Aku mengambil tasku ke kelas. Hari ini aku sudah masuk. Jangan pikir aku gak masuk selama berhari-hari, keberuntungan bagi aku karena kebetulan aku sakit kemarin hari jumat, sabtu libur karena tanggal merah dan minggu kan memang libur. So, aku hanya gak masuk 1 hari saja. Yeiii!!
Dan sekarang aku masih dikelas, kelas sepi karena teman-teman yg lain sudah bubar, pergi entah kemana dan yang pasti bukan urusanku. Jadi disinilah aku sendirian menunggu kabar dari Karin. Kedengar langkah orang menuju ke kelas kami. Mungkin temanku yang balik untuk mengajakku diskusi bareng. Dan saat ia masuk ternyata Dimas yang masuk dan membawa buah kesukaanku, jeruk. Buah? Tumben dia bawa sesuatu. Bukannya Dimas bukan tipe pria pengemil ya, setahuku sih gitu kalau denger-denger cerita dia dari siswi lain saat disekolah. Maklumlah, dia kan famous di sekolah.
“Elo Dim. Ngapain lo ke sini, bawa buah segala lagi. Ada apaan?” tanyaku sambil tertawa kecil. Ia tidak menjawab pertanyaanku dan langsung mengambil kursi di depanku dan membalikkanya kearahku. Lalu ia duduk disitu, tepat didepanku.
“Elo kok gak bilang kemaren sakit? Gue denger sampe diinfus segala lagi? Lo kok diem-diem sih Ras? Jadi keadaan elo gimana? Masih sakit? Mana yang sakit? Belakangan ini istirahat lo cukup kan sil?” tanyanya bertubi-tubi menyerbuku tanpa menghiraukan pertanyaanku tadi.
“Ah yang itu, biasa aja kok. Gue udah sehat kok, lo tenang aja, ini berkat Karin dan istirahat yang cukup kemaren. Makasih buat perhatian lo. Elo tau dari mana kalau gue sakit?”
“Ya itu gak penting darimana gue tau. Bener nih udah sehat?” tanyanya lagi. Ia pun meletakkan tangan di dahiku untuk memastikan ucapanku tadi.
“Gue beneran sehat kok Dim. Elo gak usah khawatir deh” ucapku sambil tersenyum padanya.
“Bagus deh kalau gitu, ini gue bawa buah kesukaan lo. Elo harus rajin makan makanan yang bergizi Ras biar sehat terus, jangan sakit lagi ya” katanya sambil memberikan buah tersebut.
“Makasih ya Dim, lo baik banget. Oya, lo tau mana jeruk buah nomor 1 di daftar buah gue?” tanyaku heran dan menerima buah tersebut dengan perasaan senang. Semenjak jauh dari rumah aku memang jarang makan buah, jarang banget malahan. Untung ada dia, lumayanlah. Aku pun kembali menatapnya. Kulihat dia hanya diam salah tingkah dengan masukkan sela jari tangan kanannya kedalam rambutnya yang hitam seolah-olah sedang merapikan rambutnya. Ya ampun, pose ini membuatnya semakin tampan! Coba aja ada Karin disini pasti dia bakalan pingsan lihat Dimas barusan.
“Gak penting jugalah gue tau darimana, yang penting gue tau elo suka banget sama itu,” jawabnya tanpa menatapku. Ia hanya melihat kipas angina yang tergantung diatas langit-langit ruangan kelasku. Aku hanya terus menatapnya. Anak ini benar-benar misterius.
Semenjak sakit, perlakuan Nathan padaku semakin berbeda. Tanpa ragu ia sering main-main ke kost. Bahkan mengajakku jalan. Iya, kami pernah jalan dan berdua saja dan jujur aku sangat menikmatinya. Aku merasa nyaman bila berada di dekatnya. Mungkinkah aku jatuh cinta padanya? Sejak kapan rasa ini muncul? Ditambah aku mulai tertarik jika Karin bercerita tentang Nathan. Aku ingin tahu apa yang ia katakan pada Karin dan juga perkembangannya di kelas.
Dan hari ini aku, Karin dan Nathan sedang ada di dalam kelas mereka. Kami sedang menunggu tentor yang sudah kami janjikan untuk diskusi 1 jam lagi. Kami hanya bertiga saja, gak tahu deh temen yang lain pada kemana. Melihat semuanya sedang fokus dengan kegiatannya masing-masing aku pun mengeluarkan ponselku dan memasang headset ke telingaku. Aku mendengarkan musik sambil belajar sekalian menghilangkan kebosanan yang sedang melanda. Kulihat mereka berdua mengobrol. Aku kembali fokus dengan buku ku. Lama sekali beliau itu datangnya, aku bosan dengan situasi disini, mana dingin lagi Cuacanya mendukung sekali. Aku jadi ingin tidur rasanya.
Kulihat Nathan berdiri dan berjalan keluar. Karin pun menghampiriku. Aku pun melepaskan headsetku. Tanpa diduga Karin mengelus pundakku sambil berkata yang sabar padaku. Aku terkejut dengan perlakukannya. Perasaanku mengatakan ada kabar buruk yang ingin dikatak Karin padaku. Ada apa? Apa yang terjadi?
“Lo apa-apaan sih Rin? Emang gue kenapa sampe harus lo elusin gitu pundak gue? Ada apa?” tanyaku heran banget. Ia hanya diam.
“Nanti dikost gue certain ke lo ya,” katanya yang membuatku semakin penasaran.
“Apaan sih lo, kenapa harus dikost. Disini aja, ada apaan sih?” ucapku memaksa.