Aku sedang dikelas saat ini. Meskipun belajar telah selesai satu jam yang lalu, aku belum beranjak dari bangku yang sedang ku duduki kini. Aku menunggu Karin saja disini. Aku gak ingin bertemu siapapun terlebih lagi Nathan. Dan kini seperti tidak ada yang terjadi kemarin, Nathan menanyakan kabarku melalui pesan singkat yang ia kirim ke ponselku. Aku sedang malas untuk membalasnya. Aku ingin menjauhinya seperti aku tidak mengenalnya saat kemaren pertama berjumpa.
Dan tanpa kusadari Karin sudah ada disampingku. Aku benar-benar terkejut dengan kehadirannya yang misterius.
“Untung jantung gue kuat Rin kalau enggak mungkin gue bakalan kena serangan jantung berkat tindakan lo barusan” kataku kesal.
“Dasar lonya aja yang budek, dari tadi gue manggilin elo tau. Lo nya aja fokus banget ke ponsel. Mikirin apa sih?” tanyanya heran.
“Gak mikirin apa-apa kok Rin. Gue merasa cepat banget waktu berlalu, udah tinggal menghitung hari pertempuran kita nanti. Aku harus mempersiapkan diri dengan baik,” kataku berbohong.
“Iya, gue pun ngerasa gitu. Oh ya, tadi Nathan nanyain lo. Kenapa pesan nya gak lo balas. Dia hampir gila nungguin balasan lo tau. Balas tuh, kasian,” ucap Karin lagi.
“Lo gila. Ngapain juga gue nerima perhatian pacar orang. Duh, gue takut nanti dianggap orang ketiga. Lagian kan gue mau jauhin dia, lo gimana sih? Gue gak mau berurusan sama pacar orang”. Aku sudah final dengan keputusanku yaitu dengan menjauhinya.
“Iya juga sih. Gue gak ngertilah sama yang beginian. Lakukan ajalah yang lo menurut lo bener. Gue gak ngerti pemikiran Nathan ini gimana?” kata Karin putus asa. Tuh kan, Karin aja gak ngerti pemikirannya apalagi aku.
“Yaudah deh gak usah membahas dia. Makan siang yuk kita Ras. Gue laper banget,” pinta Karin dengan wajah memelas. Aku tertawa melihat ekspresinya dan mengangguk menjawab ajakannya.
Dan saat dirumah makan, dan saat sedang menikmati makanan yang kami pesan yang disertai dengan canda tawa tiba-tiba saja Nathan dan teman-temannya duduk di meja kami yang kebetulan meja yang kami ambil meja yang paling panjang diantara yang lainnya.
“Boleh gabung kan?” tanyanya meminta izin.
Aku diam saja. Mengingat yang dia lakukan padaku rasanya tak ingin makan semeja dengannya. Selera makan pun seketika sirna saat melihat dia.
“Boleh kok. Duduk aja” jawab Karin.
Mereka pun langsung duduk dan gak enaknya kenapa anak yang sebiji ini harus duduk tepat didepanku. Bangku lain kan masih banyak. Aku benar-benar tidak suka dengan keadaan ini. Lebih baik pergi saja. Aku pun menyenggol kaki Karin. Karin menatapku. Aku membisikan untuk segera pulang saja.
“Kita kan baru duduk Ras, makanan gue pun belum habis tau” bisiknya kembali.
“Kalian ngobrolin apa sih? Haruskah sampai berbisik seperti itu?” tanya Nathan yang heran melihat tingkah kami berdua. Kami pun hanya tersenyum saja mendengar sindirannya dan kembali menikmati makanan kami.
“Ras, lo harus rajin makan, jangan sampai telat-telat biar gak sakit lagi. Dijaga dong kesehatannya. Gue marah kalau denger lo sampai sakit lagi” ucap Nathan menasihatiku. “Gue akan pastikan elo gak akan pernah telat makan lagi” sambungnya lagi. Aku dan Karin diam.
“Eeee.. gak perlu repot-repot Nat. Ada Karin yang selalu ada disamping gue kok, dia aja udah cukup untuk menjaga gue. Lagipula gue pun gak berniat untuk sakit kembali. Lo tenang aja, gue bisa kok jaga kesehatan gue,” kataku menolak dengan halus keinginannya.
“Gue gak yakin sama Karin Ras. Lagian gue gak merasa direpotin kok. Pokoknya gue bakalan jagain lo. Gue gak mau denger penolakan lagi,” ucapnya yang membuatku semakin terdiam. Untuk apa dia ngelakuin ini sama aku, lakukanlah hal ini untuk yang orang yang kamu sayang dan orang yang kamu sayangi itu bukan aku Nathan melainkan pacarmu yang diluar sana yang mungkin sekarang sedang menunggu kabarmu. Aku hanya terdiam dan terdiam.
***
Hari demi hari pun semakin terlewati. Waktu yang panjang dan perjuangan keras untuk menang saat berperang dimedan pertempuran sebentar lagi akan terselesaikan. Dan cinta, mungkin untuk saat ini aku sedang tidak menginginkannya. Dan berbicara tentang Nathan, aku menghindari setiap yang dia lakukan padaku. Setiap ajakannya selalu aku tolak, segala perhatiannya aku juga tolak secara halus. Aku tak ingin menyakiti hati siapapun. Lebih baik aku yang sakit daripada orang yang tidak berdosa aku sakiti. Aku tak ingin memiliki sesuatu yang gak berhak untuk kumiliki apalagi merebutnya. Cinta bukan seperti itu. Aku percaya dengan jodoh yang pasti kan dipertemukan suatu saat nanti.
Dan hari ini aku sedang duduk merenung dikursi kelasku kembali. Banyak hal yang aku pikirkan dan saat ini mungkin aku sedang memikirkan Nathan. Sebenarnya aku tidak tega menolak setiap yang ia ingin lakukan. Melihat wajah kecewanya saat mendengar ucapan dinginku ketika ia mengajakku berbicara rasanya tidak ingin aku melakukannya. Tapi aku tak ingin menyakiti diriku ataupun orang lain. Aku ingin melupakan rasaku ini saja. Seiring berlalu bimbel aku harap semakin hilang rasa ini padanya.
Samar-samar kudengar sepertinya seseorang sedang memanggil namaku. Aku pun melihat kesuara orang tersebut.
“Karin,” seruku terkejut melihat tiba-tiba saja wajahnya sudah ada didepanku. “Kayaknya kebiasaan lo yang kemaren harus segera dihilangkan deh, bisa-bisa gue kena serangan jantung beneran,” sambungku lagi sambil mengambil nafas dalam-dalam.
“Haha. iya iya, gue tau kok lo itu udah tua jadi gampang kena serangan jantung,” candanya sambil merangkulku. Aku langsung menatapnya dengan tatapan kesal.