Jangan pernah ragu pada bayangan karena bayangan hanya hadir ketika ada cahaya
Melody setengah berlari menghampiri Cita dan Embun yang berada di kursi penonton. Acara sebentar lagi di mulai, semua panitia telah telah berada di tugasnya masing-masing, pencayaan sudah di atur, kameramen telah siap dengan kameranya. Terlihat Bu Merry, Pak Anton, dan beberapa jajaran guru duduk paling depan. Semuanya telah siap kecuali dengan Melody.
“Ody, kenapa kamu disini?” kaget Cita yang menyadari kehadiran Melody.
“Kamu seperti mariposa yang pindah rumah,” ucap Embun menatap Melody.
Mc mulai naik ke panggung dan membuka acaranya, “Selamat Datang di acara konser mini Melody Fredella Aderlard,” sambut Mc.
“Akuuu,” kata Melody gugup.
Cita dan Embun saling bertatapan heran melihat tingkah Melody, “Aku apa Ody?” tanya Cita tidak habis pikir dengan kelakuan sahabatnya.
Melody memperbaiki posisinya, menghirup nafas dalam lalu membuangnya perlahan. Banyak pasang mata tertuju pada Melody, semuanya seakan bertanya, kenapa Melody di kursi penonton sedangkan acaranya sudah di mulai. Acara terus berjalan, saat ini Pak Anton telah maju kedepan untuk memberikan kata sambutan, panitia segera menghampiri Melody yang masih diam dihadapan Cita dan Embun.
“Kenapa sahabatku?” tanya Embun lembut mencoba tenang dan memahami keadaan Melody.
“Aku,” kata Melody lagi dan mengantung.
“Aku cantikkan?” tanyanya ragu dengan tatapan penuh harap.
Cita dan Embun kaget mendengar pertanyaan polos Melody, “Kamu berlari kesini hanya untuk bertanya itu?” tanya Cita memastikan.
“Iya,” jawab Melody singkat.
“Karena hanya sahabat yang tidak pernah bohong, ia akan berkata apa adanya, sebenarnya tanpa rekayasa,” tambah Melody.
“Kamu itu bagaikan mariposa dengan balutan Minangkabau, kamu cantik bangat,” puji Embun jujur.
“Iya, aura bintang dan gadis Minangkabau kamu keluar,” tambah Cita.
Melody menatap mata Cita dan Embun secara bergantian, mencari celah apa ada kebohongan atau tidak.
“Bajunya tidak kebesaran kan?” tanya Melody satu lagi memastikan.
“Pas Ody sayang,” balas Cita tersenyum.
Melody segera memeluk Cita dan Embun lalu kembali ke belakang panggung untuk bersiap tampil. Bagi Mekody Cita dan Embun melebihi sahabat, tapi sudah seperti keluarga. Mereka bertiga kenal ketika masih SMP, saat itu Melody harus pindah sekolah demi mengikuti kepindahan tugas ayahnya dari Sumatera Barat ke Ibu Kota. Cita dan Embun lah teman pertama Melody di sekolah, persahabatan mereka berlanjut hingga saat ini dan seterusnya.
“Ody-Ody,” ujar Cita sambil mengelengkan kepalanya.
“Dari dulu sifatnya tidak berubah” sahut Embun sambil membenarkan posisi duduknya.
“Kalau Melody sudah menjadi penyanyi terkenal nanti, apa ia masih seperti ini ya?” tanya Embun sembari menatap ke depan.
Cita terdiam sebentar mendengarkan pertanyaan Embun, “Semoga Melody tidak berubah,” balas Cita tanpa menatap Embun.
Fadlan dan Kael berjalan menuju kursi di samping Cita, “Ayok Kael cepat,” ucap Fadlan tidak sabaran.
“Eh, ada Fadlan dan Kael,” ujar Cita menyadari kehadiran Fadlan.
Fadlan dan Kael segera duduk dan menaruh beberapa minuman dingin dan makanan di depannya. Wajah ceria Fadlan terus terpancar beda dengan Kael yang datang dengan muka cepeknya.
“Darimana aja?” tanya Embun perhatian.
“Jualan,” balas Kael simple.
“Jadi sekarang Kael sudah bekerjasama dengan Fadlan ya?” tanya Embun lagi memastikan.