STUDYING

Azizah Rahma Tita
Chapter #5

Taman Sekolah

Saling bergenggamanlah ibarat siang dan malam yang selalu setia menemani bumi

 

Melody keluar dari gedung pertemuan dengan muka di tekuk. Cita dan Embun yang menyadari kepergian Melody segara menyusulnya. Memakai baju adat daerah membuat Melody kepanasan di tambah dengan pernyataan Kael tadi tentang dirinya. Banyak sorot mata yang memandang Melody, wajah cantik Melody selalu bisa membuat orang terpukau. Melody mempercepat langkah kakinya dan meninggalkan Cita dan Embun yang mengejarnya. Satu-satu tempat yang ingin Melody kunjungi adalah toilet. Melody sangat membutuhkan cermin besar untuk melihat dirinya sekaligus mau menghapus make up di wajahnya.

“Ody,” panggil Cita. 

Melody tidak memperdulikan panggilan Cita, mood Melody benar-benar dibuat hancur oleh perkataan Kael tadi. Syukur Kael berkata di akhir acara, kalau di awal acara, bisa gagal konser mini Melody.

“KAELLL,” geram Melody sesampainya di depan toilet.

Melody segera menuju wastafel dan melihat dirinya, benar saja. Pakaian yang melody gunakan sudah tidak serapi tadi. Rambut Melody juga sedikit berantakan, belum lagi muka bete Melody.

“DASAR KAEL, makhluk tanpa hati, kok bisa ya ada makhluk seperti dia di bumi?” umpat Melody lagi sambil membersihkan wajahnya.

“Jangan terlalu disebut, ntar benaran suka,” ejek Cita dari bekalang.

Melody menatap Cita dan Embun dari pantulan cermin, “CITAA, lu di pihak siapa sih?” sebeal Melody.

Cita dan Embun tertawa mendengar pertanyaan Melody yang menurut mereka pertanyaan itu begitu mengemaskan, “Aku tak memihak salah satu kubu,” jawab Cita simple.

Melody makin geram mendengar pernyataan Cita, “Lu Mbun, pilih gue atau Kael?” tanya Melody menatap Embun.

“Bagaikan siang dan malam, bumi dan matahari, mereka saling bertentangan tapi melengkapi,” ujar Embun.

“Langsung aja, Mbun,” kata Melody yang dibuat pusing sama pernyataan Embun.

“Ya, kalau bisa milih keduanya kenapa harus satu, kamu dan Kael itu cocok,” ujar Embun lalu tersenyum manis.

“Satu merubah semua tempat menjadi panggung, yang satu lagi merubah semua tempat menjadi lapangan,” tambah Cita.

“Negatif bertemu negatif akan menjadi positif,” ujar Embun.

Melody lebih memilih fokus menghapus make up nya dari pada mendengarkan ocehan Cita ataupun Embun. Cita dan Embun masih saja menggoda Melody. Hingga akhirnya mereka memilih menunggu Melody di luar. Cepat tapi pasti make up di wajah Melody hilang, Melody segera menganti bajunya dengan baju SMA Garuda.

“Udah?” tanya Cita yang menyadari kehadiran Melody.

“Udah,” jawab Melody simple.

“Ayok,” ajak Embun ke kelas.

Melody masih berdiam diri di depan toilet, “Kenapa Ody?” tanya Cita membalikan tubuhnya menatap Melody.

“Sorry yang tadi,” ucap Melody pelan.

“Santai aja,” jawab Cita.

“Kami kenal lu, Ody, udah paham dan hafal kelakuan kamu,” tambah Embun.

Melody tidak membalas perkataan Cita ataupun Embun dengan cepat Melody memeluk Cita dan Embun dari belakang, “Thanks ya,” ujar Melody tulus.

Usai berpelukan Melody, Cita, dan Embun segera ke kelas untuk mengambil tas. Hari ini tidak ada pelajaran di kelas, karena ada rapat semua guru SMA Garuda, hanya ada tugas tadinya dan itupun telah selesai mereka kerjakan bersama. Sesampainya di kelas Cita, Melody, dan Embun di kagetkan dengan masih adanya tas Fadlan dan Kael di kelas. Bel pulang telah berbunyi hampir satu jam yang lalu.

“Kemana dua anak ini?” tanya Cita sambil menatap tas Fadlan dan Kael.

“Siapa?” tanya Kael dari pintu masuk.

“Fadlan dan Kael,” jawab Cita lalu membalikan tubuhnya.

Cita heran dengan kedatangan Fadlan dan Kael dengan cepat Kael dan Fadlan memasuki kelas, “Biasa, habis latihan,” jawab Kael enteng.

“Agar bisa membuktikan pada dia tu,” tambah Kael sambil memajukan mukanya ke arah Melody.

Melody memilih untuk tetap diam tanpa memperdulikan perkataan Kael. Berantem sama Kael hanya membuat energinya terkuras. Apalagi Melody belum ada makan siang, hanya serapan segelas susu tadi pagi sebelum berangkat sekolah.

“Udah Bro, hobby bangat bikin rusuh,” kata Fadlan sambil merangkul bahu Kael.

“Kalian masih mau disisni atau pulang?” tanya Fadlan menatap Cita, Melody, dan Embun.

Lihat selengkapnya