Maju dan melangkahlah ke depan, jangan mundur. Cukup, jadikan masa lalu sebagai pembelajaran tidak perlu berdiam diri disana!
Bu Merry langsung keluar kelas tanpa bermapitan terlebih dahulu dengan raut wajah yang kecewa. Seisi kelas masih diam dan saling tatap, Cita masih berdiri seperti posisinya tadi ketika mengakui kesalahan ke Bu Merry. Fadlan sangat menyesal, terlihat jelas di pelepuk matanya yang sedang menahan air mata agar tidak jatuh. Kael menatap Angga yang sedang berpikir untuk menyelesaikan permasalahan kelasnya ini.
Melody merubah berjalan menuju meja Embun dan Cita, memposisikan diri untuk duduk di samping Cita. Melody menatap mata Cita yang memerah seakan sedang berusaha untuk menahan air matanya agar tidak membasahi pipi. Fadlan segera menghampiri meja Cita.
“Taa, sorry,” pinta Fadlan menyesal di hadapan Cita.
Cita menatap wajah Fadlan seksama, setelah menatap wajah Fadalan Cita menatap wajah teman-teman sekelasnya. Semuanya menunduk bahkan Rahma menangis di bangkunya.
“Gpp Lan, setiap keputusan ada resikonya,” ujar Cita setelah menghembuskan nafasnya sambil menepuk pundak Fadlan agar tidak menundukan kepala lagi.
Cita sangat sedih, dalam sejarah hidupnya baru kali ini ia mendapatkan nilai nol, angka yang sangat pantang bagi Cita pribadi. Cita menghirup nafas panjang dalam lagi lalu menghembuskannya perlahan mecoba berpikir jernih untuk permasalahan ini. Cita menatap Fadlan yang masih berada di hadapan dengan senyuman yang tulus lalu beranjak ke meja Rahma untuk menenangi Rahma yang masih menangis di sana.
“Ta,” panggil Angga yang masih di bangkunya.
Cita hanya membalas panggilan Angga dengan senyuman, sesampainya di meja Rahma. Rahma langsung meminta maaf ke Cita karena tidak bisa untuk menjaga rahasia dan mengakibatkan nilai kuis sekelas nol karena dirinya, Rahma semakin menangis. Cita merangkul Rahma untuk berpelukan dengan dirinya serta menghapus air mata Rahma dengan pelan.
“Ta, sor.. ry,” ujar Rahma terbata.
Cita menatap Rahma dalam lalu tersenyum, “Gpp, its okey, I am fine,” ujar Cita dengan senyumannya.
“Tapi gara-gara gue nilai lu, dan nilai teman se kelas nol,” isak tangis Rahma lagi.
Fadlan dan Angga mencoba mendekat ke meja Rahma begitupun Melody dan Embun yang berniat untuk membantu Cita menenangi Rahma.
“Angga, gue salah,” ujar Rahma menatap Angga.
Angga menghirup nafas dalam lalu membuangnya perhalan, “Gpp, bukan salah kamu,” balas Angga dengan tenang.
“Ini keputusan kita bersama, bukan salah lu,” tambah Kael yang entah sejak kapan berada di samping Fadlan.
“Ini resiko yang harus kita tanggung bersama,” kata Angga sambil menatap semua teman-temannya.
“Bukan salah Rahma, bukan salah Cita, dan bukan salah Fadlan saja,”
“Tapi ini, salah kita sekelas,”
“Benar kata Bu Merry, kita hanya membohongi diri sendiri dengan melakukan hal tadi,” tambah Angga penuh penyesalan.
Semuanya terdiam dan merenungi kesalahanyan masing-masing, “Kita kesini untuk belajar, bukan untuk belajar menuju keburukan,” kata Cita yang masih berpelukan dengan Rahma.
“Terkadang kita hanya perlu berada dalam peran kita masing-masing, sebagi pelajar kita datang ke sekolah untuk belajar bukan untuk membohongi diri sendiri dengan nilai sempurna namun tak ada yang kita pahami, ibarat planet di semesta mereka tahu akan peran dan tempatnya, kalau mereka keluar dari garis orbitnya maka kiamat akan terjadi. Sama hal dengan kita kalau kita keluar dari peran kita sebagai siswa atau ke sekolah untuk membohongi diri sendiri kita hanya sedang mempersiapan masa depan yang gelap,” terang Embun panjang kali lebar yang membuat seisi kelas mengangguk sepakat dengan perkataan yang terlondar dari mulut Embun.
Angga segera memimpin rapat terbatas kelasnya, mereka semuan sama-sama menyesali perbuatan yang telah mereka lakukan. Mereka sadar akan pentingnya kejujuran dalam hidup ini karena dengan satu kebohongan akan menciptakan kebohongan berikutnya dan kebohongan itu harus di musnahkan agar tida menimbulkan kebohongan lagi. Setelah sadar akan kesalahan dan berjanji pada diri sendiri untuk tidak mengulangi kesalahan itu lagi, Angga memanggil Bu Merry untuk kembali masuk ke kelas.
Saat ini mereka telah berdiri di posisi masing-masing dan bersiap untuk menyanyikan lagu hyme guru sebagai bentuk permintaan maaf dan rasa terimakasih kepada Bu Merry karena telah berhasil mengajari mereka akan pelajaran yang sangat penting dan dibutuhkan mereka ke depannya.
Hyme Guru
Terpujilah wahai engkau ibu bapak guru