Study(ing) Love

ceciliafs
Chapter #8

SL Delapan

Malam ini sangat aneh. Aku merasa dunia ini seakan-akan berputar terlebih dikamar kami ini, aku merasa barang-barang yang ada dikamar kami ini seakan-akan bergerak semuanya. Apa yang terjadi dengan kamar kami ini? Apakah terjadi gempa bumi ? Atau sesuatu yang terjadi padaku. Rasanya sangat pusing. Aku kenapa ini ? Aku mencoba untuk bangkit tapi kepalaku rasanya mau pecah. Ya Tuhan aku kenapa ini? Aku mengambil ponselku dan melihat waktu masih jam 3 pagi. Aku ingin membangunkan Karin tapi aku gak tega untuk mengganggunya, ia masih sangat terlelap. Ia tidur jam 1 tadi jadi aku benar-benar gak tega membangunkannya sekarang. Aku kembali membaringkan tubuhku disamping Karin. Aku mencoba untuk tidur. Sangat mencoba. Keringat perlahan membanjiri tubuhku. Sangat dingin. Namun, aku berusaha untuk tidur sambil menunggu pagi. Tiba-tiba saja kudengar ada seseorang yang memanggil namaku. Perlahan kubuka mataku dan mendapati Karin didepanku dan dengan wajah yang sangat khawatir dan langsung ia memelukku. Ada apa?

“Akhirnya elo bangun juga Ras, gue udah pikir yang bukan-bukan tahu. Badan lo panas banget sampe gue terkejut saat gak sengaja nyenggol elo,” katanya lalu memegang dahiku.

“Tuh kan makin panas aja badan lo. Yaudah, ayo bangkit. Kita ke klinik deket sini, kayaknya ada kemaren gue liha,t” ajaknya sambil membantuku berdiri. Aku menatapnya. Dan mengikuti setiap arahan yang ia ucapkan. Dengan segera ia memakaikanku jaket dan langsung memapahku keluar menuju klinik yang gak jauh dari kost. Kulihat hari masih gelap. Aku tak ada tenaga untuk berjalan. Aku menatap kearah Karin. Kulihat ia dengan susah payah berjalan.

“Pelan-pelan aja ya Ras kalau belum sanggup untuk berdiri. Ada gue disini, elo tenang aja ya,” katanya lembut. Perlahan air mataku jatuh tanpa bisa kutahan lagi. Inilah sahabatku, aku sangat beruntung memilikimu. Aku gak tahu lagi bagaimana jika tidak ada dia disini, disampingku. Dan akhirnya kami sampai juga diklinik. Aku melihat dokter membantuku berjalan masuk ke dalam sebelum akhirnya pandanganku menggelap.

***

Aku perlahan membuka mataku. Ruangan serba putih langsung memenuhi penglihatanku. Perlahan kugerakkan kepalaku untuk melihat sekitarku. Kulihat Karin tidur disamping kananku dan disamping kiriku tanganku diifus. Bagus sekali Lasarati!! Good job!!

Aku ternyata masih diklinik dan kulihat jam didinding menunjukkan pukul 10 pagi. Aku tak apa bila gak bimbel hari ini tapi Karin bagaimana. Aku tidak ingin ia melewatkan waktu belajarnya karenaku.

“Karin… Karin..”panggilku pelan. Ia pun perlahan membuka matanya dan seketika panik saat mendengar suaraku.

“Iya Ras, ada apa? Ada yang sakit atau lo butuh sesuatu ?” tanyanya panik. Aku tersenyum.

“Gue gakpapa kok. Hmm.. Lo gak ke bimbel Rin? Pergilah gih. Gue udah gakpapa kok. Mungkin bentar lagi bisa balik ke kost” kataku perlahan. Tiba-tiba raut wajah Karin berubah.

“Gimana gue bisa konsen belajar Ras sementara lo sedang sakit disini? Elo gak punya perasaan sih. Lo egois banget. Lo tahu tadi itu gue takut banget. Lo tiba-tiba demam tinggi. Apalagi tiba-tiba elo pingsan, gue takut setengah mati tahu gak lo. Gue takut lo kenapa-kenapa. Apa yang harus gue katakan ke orangtua lo nanti hah ?? Dan dengan beraninya elo nyuruh gue bimbel? Elo jahat banget Ras. Jahat !!” ucap Karin marah sambil menangis. Perlahan air mataku meluncur dengan derasnya.

“Maaf Rin, gue ga bermaksud begitu. Maaf gue udah nyusahin lo, gue udah ngecewain lo, jaga diri sendiri aja gue gak bisa. Maafin gue, gue yang salah. Gue emang jahat banget sama elo,” tangisku dengan suara yang mungkin Karin pun tidak dengar. “Maafin gue Rin,” sambungku lagi sambil memegang tangan Karin meminta maaf. Karin langsung memelukku dengan erat.

“Enggak Ras, gue yang salah, gue panik makanya langsung emosi. Maafin gue ya” katanya. Aku hanya menangis lalu mengucapkan terima kasih padanya.

“Yaudah, jangan nangis lagi, jelek tau. Yang penting sekarang itu lo harus cepat sembuh. Oh ya, mana nomor orangtua lo biar gue kabari mereka,” tanyanya.

Lihat selengkapnya