti akan kesal padaku. Ini demi nama baik kita Rin, jangan mau ditebeng mulu ah. Malu !
Dan hari ini, entah angin apa yang datang, Karin menyuruhku untuk datang ke tempatnya. Dia sekarang sedang bersama temannya sedang mencari tentor untuk diskusi. Aku langsung melangkah kesana jika demi belajar. Kulihat Karin sedang duduk bersama dengan perempuan yang ukuran tubuhnya lebih tinggi dan lebih besar dari kami. Aku langsung tersenyum padanya.
“Kenalin ini Ras, temen seperjuangan kita namanya Ana,” tutur Karin memperkenalkan.
“Ana,” katanya sambil mengulurkan tangannya padaku.
“Laras,” jawabku menyambut jabatan tangannya. Aku pun duduk disamping Karin. Kulihat ekspresi wajah mereka berdua sedang tidak baik.
“Kenapa? Gak dapet tentor ya?” tanyaku menebak.
Mereka pun mengangguk lemas. Akhirnya kami memutuskan untuk mencari ruangan kosong. Begitu menemukannya, kami masuk ke ruangan lalu berdiskusi untuk Try Out minggu depan. Tak lama kemudian tiba-tiba saja Nathan masuk kedalam ruangan dan duduk dimeja kami bertiga.