Waktu akan terus berjalan maju tanpa memperdulikan pengikutnya
“Nanti setalah kita lulus sekolah, apa masih bisa bersama ya?” tanya Cita menatap semuanya.
Semuanya terdiam dalam pikiran masing-masing sambil menatap langit biru dan kumpulan awan putih yang saling bertautan di atas. Pertanyaan Cita sederhana namun tidak untuk jawabannya.
“Gue tidak yakin kita akan selalu bersama,” jawab Kael singkat.
Jawaban Kael tidak langsung mendapatkan balasan, semuanya saling pandang dan terdiam lagi dalam pikiran masing-masing.
“Aku yakin kita akan selalu bersama,” ucap Fadlan optimis.
Ada dua jawaban yang berbeda disini, jawaban yang sama-sama tidak diketahui kepastiannya.
Melody menatap Cita dalam, “Ta, kenapa nanya itu?”
Cita memperhatikan wajah Melody yang kebingungan, menatapnya dalam dan tersenyum melihat Melody.
“Hanya takut, suatu hari nanti ketika kita tidak bisa bersama lagi,” jawab Cita santai menatap Melody.
“Takut ketika aku jatuh kalian tidak ada disampingku,” tambah Cita.
Fadlan menatap Cita, baru kali ini Fadlan mendengar Cita berkata takut. Angga dan Embun sedari tadi hanya diam mendengarkan percakapan yang lain.
Embun berdiri dari duduknya dan segera berlari, “Mau kemana?” tanya Melody.
Embun tidak membalas, ia terus berlari menuju gazebo dan mengambil kertas dan pena dari tasnya. Embun segera menulis di kertas tersebut :
‘Dalam perjalanan malam menuju pagi, pagi menuju siang, siang menuju sore, dan sore menuju malam.. Banyak hal yang akan terlewati tiap waktunya. Setiap waktu memiliki perannya, tiap peran ada orangnya. Dan tiap orang, akan selalu kembali pada masanya. Berjanjilah untuk terus bersama walau waktu kita tidak selalu bisa bersama..’
Embun kembali berlari menuju lingkaran temannya di bawah pohon mahoni membawa selembar kertas tersebut dan sebuah pena untuk di tanda tangani.
“Tidak ada yang bisa memastikan apakah kita bisa selalu bersama nantinya,” angkat bicara Angga.
“Bahkan ikatan suci untuk sehidup semati saja bisa dikhianati seiring berjalannya waktu,” tambahnya menatap ke depan.
Cita menatap Angga dalam, “Bukan janji yang kita perlukan, namun kekuatan hati untuk selalu bersama yang harus di pupuk,” ucap Angga sambil menghembuskan nafasnya.
“Gue sepakat dengan Angga,” ucap Kael sambil mengambil kertas di tangan Embun untuk di tanda tangani.
“Hari ini bukti hati kita akan selalu bersama,” tambah Fadlan sambil menandatanggani.
“Tak saling mengkhianati,” sambung Angga.
“Saling melengkapi,” ujar Cita.
“Berjuang bersama,” kata Melody.
“Hingga tak ada satu pun yang bisa memisahkan kita,” tutup Embun.
Semuanya saling menatap satu dengan yang lainnya, berbagi senyum, dan saling bergenggaman tangan. “Huaaaaa, GUE HAPPPPYYY,” teriak Kael tepat di samping telinga Melody.
“KAELLLLLL,” kesal Melody.
“Pecah ni gendang telinga gue,” kata Melody sambil memegang telinganya.
“Upssss,” ujar Kael sambil tertawa.
Muka Melody langsung merah menatap Kael, “Lo ini, ga bisa berubah dikit.. aja,” pinta Melody sambil menunjuk ujung kukunya.
Kael mendekati Melody dan mengulurkan tangannya ke Melody, dengan polosnya Melody membalas salam Kael.